Isnin, 27 April 2020

4:22-23 Tafsir Surah An Nisa, ayat 22-23.

وَلا تَنْكِحُوا مَا نَكَحَ آبَاؤُكُمْ مِنَ النِّسَاءِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَمَقْتًا وَسَاءَ سَبِيلا (٢٢) حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالاتُكُمْ وَبَنَاتُ الأخِ وَبَنَاتُ الأخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الأخْتَيْنِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا (٢٣) 

Tatkala Abu Qais (iaitu Ibnul Aslat, salah seorang yang soleh dari kalangan Ansar) meninggal dunia, anak lelakinya melamar bekas isterinya. Lalu si isteri berkata, "Sebenarnya aku menganggapmu sebagai anak, dan engkau termasuk orang yang soleh di kalangan kaummu. Tetapi aku akan datang terlebih dahulu kepada Rasulullah s.a.w." Isteri Ibnu Aslat berkata, "Sesungguhnya Abu Qais telah meninggal dunia." Nabi s.a.w. Bersabda, "Baik." Si isteri bertanya, "Sesungguhnya anak lelakinya (iaitu Qais) melamarku, sedangkan dia adalah seorang yang soleh dari kalangan kaumnya, dan sesungguhnya aku menganggapnya sebagai anak. Bagaimanakah menurut pendapatmu?" Nabi s.a.w. bersabda, "Kembalilah kamu ke rumahmu." Maka turunlah ayat berikut, iaitu firmanNya, "Dan janganlah kalian menikahi orang yang telah dinikahi bapa-bapa kalian dari wanita-wanita," (An Nisa 4:22) hingga akhir ayat.

Di dalam riwayat lain dikatakan bahawa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Qais ibnul Aslat yang meninggalkan Ummu Ubaidillah (iaitu Damrah). Di masa lalu Damrah adalah bekas isteri ayahnya. Diturunkan berkenaan dengan Al Aswad ibnu Khalaf yang mempunyai isteri bekas isteri ayahnya sendiri, iaitu anak perempuan At Talhah ibnu Abdul Uzza ibnu Usman ibnu Abdud Dar. Juga diturunkan berkenaan dengan Fakhitah (anak perempuan Al Aswad ibnul Muttalib ibnu Asad) yang dahulunya adalah isteri Umayyah ibnu Khalaf. Setelah Umayyah ibnu Khalaf meninggal dunia, maka bekas isterinya itu dikahwini oleh anak lelaki Umayyah (iaitu Safwan ibnu Umayyah). As Suhaili menduga mengahwini isteri bapa (iaitu ibu tiri) diperbolehkan di masa Jahiliah.

Orang-orang Jahiliah di masa lampau mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah, kecuali isteri bapa dan menghimpun dua perempuan bersaudara dalam satu perkahwinan. Maka Allah menurunkan firmanNya, "Dan janganlah kalian menikahi orang yang telah dinikahi bapa-bapa kalian dari wanita-wanita," (An Nisa 4:22) sampai "Dan kalian menyatukan di antara dua perempuan besaudara." (An Nisa 4:23)

Allah s.w.t. berfirman,

"22. Dan janganlah kalian menikahi orang yang telah dinikahi bapa-bapa kalian dari wanita-wanita," 

Janganlah kalian mengahwini wanita-wanita yang telah dikahwini oleh bapa kalian, termasuk datuk kalian.

"kecuali apa yang sungguh telah lalu." 

Kecuali yang telah terjadi pada masa yang telah lampau. Kejadian pada masa yang lalu dimaafkan.

"Sesungguhnya yang demikian itu adalah perbuatan keji dan dibenci" 

Sesungguhnya perbuatan itu sangat keji dan dibenci oleh Allah dan manusia. Perbuatan tersebut memang suatu dosa besar, yang akibatnya akan membuat si anak membenci bapanya atau si bapa benci kepada anaknya, padahal anak diperintahkan berbakti kepada bapanya.

"dan seburuk-buruk jalan." 

Ia merupakan jalan yang paling buruk bagi orang yang menempuhnya. Oleh kerananya, kebiasaan jahiliyyah tersebut dihapuskan oleh Islam. Barang siapa yang melakukan perbuatan tersebut sesudah adanya larangan ini, bererti dia telah murtad dari agamanya dan dikenai hukuman mati serta hartanya menjadi harta fa'i diserahkan ke Baitul Mal.

"23. Diharamkan atas kalian ibu-ibu kalian" 

Diharamkan atas kalian menikahi atau mengahwini ibu-ibu kalian. Termasuk juga nenek baik dari pihak bapa maupun ibu dan seterusnya ke atas.

"dan anak-anak perempuan" 

Diharamkan atas kalian menikahi anak-anak kalian yang perempuan. Termasuk juga cucu perempuan dari anak lelaki maupun anak perempuan dan seterusnya ke bawah.

