Isnin, 2 Oktober 2017

7:163-166 Tafsir Surah Al A’raf, ayat 163-166.

وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لا يَسْبِتُونَ لا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (١٦٣) وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (١٦٤) فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (١٦٥) فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (١٦٦)

Allah s.w.t. berfirman menceritakan perihal as habus sabt,

"163. Dan tanyakan kepada mereka tentang negeri yang berada dekat laut" 

Tanyakanlah kepada Bani Israil atau orang-orang Yahudi yang ada dekat kalian sebagai celaan untuk mereka tentang kisah suatu kabilah Yahudi terdahulu yang tinggal di kota Eliah atau Ailah.

Allah s.w.t. juga memperingatkan mereka agar tidak menyembunyikan sifat Nabi s.a.w. yang mereka jumpai dalam kitab-kitab mereka, agar mereka tidak ditimpa oleh siksaan yang pernah menimpa kaum mereka yang terdahulu.

Kota itu terletak di pantai Laut Qalzum (Laut Merah), di antara kota Madyan dan Bukit Tur. Ada yang menyebutnya Madyan, ada yang mengatakan Ma'ta, terletak di antara Madyan dan Ainuna.

"ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat," 

Mereka telah menentang perintah Allah s.w.t. dengan melanggar peraturan hari Sabat. Menurut peraturan itu, setiap hari Sabtu dikhususkan untuk beribadah, mereka diwajibkan menjaga kesuciannya, mereka diharamkan bekerja pada hari Sabtu dan Allah s.w.t. mengharamkan kepada mereka ikan-ikan pada hari Sabtu.

"ketika datang kepada mereka ikan-ikan mereka pada hari Sabat mereka terapung di permukaan air," 

Pada setiap hari Sabtu, ikan-ikan yang berada di sekitar mereka bermunculan dari semua tempat di laut itu dengan banyaknya kepada mereka sehingga terapung-apung di permukaan air di tepi laut, kelihatan putih-putih lagi gemuk-gemuk, seakan-akan seperti perak seraya membolak-balikkan punggung dan perutnya di pinggir laut tempat mereka tinggal. Mereka semua dapat melihatnya.

"dan pada hari bukan Sabat, tidak datang kepada mereka." 

Tetapi apabila hari Sabtu telah berlalu, ikan-ikan itu bubar, pergi, lenyap, tidak kelihatan lagi, menyelam ke dalam laut dan tidak datang kepada mereka. Mereka terpaksa menyelam, bersusah payah dan mengeluarkan banyak belanja untuk menangkapnya.

Apabila sampai hari Sabtu berikutnya, ikan-ikan itu muncul semula. Hal tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama seperti yang dikehendaki Allah s.w.t.

"Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berbuat fasik."

Pada hari larangan melakukan perburuan Allah s.w.t. mencoba dan menguji mereka dengan memunculkan ikan-ikan itu bagi mereka terapung-apung di permukaan laut. Tetapi pada hari-hari lain yang membolehkan mereka melakukan perburuan, Dia lenyapkan ikan-ikan itu dari mereka.

Mereka mendapat ujian tersebut kerana mereka selalu berbuat fasik, derhaka, tidak mahu taat kepada Allah s.w.t., membangkang terhadap perintahNya dan membuat-buat bid'ah pada hari Sabtu. Mereka adalah suatu kaum yang menggunakan hailah (tipu muslihat) untuk melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah s.w.t. Mereka menggunakan sarana-sarana fizikal yang pengertiannya secara tidak langsung menunjukkan pelanggaran terhadap hal yang diharamkan.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Janganlah kalian melakukan pelanggaran seperti pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, kerananya kalian akan menghalalkan hal-hal yang diharamkan Allah dengan sedikit kilah (tipu muslihat)."

Mereka tetap menahan diri seperti demikian selama beberapa waktu. Kemudian syaitan membisikkan mereka bahawa sesungguhnya kalian hanya dilarang memakan ikan pada hari Sabtu. Kalian tangkaplah ikan-ikan itu pada hari Sabtu dan makanlah ia di hari-hari yang lain.

