أَفَرَأَيْتُمُ اللاتَ وَالْعُزَّى (١٩) وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأخْرَى (٢٠) أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الأنْثَى (٢١) تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى (٢٢) إِنْ هِيَ إِلا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الأنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى (٢٣) أَمْ لِلإنْسَانِ مَا تَمَنَّى (٢٤) فَلِلَّهِ الآخِرَةُ وَالأولَى (٢٥) وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى (٢٦) إِنَّ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ لَيُسَمُّونَ الْمَلائِكَةَ تَسْمِيَةَ الأنْثَى (٢٧) وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا (٢٨) فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (٢٩) ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى (٣٠)
Dahulu di masa Jahiliah orang-orang Arab di samping memiliki Ka'bah, mereka membuat banyak tawagit (rumah-rumah peribadatan) mereka yang mereka agung-agungkan setara dengan Ka'bah. Tawagit itu mempunyai para pelayannya tersendiri, juga mempunyai juru kunci tersendiri. Mereka membuat rumah-rumah untuk berhala-berhala itu sebagai tandingan Ka'bah.
Orang-orang musyrik menyembah berhala-berhala dan sekutu-sekutu Allah yang mereka ada-adakan. Mereka menghadiahkan haiwan-haiwan korban untuknya dan tawaf padanya sebagaimana yang mereka lakukan di Ka'bah, padahal mereka mengakui keutamaan Ka'bah atas semua tawagit itu, kerana Ka'bah merupakan rumah yang dibangun oleh Ibrahim a.s. dan menjadi masjidnya.
Untuk itu Allah s.w.t. berfirman mengecam mereka,
"19. Maka apakah kalian perhatikan Al Lata"
Al Laata berasal dari kata Ilaah. Laata adalah sesembahan Bani Saqif di Taif, sedangkan yang menjadi para pelayan dan juru kuncinya adalah Bani Mu'tib. Pada mulanya ia adalah sebuah batu besar yang berwarna putih, lalu dibuat ukiran-ukiran padanya. Kemudian dibina sebuah rumah yang mempunyai kain kelambu. Halamannya disucikan oleh orang-orang Taif yang terdiri dari Bani Saqif dan para pengikutnya. Mereka berbangga kerana memilikinya.
"dan Al Uzza."
Al 'Uzza berasal dari kata 'Aziz. Pada mulanya ia merupakan sebuah pohon yang dibuatkan bangunan di sekelilingnya dan juga diberi kain kelambu, terletak di kampung Nakhlah yang terletak di antara Mekah dan Taif. Para pelayan dan juru kuncinya adalah Bani Syaiban dari kalangan Bani Salim teman sealiran Bani Hasyim. Orang-orang Quraisy dan Bani Kinanah mengagungkan bangunan tersebut.
"20. Dan Manat, yang ketiga yang lain?"
Manat berasal dari kata Manaan. Ia terletak di Musyallal, iaitu di Qadid yang terletak antara Mekah dan Madinah. Berhala Manat adalah milik orang-orang Aus dan Khazraj dan orang-orang yang mengikuti agama mereka dari kalangan penduduk Yas'rib yang berada di pantai ke arah Al Musyallal, iaitu di Qadid. Di masa Jahiliah orang-orang Khuza'ah, Aus dan Khazraj mengagung-agungkannya dan bertalbiyah darinya saat hendak menunaikan haji (ziarah) ke Ka'bah.
Di Jazirah Arabia banyak terdapat berhala-berhala selain dari yang telah disebutkan di atas, seperti Zul Khalasah, Qais, Riyam, Rada, Zul Ka'bat dan lain-lain. Semuanya diagung-agungkan oleh orang-orang Arab setara dengan pengagungan mereka kepada Ka'bah. Hanya ketiga macam berhala inilah yang disebutkan secara nas di dalam Kitabullah kerana ketiganya merupakan berhala yang paling terkenal melebihi yang lainnya.
