Jumaat, 17 April 2020

6:106-108 Tafsir Surah Al An’am, ayat 106-108.

اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ (١٠٦) وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكُوا وَمَا جَعَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ (١٠٧) وَلا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (١٠٨) 

Allah s.w.t. berfirman memerintahkan kepada RasulNya dan semua orang yang mengikuti jalannya,

"106. Ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada tuhan selain Dia;"

Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; iaitu ikutilah, telusurilah jejaknya, dan amalkanlah, kerana sesungguhnya apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu adalah benar belaka; tiada keraguan padanya, kerana sesungguhnya Allah itu tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.

"dan berpalinglah kamu dari orang-orang musyrik." 

Iaitu biarkanlah mereka dan maafkanlah mereka, serta bersabarlah dalam menghadapi gangguan mereka hingga Allah membukakan jalan kepadamu, memberimu pertolongan dan kemenangan atas mereka.

Dan perlu kamu ketahui bahawa kerana hikmah yang hanya diketahui oleh Allah saja, Dia menyesatkan mereka. Seandainya Dia menghendaki, nescaya Dia memberikan petunjuk kepada semua orang; nescaya Dia menghimpun mereka ke jalan hidayah.

"107. Dan kalau Allah menghendaki, tidaklah mereka mempersekutukan." 

Sekiranya Allah menghendaki, nescaya mereka tidak memperkutukanNya. Bahkan milikNyalah semua kehendak dan hikmah sesuai dengan apa yang dikehendakiNya dan yang dipilihNya; Dia tidak ada yang mempertanyakan apa yang diperbuatNya, tetapi mereka pasti dimintai pertanggungjawabannya.

"Dan tidak Kami jadikan kamu atas mereka penjaga." 

Kami tidak menjadikan kamu penjaga bagi mereka, yang menjaga ucapan dan perbuatan mereka.

"Dan tidaklah kamu atas mereka pemelihara." 

Kamu bukanlah pemelihara mereka sehingga kamu harus memaksa mereka beriman. Kamu sekali-kali bukanlah sebagai orang yang diserahi tugas untuk memelihara rezeki dan urusan mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan risalah. Hal ini adalah sebelum ada perintah memerangi mereka.

Dahulu orang-orang muslim sering mencaci maki berhala-berhala orang-orang kafir, maka orang-orang kafir balas mencaci maki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.

Orang-orang musyrik berkata, "Hai Muhammad, berhentilah kamu dari mencaci tuhan-tuhan kami; atau kalau tidak berhenti, kami akan balas mencaci maki Tuhanmu."

Allah s.w.t. berfirman melarang RasulNya dan orang-orang mukmin mencaci berhala-berhala sembahan kaum musyrik.

"108. Dan janganlah kalian memaki-maki sesembahan yang mereka sembah dari selain Allah, maka mereka memaki-maki Allah dengan melampaui batas tanpa ilmu." 

Janganlah kalian memaki-maki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, kerana mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan.

Ketika Abu Talib di ambang kematiannya, orang-orang Quraisy berkata, "Mari kita berangkat ke rumah orang ini, lalu kita perintahkan dia agar mencegah anak saudaranya dari kita, kerana sesungguhnya kita benar-benar merasa malu bila membunuhnya sesudah dia meninggal dunia."

Lalu orang-orang Arab akan memberikan komentarnya, bahawa dahulu Abu Talib melindunginya, tetapi setelah Abu Talib meninggal dunia mereka baru berani membunuhnya. Maka berangkatlah Abu Sufyan, Abu Jahal, Nadr ibnul Haris, Umayyah serta Ubay (keduanya anak Khalaf), Uqbah ibnu Abu Mu'it, Amr ibnul As, dan Al-Aswad ibnul Bukhturi.

Mereka terlebih dahulu mengutus seorang lelaki dari kalangan mereka yang dikenal dengan nama Al-Muttalib. Mereka berpesan kepadanya, "Mintakanlah izin bagi kami kepada Abu Talib (agar kami diizinkan masuk menjenguknya)." Lalu utusan itu datang menemui Abu Talib dan berkata kepadanya, "Mereka adalah para tetua kaummu, mereka ingin masuk menjengukmu"

Abu Talib mengizinkan mereka menjenguk dirinya, lalu mereka masuk menemuinya dan berkata, "Hai Abu Talib engkau adalah pembesar dan pemimpin kami. Sesungguhnya Muhammad telah menyakiti kami dan sembahan-sembahan kami, maka kami menginginkan agar sudilah engkau memanggilnya, lalu cegahlah dia, jangan mengata-ngatai sembahan-sembahan kami lagi, maka kami pun akan membiarkannya bersama Tuhannya."

Nabi s.a.w. dipanggil, maka Nabi s.a.w. datang, dan Abu Talib berkata kepadanya, "Mereka adalah kaummu, juga anak-anak pakcikmu." Rasulullah s.a.w. bertanya, "Apa yang kalian kehendaki?" Mereka menjawab, "Kami menginginkan agar engkau membiarkan kami dan sembahan-sembahan kami, maka kami pun akan membiarkan engkau dan Tuhanmu."

Nabi s.a.w. berkata, "Bagaimana pendapat kalian jika aku menyetujui hal itu? Apakah kalian mahu memberiku suatu kalimat yang jika kalian ucapkan kalimat ini nescaya kalian akan merajai semua orang Arab dengannya dan tunduklah kepada kalian semua orang Ajam (selain Arab), serta akan membayar ufti kepada kalian?"

Abu Jahal bertanya, "Demi ayahmu, kami benar-benar akan memberimu sepuluh kali lipat dari apa yang engkau minta, tetapi apakah yang engkau maksudkan dengan kalimat itu?" Nabi s.a.w. bersabda, "Ucapkanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah"

Tetapi mereka menolak dan merasa enggan untuk mengucapkannya. Abu Talib berkata, "Hai anak saudaraku, katakanlah yang lainnya, kerana sesungguhnya kaummu merasa terkejut dengan ucapan itu."

Rasulullah s.a.w. berkata, "Wahai pakcik, aku sekali-kali tidak akan mengatakan yang lainnya hingga mereka mendatangkan matahari, lalu mereka letakkan di tanganku; dan seandainya mereka dapat mendatangkan matahari, lalu meletakkannya di tanganku ini, aku tetap tidak akan mengatakan yang lainnya."

Nabi s.a.w. mengatakan demikian dengan maksud memutuskan harapan mereka untuk dapat membujuk dirinya. Maka mereka marah dan mengatakan, "Kamu benar-benar menghentikan cacianmu terhadap sembahan kami, atau kami akan balas mencacimu dan Tuhan yang memerintahmu?"

Walaupun memaki sembahan-sembahan orang-orang musyrik hukumnya boleh dan terkandung maslahat, bahkan pada asalnya disyari’atkan, akan tetapi memaki itu hanya akan mengakibatkan mafsadat (kerosakan) yang lebih besar daripada itu. Kaum musyrik akan membalas memaki Tuhan kaum mukmin, iaitu Allah Rabbul ‘alamin.

Dari ayat ini diambil kaidah, bahawa hukum wasilah (sarana) tergantung hujungnya ke mana; jika mengarah kepada perbuatan haram, maka sarana itu haram walaupun hukum asalnya boleh. Meninggalkan suatu maslahat demi mencegah terjadinya mafsadat (kerusakan) yang jauh lebih parah daripada maslahat adalah hal yang diperintahkan.

"Demikianlah Kami hiasi bagi setiap umat pekerjaan mereka." 

Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Iaitu sebagaimana Kami hiaskan kepada mereka cinta kepada berhala-berhalanya, membelanya, dan menolongnya, maka Kami hiaskan juga kepada setiap umat dari kalangan umat terdahulu yang sesat menyukai amal perbuatan mereka.

Hanya milik Allahlah hujah yang kuat dan hikmah yang sempurna dalam menentukan apa yang dikehendaki dan apa yang dipilihNya.

"Kemudian kepada Tuhan mereka tempat kembali," 

Kepada Tuhan merekalah kepulangan dan pengembalian mereka.

"lalu Dia terangkan kepada mereka dengan apa yang mereka kerjakan."

Dia akan memberitakan atau memberitahukan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. Iaitu Dia akan membalas mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka. Jika amal perbuatan mereka baik, maka balasannya baik; dan jika amal perbuatan mereka buruk, maka balasannya buruk juga.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...