Rabu, 7 Disember 2016

17:31-35 Tafsir Surah Al Isra, ayat 31-35.

وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا (٣١) وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا (٣٢) وَلا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَمَنْ قُتِلَ مَظْلُومًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَانًا فَلا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ إِنَّهُ كَانَ مَنْصُورًا (٣٣) وَلا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولا (٣٤) وَأَوْفُوا الْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا (٣٥)

Di masa Jahiliah, mereka tidak memberikan warisan kepada anak-anak perempuannya, bahkan ada kalanya seseorang membunuh anak perempuannya agar tidak berat bebannya. Allah s.w.t. lebih menyayangi hamba-hambaNya daripada sayangnya ibu bapa kepada anaknya, maka Dia melarang perbuatan itu melalui firmanNya,

"31. Dan janganlah kalian bunuh anak-anak kalian takut kemiskinan." 

Janganlah ibu bapa membunuh anaknya kerana takut jatuh miskin di masa akan datang.

"Kami memberi mereka rezeki dan kepada kalian." 

Khitab dalam ayat ini ditujukan kepada orang yang berkemampuan. Allah yang sebenarnya memberi rezeki anak-anak itu dan juga rezeki ibu bapanya.

Kepada orang miskin, Allah s.w.t. telah berfirman menjanjikan akan memberi rezeki, "Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian kerana takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepada kalian dan kepada mereka." (Al An'am 6:151)

"Sesungguhnya membunuh mereka adalah kesalahan yang besar." 

Membunuh anak-anak adalah perbuatan dosa besar. Hal itu menandakan sudah hilangnya rasa kasihan dalam hatinya. Anak-anak mereka sama sekali tidak memiliki kesalahan dan dosa.

Abdullah ibnu Mas'ud pernah bertanya kepada Rasulullah s.a.w., "Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?" Rasulullah s.a.w. menjawab, "Bila kamu mengadakan tandingan bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakan kamu." Ia bertanya lagi, "Kemudian dosa apa lagi?" Rasulullah s.a.w. menjawab, "Bila kamu membunuh anakmu kerana takut dia makan bersamamu." Ia bertanya lagi, "Kemudian dosa apa lagi?" Rasulullah s.a.w. menjawab, "Bila kamu berbuat zina dengan isteri jiranmu."

"32. Dan janganlah kalian mendekati zina;" 

Zina adalah dosa yang sangat besar. Larangan mendekati lebih dalam daripada larangan melakukan, kerana hal ini menunjukkan dilarang juga segala yang membawa kepada perzinaan.

"sungguh ia adalah perbuatan keji, dan sangat buruk jalan." 

Zina adalah perkara yang paling keji dan yang paling buruk baik oleh syara’, akal maupun fitrah manusia, kerana di dalamnya terdapat sikap berani terhadap larangan yang berkaitan dengan hak Allah, hak wanita, hak keluarganya atau suaminya, merosakkan tempat tidur, mencampuradukkan nasab dan mafsadat (mudarat dan keburukan) lainnya.

"33. Dan janganlah kalian membunuh jiwa yang Allah haramkan," 

Allah s.w.t. melarang membunuh jiwa tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat agama, seperti anak kecil, orang dewasa, lelaki dan wanita, orang merdeka dan hamba, orang muslim dan orang kafir yang mengikat perjanjian.

"kecuali dengan benar." 

Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qisas, membunuh orang murtad, rajam kepada pezina yang sudah menikah, dan pemberontak ketika melakukan pemberontakan yang tidak ada cara untuk menghentikannya kecuali harus dibunuh.

"Dan siapa yang dibunuh secara zalim, maka sungguh, Kami telah menjadikan kepada ahli warisnya kekuasaan," 

Barang siapa dibunuh dengan tanpa alasan yang benar, maka ahli warisnya berkuasa ke atas si pembunuh. Walinya adalah ‘ashabah dan ahli waris yang paling dekat kepadanya.