"21. Apakah bagi kalian lelaki dan bagiNya perempuan?"
Berhala-berhala yang disembah mereka itu dianggap sebagai perantara antara mereka dengan Allah dan dianggap sebagai anak-anak perempuan Allah. Tidak sepatutnya mereka menganggap bahawa Allah beranak anak perempuan, yang mereka benci. Sedangkan mereka memilih untuk diri mereka sendiri anak lelaki, yang mereka sukai.
"22. Itu jika demikian pembahagian yang tidak adil."
Pembahagian yang mereka lakukan itu batil, tidak jujur, tidak adil, berat sebelah dan paling zalim. Mereka mengutamakan makhluk melebihi Khaliq (Pencipta).
"23. Tidak lain ia kecuali nama-nama kalian menamainya, kalian dan bapa-bapa kalian; Allah tidak menurunkan padanya dari keterangan."
Nama-nama yang mereka berikan kepada berhala-berhala itu hanyalah rekaan mereka sendiri sebagai sikap ilhaad (penyimpangan) terhadap nama-nama Allah dan menjadikan mereka sebagai sekutu bagiNya. Allah tidak memerintahkan sesiapa pun bahkan melarang sesiapa saja daripada membuat, menamai dan menyembah berhala.
"Tidaklah mereka mengikuti kecuali sangkaan, dan apa yang diinginkan hawa nafsu."
Mereka menyembahnya dengan hanya berdasarkan sangkaan-sangkaan dan keinginan hawa nafsu mereka, bukan berdasarkan ilmu, keterangan atau pun petunjuk. Perbuatan syirik dan bid’ah-bid’ah dihias oleh syaitan sejalan dengan hawa nafsu mereka. Mereka memiliki banyak angan-angan dan tertipu olehnya. Mereka merasa akan mendapatkan apa yang diangan-angankan itu dan mereka dusta.
Orang-orang terkemudian pula tidak mempunyai sandaran. Mereka hanya bersangka baik terhadap nenek moyang mereka yang telah menempuh jalan yang batil itu. Jika tidak demikian, mereka hanya menginginkan agar tetap menjadi pemimpin dan mengagung-agungkan nenek moyang mereka.
"Dan sungguh telah datang pada mereka dari Tuhan mereka petunjuk."
Padahal Allah s.w.t. telah mengutus kepada mereka RasulNya Muhammad s.a.w. dengan membawa kebenaran yang menerangi dan keterangan yang jelas. Melalui lisannya, Allah mereka petunjuk yang diperkuat dengan dalil dan bukti yang qath’i (pasti). Beliau menerangkan kepada mereka ‘aqidah yang benar dan segala tuntutan yang diperlukan hamba secara jelas dan nyata.
Walaupun demikian mereka tetap tidak mahu mengikuti apa yang disampaikannya itu dan tidak mahu pula tunduk kepadaNya.
"24. Ataukah bagi manusia apa yang dia inginkan?"
Tidak semua orang yang mengharapkan kebaikan dapat memperolehnya, tidak semua orang yang mengakui bahawa dirinya mendapat petunjuk sesuai dengan apa yang dikatakannya dan tidak semua orang yang mengharapkan sesuatu dapat meraihnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Apabila seseorang di antara kalian mempunyai cita-cita, hendaklah ia memikirkan terlebih dahulu apa yang dicitakannya, kerana sesungguhnya dia tidak mengetahui apa yang akan ditetapkan baginya dari cita-citanya itu."
"25. Maka milik Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia."
Semua urusan itu hanyalah milik Allah, Raja di dunia dan akhirat dan Yang mengatur di dunia dan di akhirat. Tidak ada yang terjadi di dunia dan akhirat kecuali apa yang dikehendakiNya. Dia akan memberikan sesuai yang Dia kehendaki dan akan menghalangi sesuai yang Dia kehendaki. Keadaannya tidak mengikuti apa yang mereka angan-angankan itu dan tidak mengikuti keinginan mereka.
