Rabu, 18 Mei 2016

4:148-149 Tafsir Surah An Nisa, ayat 148-149.

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا (١٤٨) إِنْ تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا (١٤٩)

Allah s.w.t. berfirman, 

"148. Allah tidak menyukai terang-terangan dalam yang buruk dari perkataan," 

Allah tidak menyukai perkataan buruk secara terang-terangan. Dia membenci, murka dan akan menghukum pelakunya. Perkataan buruk misalnya mencela, memaki, menuduh, menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan, mendoakan kecelakaan terhadap orang lain dan sebagainya.

Mafhum ayat di atas menunjukkan bahawa Allah menyukai perkataan yang baik, seperti zikir, kata-kata yang baik dan lembut, dan sebagainya.

"kecuali orang yang dianiaya." 

Kecuali jika dia dianiaya olehnya dengan mengemukakan kepada hakim atau penguasa keburukan-keburukan orang yang menzaliminya tanpa berdusta, menambah-nambah dan tidak sampai menyalahkan orang yang tidak berbuat zalim.

Maka Allah s.w.t. memberikan rukhsah (kemurahan) kepadanya untuk mendoakan kecelakaan terhadap orang yang berbuat aniaya terhadapnya, tanpa membalasnya.

Seseorang telah mencacimu, lalu kamu balas mencacinya. Tetapi jika seseorang berbuat kedustaan terhadapmu, janganlah kamu balas dia dengan berbuat kedustaan terhadapnya. Allah s.w.t. telah berfirman, "Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka." (Asy Syura: 41).

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Dua orang yang saling mencaci menanggung apa yang diucapkan oleh keduanya, tetapi dosanya ditanggung oleh orang yang memulai di antara keduanya, selagi pihak yang teraniaya tidak melampaui batas."

Namun demikian, jika si teraniaya bersikap sabar, memaafkannya, tidak membalas dan tidak mendoakan kecelakaan terhadap orang yang berbuat aniaya kepadanya adalah lebih utama hal ini lebih baik baginya.

Pernah berlaku seseorang yang mencuri barang milik Siti Aisyah, lalu ia mendoakan kecelakaan terhadap pelakunya. Maka Nabi s.a.w. bersabda, "Janganlah kamu mendoakan kecelakaan terhadapnya."

Adalah lebih baik jika dia berdoa, "Ya Allah, tolonglah daku terhadapnya dan kembalikanlah hak milikku darinya."

Seorang lelaki bertamu kepada seseorang, lalu pemilik rumah tidak menjamunya dengan baik. Setelah keluar, si lelaki mengatakan, "Dia menyambutku dengan buruk dan tidak menjamuku dengan baik." Sikap yang demikian itu termasuk ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang, kecuali oleh orang yang dianiaya sehingga dia menjamu tetamunya dengan baik.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Apabila kalian turun istirehat (bertamu) pada suatu kaum dan mereka menghidangkan kepada kalian jamuan yang selayaknya bagi tetamu, maka terimalah jamuan mereka itu. Dan jika mereka tidak melakukannya, maka ambillah dari mereka hak tetamu yang selayaknya dilakukan oleh mereka."

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jamuan malam bagi tetamu adalah wajib atas setiap orang muslim; dan jika si tetamu dalam keadaan lapar di halaman rumahnya pada pagi harinya, maka hal itu merupakan hutang bagi pemilik rumah. Jika si tetamu menginginkan jamuan, ia boleh menagihnya, boleh pula meninggalkannya."

Seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w., lalu bertanya, "Sesungguhnya aku mempunyai seorang jiran yang selalu menyakiti diriku." Maka Nabi s.a.w. bersabda kepadanya, "Keluarkanlah semua barang milikmu dan letakkanlah di tengah jalan." Kemudian lelaki itu mengambil semua barang miliknya, lalu ia lemparkan ke jalan. Maka setiap orang yang melintas bertanya, "Mengapa kamu ini?" Ia menjawab, "Jiranku selalu menyakitiku." Orang tersebut mengucapkan, "Ya Allah, laknatilah dia. Ya Allah, hinakanlah dia." Akhirnya jirannya itu berkata, "Kembalilah ke rumahmu. Demi Allah, aku tidak akan menyakitimu lagi untuk selamanya."

"Dan Allah Maha Mendengar Maha Mengetahui." 

Allah mendengar perkataan kalian, berhati-hatilah kalian dari berkata-kata yang dapat membuat Tuhanmu benci sehingga kalian diberi hukuman. Berkata-katalah yang baik. Dia mengetahui niatmu dan sebab keluar perkataan itu.

"149. Jika kalian menyatakan kebaikan, atau kalian menyembunyikannya, atau kalian memaafkan dari kesalahan," 

Menampakkan atau menyembunyikan perkataan dan perbuatan yang baik, wajib maupun sunat, memaafkan kesalahan baik yang menimpa badanmu, hartamu maupun kehormatanmu, lalu kamu memaafkannya, sesungguhnya hal tersebut termasuk amal taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dan Dia akan memberi kalian pahala yang berlimpah.

"maka sungguh Allah Dia Maha Pemaaf Maha Kuasa." 

Sesungguhnya termasuk sifat Allah s.w.t. ialah memberi maaf kepada hamba-hambaNya, Dia memaafkan ketergelinciran hamba-hambaNya dan dosa-dosa mereka yang besar, Dia akan menutupinya dan akan memberikan maafNya yang sempurna yang muncul dari kekuasaanNya. Padahal Dia berkuasa menghukum.

Para malaikat penyangga Arasy selalu bertasbih menyucikan Allah s.w.t. Sebahagian dari mereka mengatakan dalam tasbihnya, "Mahasuci Engkau, sifat PenyantunMu melebihi sifat IlmuMu." Sebahagian yang lain mengatakan, "Mahasuci Engkau, sifat PemaafMu melebihi KekuasaanMu."

Harta benda tidaklah berkurang kerana sedekah, dan tidak sekali-kali Allah menambahkan kepada seorang hamba kerana maafnya melainkan keagungan; dan barang siapa yang rendah diri kerana Allah, nescaya Allah mengangkat tinggi kedudukannya.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...