"dan saudara-saudara perempuan kalian" 

Diharamkan atas kalian menikahi saudara-saudara kalian yang perempuan, baik sekandung, sebapa maupun seibu.

"dan saudara-saudara perempuan bapa kalian" 

Diharamkan atas kalian menikahi saudara-saudara bapa kalian yang perempuan. Termasuk juga saudara-saudara datukmu yang perempuan.

"dan saudara-saudara perempuan ibu kalian" 

Diharamkan atas kalian menikahi saudara-saudara ibu kalian yang perempuan. Termasuk juga saudara-saudara nenekmu yang perempuan.

"dan anak-anak perempuan dari saudara lelaki" 

Diharamkan atas kalian menikahi anak-anak perempuan dari saudara-saudara lelaki kalian.

"dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan" 

Diharamkan atas kalian menikahi anak-anak perempuan dari saudara-saudara perempuan kalian. Termasuk juga anak perempuan (cucu) dari anak saudara lelaki maupun perempuan (baik dari saudara sekandung, sebapa maupun seibu) dan seterusnya ke bawah.

"dan ibu-ibu kalian yang menyusui kalian" 

Diharamkan atas kalian menikahi ibu-ibu kalian yang menyusui kalian saat kalian berusia di bawah dua tahun dengan lima kali susuan.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya persusuan itu dapat menjadikan mahram sebagaimana mahram kerana kelahiran."

"dan saudara-saudara perempuan kalian dari persusuan" 

Diharamkan atas kalian menikahi saudara-saudara perempuan sepersusuan kalian. Termasuk juga anak-anak perempuan mereka.

"dan ibu-ibu dari isteri-isteri kalian," 

Diharamkan atas kalian menikahi ibu-ibu isteri kalian, iaitu mertua kalian. Mertua perempuan langsung menjadi mahram apabila si lelaki mengahwini anak perempuannya baik dia telah menggaulinya maupun belum menggaulinya.

"dan anak-anak isteri kalian yang dalam pemeliharaan kalian dari wanita-wanita kalian yang kalian campuri dengan mereka." 

Diharamkan atas kalian menikahi anak-anak perempuan isteri kalian (anak tiri) yang dalam pemeliharaan kalian dari isteri yang telah kalian campuri. Termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaan kalian.

Kata-kata "yang dalam pemeliharaan kalian" hanya sebagai keadaan yang biasa terjadi, sehingga tidak ada mafhum yang dijadikan pegangan daripadanya. Ada yang berpendapat, bahawa disebutkan kata " yang dalam pemeliharaan kalian" kerana dua faedah:

- Mengingatkan hikmah haramnya menikahi anak tiri, kerana dia menduduki puteri kita.

- Menunjukkan bolehnya berkhalwat (berduaan) di rumah dengan anak tiri, wallahu a'lam.

"Maka jika kalian tidak campuri dengan mereka, maka tidak ada dosa atas kalian."

Tetapi jika kalian belum campur dengan isteri kalian itu dan sudah kalian ceraikan, maka tidak berdosa kalian mengahwininya. Iaitu jika si lelaki yang bersangkutan terlebih dahulu menceraikan ibunya sebelum digauli, maka diperbolehkan baginya mengahwini anak perempuan bekas isterinya yang belum digauli itu.

"Dan isteri-isteri anak-anak kalian yang dari tulang rusuk kalian."

Diharamkan bagi kalian mengahwini isteri-isteri anak-anak kandung kalian, iaitu diharamkan bagi kalian mengahwini menantu kalian. Hal ini menunjukkan bahawa jika bekas isteri anak angkat, maka tidak mengapa menikahinya.

"Dan kalian menyatukan di antara dua perempuan besaudara"

Diharamkan atas kalian menghimpun dua orang wanita yang bersaudara, baik senasab maupun sepersusuan dalam suatu perkahwinan. Begitu juga dengan milkul yamin (iaitu terhadap hamba perempuan).

Dilarang juga menghimpun dalam pernikahan wanita tersebut bersama makciknya dari pihak bapa maupun ibu sebagaimana disebutkan dalam As Sunnah. Yang boleh adalah salah satunya, dan boleh menikahi adik dan kakaknya apabila yang satu meninggal.

Sebagaimana Usman menikahi dua puteri Nabi s.a.w., kerana puteri Nabi s.a.w. yang pertama meninggal, lalu dia menikahi puteri Nabi yang kedua. Hikmah dilarang demikian adalah agar tidak memutuskan tali silaturrahim antara kedua wanita yang bersaudara tersebut ketika terjadi pertengkaran.

"kecuali apa yang sungguh telah lalu. Sesungguhnya Allah, Dia Maha Pengampun Maha Penyayang."

Kecuali yang telah terjadi pada masa lampau, iaitu di masa Jahiliah, maka Kami memaafkan dan mengampuninya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Akhir Juz 4.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...