"26. Dan berapa banyak dari malaikat di langit tidak berguna syafaat mereka sedikit pun, kecuali setelah bahawa Allah mengizinkan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia ridhai."
Para malaikat yang terdekat dengan Allah pun tidak dapat memberikan syafaat kepada sesiapa. Mengharapkan syafaat dari berhala-berhala, sekutu-sekutu atau apa saja selain Allah s.w.t. benar-benar perbuatan bodoh dan dilarang Allah. Syafaat hanya dapat diberikan oleh sesiapa yang diizinkan oleh Allah s.w.t. untuk memberi syafaat dan penerima syafaat hanyalah sesiapa yang dikehendaki dan diridhaiNya.
"27. Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat sungguh mereka menamakan malaikat nama perempuan."
Orang-orang musyrik menamakan para malaikat dengan nama perempuan dan menganggap para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah.
"28. Dan tidak bagi mereka dengannya dari ilmu."
Mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun untuk membuktikan bahawa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah. Mereka juga tidak menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu. Ucapan mereka hanyalah dusta, rekaan, palsu dan kekufuran yang sengit.
"Tidaklah mereka mengikuti kecuali dugaan, dan sungguh dugaan tidak berguna dari kebenaran sedikit pun."
Mereka hanya mengikuti persangkaan. Sedangkan persangkaan mereka tidak memberi manfaat sedikit pun dan tidak pula berdiri pada pihak yang benar. Seperti itulah kebiasaan mereka. Tidak ada tujuan mereka untuk mengikuti kebenaran.
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jangan sekali-kali kamu berburuk sangka, kerana sesungguhnya berburuk sangka itu merupakan pembicaraan yang paling dusta."
"29. Maka berpalinglah dari orang yang berpaling dari peringatan Kami,"
Maka berpalinglah, tinggalkanlah dan biarkanlah orang yang berpaling dari peringatan yang bijaksana, Al Qur’an dan berita yang mulia. Mereka bencikan kebenaran dan ilmu yang bermafaat.
"dan tidak menghendaki kecuali kehidupan dunia."
Mereka hanya mengingini kehidupan dunia. Maka usaha dan kepentingan mereka hanya terbatas pada kehidupan, kenikmatan dan kesenangan di dunia. Mereka tidak mengharapkan kehidupan yang penuh kenikmatan di akhirat.
"30. Demikian itu kadar mereka dari ilmu."
Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Ilmu dan tujuan hidup mereka hanyalah terhadap masalah duniawi saja. Mereka lebih mengutamakan dunia daripada akhirat. Hal tersebut merupakan tujuan yang tiada kebaikan.
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Dunia ini adalah negeri orang yang tidak mempunyai negeri, dan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan hanya orang yang tidak berakallah yang menghimpun harta untuk kehidupan duniawi."
Di dalam sebuah doa telah disebutkan,
"اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا"
"Ya Allah, janganlah Engkau jadikan perhatian kami yang paling utama hanya tertuju kepada duniawi, janganlah pula sebagai batas yang terjauh dari pengetahuan kami."
"Sungguh Tuhanmu, Dia lebih mengetahui pada siapa tersesat dari jalanNya dan Dia lebih mengetahui pada siapa yang mendapat petunjuk."
Allah Yang menciptakan semua makhluk dan alam semesta ini dan Yang mengetahui semua kemaslahatan hamba-hambaNya. Dialah Yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya dan Yang menyesatkan siapa yang dikehendakiNya.
Semuanya itu berkat kekuasaanNya, pengetahuanNya, dan kebijaksanaanNya; Dia adalah Tuhan Yang Mahaadil yang tidak pernah zalim selama-lamanya dalam syariatNya dan juga dalam takdir yang ditetapkanNya.
Rasulullah s.a.w. mengutuskan para sahabatnya untuk menghancurkan berhala-berhala itu. Mahasuci dan Mahatinggi Allah dari perkataan orang-orang musyrik itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan