Jumaat, 15 Julai 2016

25:27-29 Tafsir Surah Al Furqan, ayat 27-29.

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلا (٢٧) يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلانًا خَلِيلا (٢٨) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإنْسَانِ خَذُولا (٢٩)

Uqbah ibnu Abu Mu'it atau Abu Mu’aith biasa duduk bersama Nabi s.a.w. di Mekah dan tidak menyakitinya. Ia adalah orang yang santun. Oleh kerananya sebahagian orang-orang Quraisy apabila duduk bersamanya menyakitinya.

Abu Mu’aith memiliki seorang teman yang sedang berada di Syam, lalu orang-orang Quraisy mengatakan, “Abu Mu’aith telah pindah agama,” lalu kawannya datang pada malam hari dari Syam dan bertanya kepada isterinya, “Sudah sampai di mana Muhammad lakukan?” Isterinya berkata, “Perkaranya sudah lebih parah.” Ia bertanya lagi, “Apa yang dilakukan kawanku Abu Mu’aith?” Isterinya menjawab, “Ia telah pindah agama.” Maka semalaman teman Abu Mu’aith gelisah.

Ketika tiba pagi harinya, Abu Mu’aith datang lalu mengucapkan salam kepadanya, tetapi salamnya tidak dijawab, maka Abu Mu’aith berkata, “Mengapa engkau tidak menjawab salamku?” Ia menjawab, “Bagaimana aku akan menjawab salammu padahal engkau telah pindah agama?” Ia berkata, “Apakah orang-orang Quraisy berkata seperti itu?” Ia menjawab, “Ya.” Ia bertanya, ”Kalau begitu perbuatan apa yang dapat mengubati dada mereka?” Ia menjawab, “Engkau datangi dia lalu engkau ludahi wajahnya dan engkau caci-maki dengan cacian yang yang terburuk yang engkau ketahui.”

Maka Abu Mu’aith melakukannya, namun Nabi s.a.w. tidak bersikap apa-apa selain mengusap mukanya dari air liur, lalu Beliau menoleh kepadanya sambil berkata, “Jika aku mendapati kamu berada di luar pegunungan Mekah, aku akan memenggal lehermu dengan cara ditahan.”

Ketika tiba perang Badar dan kawan-kawannya berangkat, maka Abu Mu’aith enggan untuk berangkat, lalu kawan-kawannya berkata, “Keluarlah bersama kami.” Ia berkata, “Sungguhnya orang ini telah berjanji kepadaku jika mendapatiku berada di luar pegunungan Mekah akan memenggal leherku dengan cara ditahan.”

Mereka berkata, “Engkau akan mendapat unta merah, dia tidak akan mendapatkan kamu jika kekalahan menimpanya.” Maka ia keluar bersama mereka, dan ketika Allah mengalahkan kaum musyrik dan untanya jatuh ke tanah lumpur di beberapa jalan (di gunung), maka Rasulullah s.a.w. menangkapnya dalam 70 orang Quraisy, lalu Abu Mu’aith datang kepada Beliau dan bersabda, “Engkau akan bunuh aku di tengah-tengah mereka ini?” Beliau menjawab, “Ya, kerana engkau telah meludahi wajahku.” Maka Allah s.w.t. menurunkan ayat,

"27. Dan pada hari menggigit orang yang zalim atas dua tangannya," 

Orang yang zalim adalah orang yang menyimpang dari hidayah Rasulullah s.a.w. dan tidak mempercayai kebenaran yang disampaikan olehnya dari sisi Allah, yang tiada keraguan di dalamnya. Lalu dia menempuh jalan lain, bukan jalan yang ditempuh oleh Rasulullah s.a.w. Maka pada hari kiamat nanti, dia menggigit kedua tangan (jari) nya kerana kecewa dan menyesali perbuatannya yang syirik, kufur dan mendustakan para rasul.

Sekalipun latar belakang turunnya ayat ini berkenaan dengan Uqbah ibnu Abu Mu'it atau lainnya dari kalangan orang-orang yang celaka, tetapi maknanya bersifat umum mencakup semua orang yang zalim. Di hari kiamat kelak muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka. Mereka akan menyesal dengan penyesalan yang sangat dan akan menggigit kedua tangannya.

"dia berkata, "Aduhai! Kiranya aku mengambil bersama Rasul jalan.""

Sekiranya aku mengambil jalan bersama Rasul dengan beriman kepadanya, membenarkannya dan mengikutinya dulu.

"28. Celakalah aku, aduhai! Kiranya aku tidak mengambil si fulan teman akrab." 

Malanglah aku. Si fulan adalah syaitan atau orang yang telah menghasut, memalingkannya dari jalan petunjuk dan menyesatkannya di dunia, baik dia adalah Umayyah ibnu Khalaf atau saudara lelakinya (iaitu Ubay ibnu Khalaf) dan lain-lainnya.

Mengapa aku memusuhi manusia yang paling tulus kepadaku, paling baik dan paling lembut kepadaku, dan sebaliknya aku berteman dengan musuhku yang tidak memberiku manfaat apa-apa selain kecelakaan, kerugian, kehinaan dan kebinasaan.

"29. Sungguh, ia telah menyesatkan aku dari peringatan setelah ketika ia datang kepadaku." 

Syaitan menghalang manusia beriman kepada Al Qur'an sesudah ia sampai. Ia menghias kesesatan dan memburukkan kebenaran dengan tipuan dan bujukannya.

"Dan adalah syaitan bagi manusia penghinaan." 

Syaitan memang pengkhianat manusia. Syaitan itu sentiasa menyesatkan dan memalingkan manusia dari jalan yang hak, lalu membawa dan merayunya ke jalan kebatilan, tidak mahu menolong, menelantarkannya ketika manusia sedang kesulitan dan mengecewakan manusia yang menjadikannya sahabat karibnya.

Ketika Allah s.w.t. telah selesai menghisab makhlukNya, berkatalah syaitan, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.”

Orang-orang yang zalim dan tertipu oleh syaitan itu mendapat siksaan yang pedih. Kesempatan hidup di dunia harus dimanfaatkan, diisi dengan iman dan amal soleh sebelum tiba hari di mana tidak ada lagi kesempatan, yang ada adalah pembalasan terhadap amal.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...