Segolongan orang dari mereka mengatakan seperti yang dibisikkan oleh syaitan. Sedangkan segolongan yang lainnya mengatakan, "Tidak, bahkan kalian tetap dilarang memakan, menangkap dan memburunya pada hari Sabtu." Mereka berdebat selama beberapa hari hingga datanglah hari Jumaat berikutnya.

Kemudian ada segolongan orang dari mereka berani menangkap ikan-ikan itu pada hari Sabtu. Ada yang menangkap ikan dan melubangi hidungnya dengan tali, lalu tali itu ditambatkannya pada sebuah pasak di pinggir laut dan membiarkan ikan itu berada di air selama hari Sabtu. Ada yang membuat perangkap berupa jala yang dipancangkan, lalu ikan-ikan terjaring ke dalamnya pada hari Sabtu.

Apabila tiba malam hari Ahad atau pada hari Ahad mereka mengambil ikan-ikan itu, memanggangnya dan memakannya. Kemudian perbuatan itu ditiru oleh ramai orang. Maka penduduk kota terpecah belah menjadi tiga golongan.

Golongan pertama ialah golongan yang melanggar peraturan. Mereka melanggar larangan dan memakai tipu muslihat dalam berburu ikan di hari Sabtu.

Golongan kedua ialah golongan yang melarang. Mereka tidak melanggar larangan. Mereka membenci perbuatan melanggar itu, melakukan nahi munkar, melarang perbuatan itu dan memisahkan diri dari golongan yang melanggar.

Golongan ketiga ialah golongan yang bersikap diam. Mereka tidak melanggar larangan. Mereka juga membenci perbuatan melanggar itu. Tetapi mereka tidak melakukan nahi munkar, tidak melarang perbuatan itu (atau merasa cukup dengan nahi mungkar oleh selain mereka). Mereka hanya memandang dan memisahkan diri dari golongan yang melanggar.

Golongan yang melarang berkata kepada golongan yang melanggar itu, "Mengapa kalian menangkap ikan-ikan itu, padahal Allah telah mengharamkannya bagi kalian pada hari Sabtu ini?" Tetapi nasihat itu membuat mereka semakin berani, bertambah sesat dan sombong.

Golongan yang melarang berkata kepada golongan yang melanggar, "Celakalah kalian ini dari siksa Allah. Kami telah melarang kalian, janganlah kalian menjerumuskan diri kalian ke dalam siksaan Allah." Hal itu berlangsung cukup lama.

"164. Dan ketika berkata umat di antara mereka, "Mengapa kalian menasihati kaum Allah membinasakan mereka atau mengazab azab yang sangat keras?"" 

Golongan yang diam melarang golongan yang melarang itu menasihati golongan yang melanggar. Mereka akan binasa dan berhak mendapat hukuman dari Allah. Maka tiada faedahnya larangan terhadap mereka.

"Mereka berkata, "Alasan kepada Tuhan kalian""

Golongan yang melarang membenci perbuatan mereka yang melanggar itu. Mereka menasihati golongan yang melanggar agar mereka berhenti memburu ikan di hari Sabtu. Jika mereka mahu menghentikannya, maka hal tersebut lebih disukai agar mereka tidak terkena azab Allah dan tidak dibinasakan.

Jika mereka tidak mahu menghentikan pelanggarannya, maka alasan golongan yang melarang cukup kuat kepada Allah s.w.t. untuk melepas tanggung jawab. Mereka telah melaksanakan perintah Allah s.w.t. untuk amar ma 'ruf dan nahi munkar. Mereka tidak mahu tergolong dalam golongan yang membiarkan kemungkaran.

"dan agar mereka bertakwa."

Inilah tujuan utama melakukan nahi mungkar, sebagai alasan kepada Allah, menegakkan hujjah, dan boleh jadi Allah s.w.t. memberinya petunjuk. Mudah-mudahan dengan adanya protes itu mereka menjadi takut terhadap perbuatan mereka dan mahu menghentikannya, serta mahu kembali bertaubat kepada Allah. Apabila mereka bertaubat kepada Allah, nescaya Allah menerima taubat mereka dan merahmati mereka.