Maka ia boleh menuntut qisas (hak membunuh) dengan menghukum mati si pembunuh. Si pembunuh tidak diqisas kecuali dengan izin walinya. Qisas dilakukan apabila syarat-syaratnya dipenuhi, seperti membunuh dengan sengaja, sekufu’ (sedarjat) dan sebagainya.

Walinya berkuasa memaafkan si pembunuh jika si pembunuh membayar diat. Jika walinya memaafkan si pembunuh, maka gugurlah qisas. Jika walinya menghendaki, ia berkuasa memaafkan si pembunuh tanpa dibebani diat.

“Kekuasaan” di sini juga bermaksud hujjah yang jelas untuk mengqisas pembunuh, dan Allah memberikan juga kepadanya kekuasaan secara taqdir.

"maka jangan melampaui batas dalam pembunuhan." 

Janganlah pihak ahli waris si terbunuh berlebihan dalam melakukan hukuman qisas seperti membunuh yang bukan pembunuh, membunuh menggunakan alat yang berbeda dengan alat yang dipakai si pembunuh, membunuh ditambah dengan mencincang dan seumpamanya.

"Sesungguhnya dia adalah orang yang ditolong."

Ahli waris si terbunuh adalah orang yang mendapat pertolongan terhadap si pembunuh menurut hukum syara', dan mempunyai kekuasaan serta kekuatan hukum yang dapat mengalahkan si pelaku pembunuhan.

"34. Dan janganlah kalian mendekati harta anak yatim, melainkan dengan yang dia lebih baik sehingga dia sampai dewasa dan penuhilah janji," 

Janganlah kalian menggunakan harta anak yatim kecuali dengan niat untuk melestarikannya atau mengekalkannya. Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati bapanya ketika ia masih kecil. Ia tidak mengetahui hal yang bermaslahat bagi dirinya.

Maka Allah s.w.t. memerintahkan kepada walinya untuk menjaganya, menjaga hartanya dan mengurusnya dengan cara yang lebih baik adalah seperti mendagangkannya dan tidak menjatuhkannya ke dalam bahaya hilang atau binasa, berusaha mengembangkannya, dan hal itu terus berlangsung sampai anak yatim itu baligh dan akalnya cerdas. Jika sudah demikian, maka lepaslah kewaliannya dan harta itu diserahkan kepadanya.

Penuhilah janji ketika kamu berjanji dengan Allah atau dengan manusia. Iaitu janji yang telah kamu adakan dengan orang lain dan transaksi-transaksi yang telah kalian tanda tangani bersama mereka dalam muamalahmu. Sesungguhnya janji dan transaksi itu, masing-masing dari keduanya akan menuntut pelakunya untuk memenuhinya.

"sesungguhnya janji adalah diminta pertanggungjawaban." 

Pelakunya akan dimintai pertanggungjawabannya. Adakah dipenuhi atau tidak? Jika dipenuhi, maka ia mendapat pahala, dan jika tidak, maka ia akan mendapat dosa.

"35. Dan kalian penuhilah takaran apabila kalian menakar, dan timbanglah dengan adil yang lurus." 

Sempurnakanlah, tuluslah dan jujurlah dalam bermuamalah. Janganlah berlaku curang atau menipu baik pada wang yang dibayarnya, barangnya maupun pada ‘akadnya.

"Demikian itu lebih baik dari sebaik-baik kesudahan." 

Menyempurnakan, tulus dan jujur adalah lebih utama, lebih baik pahalanya dan akibatnya bagi kalian daiam kehidupan dunia dan akhirat. Maka seorang hamba akan selamat dari pertanggungjawaban dan akan mendapatkan keberkahan dalam hartanya. Takaran dan timbangan ini pernah mengakibatkan kebinasaan manusia terdahulu.

Nabi s.a.w. bersabda, "Tidak sekali-kali seseorang mampu berbuat hal yang haram, lalu ia meninggalkannya yang tiada lain kerana takut kepada Allah, kecuali Allah menggantikan baginya dengan segera di dunia ini sebelum akhiratnya sesuatu yang jauh lebih baik daripada hal yang haram itu."

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...