"165. Maka setelah mereka melupakan apa yang mereka diperingatkan dengannya,"

Akan tetapi, mereka menolak nasihat itu dan tetap melakukan pelanggarannya. Lama kelamaan kejadian tersebut berada di pasar-pasar, dan mereka berani menangkap ikan di hari Sabtu secara terang-terangan.

Golongan yang melarang berkata, "Hai musuh-musuh Allah, demi Allah, sesungguhnya kalian telah melanggar, sesungguhnya kami akan datang malam ini ke kota kalian. Dan demi Allah, kami tidak akan melihat kalian pada pagi harinya melainkan kalian telah ditimpa oleh gempa atau kutukan atau sebahagian dari azab yang ada di sisi Allah."

"Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari berbuat jahat" 

Allah s.w.t. menegaskan bahawa orang-orang yang bernahi munkar itu selamat. Inilah Sunnatullah, ketika hukumanNya turun, yang selamat atau yang masih tetap hidup biasanya orang-orang yang melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar.

"dan Kami siksa orang-orang yang zalim dengan siksaan yang keras, disebabkan mereka berbuat fasik." 

Allah s.w.t. mengkhususkan kepada golongan yang melanggar itu siksaan yang keras, pedih dan menyakitkan disebabkan mereka selalu berbuat derhaka, zalim dan aniaya.

"166. Maka ketika mereka melanggar dari apa yang mereka dilarang darinya," 

Hati mereka menjadi keras dan bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang. Setiap pembalasan itu disesuaikan dengan jenis pelanggarannya.

"Kami katakan kepada mereka, "Jadilah kalian kera yang hina.""

Golongan yang melanggar itu tinggal di sebuah perkampungan yang terbenteng dan berpintu gerbang. Ketika pagi harinya tiba, jiran-jiran yang tinggal di sekitar mereka datang mencari mereka untuk keperluan biasa yang terjadi di antara sesama mereka, tetapi para jiran mereka mendapati pintu gerbang kampung itu dalam keadaan tertutup.

Para jiran mengetuk-ngetuk pintu perkampungan mereka, tetapi tidak dibuka. Para jiran menyeru mereka, tetapi tidak ada jawaban. Akhirnya para jiran mengambil tangga dan seorang lelaki menaiki tangga itu ke atas tembok kampung tersebut.

Lalu ia melayangkan pandangannya ke seluruh perkampungan itu, yang ada hanyalah kera-kera yang meloncat-loncat seraya mengeluarkan suara jeritannya, semuanya mempunyai ekor. Allah s.w.t. telah mengutuk mereka menjadi kera yang hina dina lagi tercela.

Mereka membuka pintu gerbang dan memasuki perkampungan itu. Lalu kera-kera itu mendekat dan mengusap orang-orang yang telah mereka kenal sebelumnya, begitu juga sebaliknya. Kera-kera tersebut mengenal saudara mereka dari kalangan manusia, tetapi saudara mereka dari kalangan manusia tidak mengenal kera-kera itu.

Lalu kera-kera itu masing-masing mendatangi keluarganya dari kalangan manusia seraya mencium pakaiannya dan menangis. Maka saudaranya yang manusia itu berkata, "Bukankah aku telah melarang kalian melakukan hal ini?" Maka si kera menganggukkan kepala mengiakan. Mereka tidak beranak, tidak makan dan minum, dan tidak hidup lebih dari tiga hari.

Allah s.w.t. tidak menyebutkan nasib golongan ketiga, iaitu golongan yang diam. Para imam berbeda pendapat mengenai nasib mereka. Pendapat yang lebih utama adalah yang mengatakan bahawa mereka juga selamat dari dibinasakan.

Allah s.w.t. tidak menyebut golongan yang ketiga atau golongan yang diam itu sebagai zalim. Mereka bukanlah orang-orang yang berhak mendapat pujian, bukan juga orang-orang yang melakukan pelanggaran berat yang berhak untuk dicela.

Amar ma’ruf dan nahi mungkar hukumnya fardhu kifayah, jika sudah ada yang melakukannya maka bagi yang lain menjadi gugur. Oleh itu mereka mencukupkan diri dengan pengingkaran oleh orang lain.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...