Selasa, 7 Februari 2017

9:122-123 Tafsir Surah At Taubah, ayat 122-123.

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (١٢٢) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (١٢٣)

Allah s.w.t. telah menurunkan firmanNya, "Jika kalian tidak berangkat untuk berperang, nescaya Allah menyiksa kalian dengan siksa yang pedih." (At Taubah 9:39) dan firmanNya, "Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah. (At Taubah 9:120), hingga akhir ayat.

Pada saat itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan perang, mereka berada di daerah badui (pedalaman) kerana, sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya. Orang-orang munafik mengatakan, "Sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di daerah-daerah pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu."

Ada sejumlah sahabat Nabi s.a.w. yang pergi ke daerah pedalaman, pulang kepada kaumnya masing-masing untuk memperdalamkan pengetahuan agama buat kaumnya. Orang-orang munafik mengatakan, "Binasalah orang-orang Badui yang tidak ikut berperang dengan Muhammad dan tidak ikut berangkat bersamanya."

Sejumlah orang dari kalangan sahabat Nabi s.a.w. pergi ke daerah-daerah pedalaman, lalu mereka beroleh kebajikan dari para penduduknya dan beroleh manfaat dari kesuburannya, serta menyeru orang-orang yang mereka jumpai ke jalan petunjuk (hidayah). Maka orang-orang pedalaman berkata kepada mereka, "Tiada yang kami lihat dari kalian melainkan kalian telah meninggalkan teman kalian (Nabi s.a.w.) dan kalian datang kepada kami." Maka timbullah rasa berdosa dalam hati mereka, lalu mereka keluar dari daerah pedalaman seluruhnya dan menghadap Nabi s.a.w.

Oleh kerana Allah telah menegur dan mencela kaum mukmin yang tidak ikut berperang dan kerana keinginan kaum Mukminin yang sangat besar terhadap masalah jihad, maka ketika Nabi s.a.w. Rasulullah s.a.w. mengirimkan Sariyyah (pasukan kecil atau khusus), maka mereka semuanya ikut berangkat. Mereka meninggalkan Nabi s.a.w. di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah.

Maka Allah s.w.t. menurunkan firmanNya,

"122. Dan tidak patut orang-orang yang beriman untuk pergi seluruhnya." 

Ghazwah bermaksud penyerbuan, penyerangan dan perang yang dipimpin langsung oleh Nabi s.a.w. Apabila Nabi s.a.w. berangkat ke suatu ghazwah, Allah mewajibkan kepada setiap kaum muslim agar berangkat bersama Rasulullah s.a.w. ke medan perang, dalam keadaan senang ataupun susah. Maka Beliau s.a.w. tidak mengizinkan seorang pun dari kalangan kaum muslim untuk tidak ikut bersamanya, kecuali orang-orang yang berhalangan.

Sariyyah adalah perang yang dipimpin oleh sahabat atas penunjuk Nabi s.a.w. Ia adalah kegiatan pengintipan yang dilakukan oleh beberapa orang saja pada waktu tertentu untuk memantau kegiatan musuh. Kegiatan ini adakalanya berakhir dengan perlawanan fizikal sehingga ada yang menang dan kalah.

Nabi s.a.w. tidak ikut bersama pasukan Sariyyah. Mereka tidak dibenarkan berangkat kecuali dengan izin Nabi s.a.w. Maka tidak perlu semua orang mukmin berangkat ke medan perang dan meninggalkan Nabi s.a.w. sendirian, jika peperangan itu dapat dilakukan oleh Sariyyah saja.

Allah s.w.t. mengarahkan orang-orang mukmin mengatur dan membahagi tugas dalam mencari kebaikan menurut keadaan, keperluan dan kesesuaian. Ada orang yang khusus mengisi waktunya untuk suatu maslahat dan bersungguh-sungguh terhadapnya tidak berpindah kepada yang lain agar maslahat mereka tegak dan manfaat menjadi sempurna. Walaupun jalan yang dilalui berbeda-beda, amal yang dilakukan tidak sama, namun tujuannya satu, iaitu menegakkan maslahat agama dan dunia mereka.

"Maka mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka kelompok agar mereka memperdalam pengetahuan dalam agama" 

Apabila Sariyyah berangkat ke medan perang, sebahagian besar kaum mukmin harus tinggal bersama Rasul s.a.w. untuk memperdalamkan pengetahuan mereka tentang agama, mendengarkan berita manusia dan apa yang telah diturunkan oleh Allah. Apabila diturunkan ayat-ayat Al Qur'an, maka Nabi s.a.w. membacakan dan mengajarkannya kepada sahabat-sahabatnya yang tinggal bersamanya.

Setiap orang mukmin diwajibkan mempelajari ilmu agama, mengamalkan dengan baik, mengajarkan dan menyebarkannya kepada orang lain menurut kemampuan dan pengetahuan masing-masing. Demikian itu supaya ajaran-ajaran agama itu dapat diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan. Keberkahan dan pahalanya akan berkembang untuknya.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sampaikanlah olehmu (apa-apa yang telah kamu peroleh) daripadaku walaupun hanya satu ayat Alquran."

Jika tidak dilakukan demikian, maka tiada hasil yang diperoleh dari ilmunya, dirinya akan mati, ilmu dan buahnya pun mati. Hal ini sungguh merugikan bagi orang yang diberikan ilmu dan kefahaman. Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan sama nilainya dengan orang-orang yang berjuang di medan perang.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Di hari kiamat kelak tinta yang digunakan untuk menulis oleh para ulama akan ditimbang dengan darah para syuhada (yang gugur di medan perang)".

Fungsi ilmu adalah untuk mencerdaskan umat, maka tidaklah dapat dibenarkan bila ada orang-orang Islam yang menuntut ilmu pengetahuannya hanya untuk mendapatkan pangkat, kedudukan atau keuntungan peribadi saja. Apalagi untuk menggunakan ilmu pengetahuan sebagai kebanggaan dan kesombongan diri terhadap orang lain.

"dan agar mereka memberi peringatan kaum mereka apabila mereka kembali kepada mereka," 

Orang-orang yang tinggal menyeru kaumnya dan memperingatkan mereka akan azab-azab Allah yang telah menimpa umat-umat sebelum mereka. Apabila pasukan Sariyyah itu kembali dari medan perang, mereka yang bersama Nabi s.a.w. akan mengatakan kepada Sariyyah, "Sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat-ayat Al Qur'an kepada Nabi kalian sesudah kalian berangkat dan telah kami pelajari." Lalu mereka mengajarkannya kepada Sariyyah hukum-hukum agama yang telah dipelajarinya. Kemudian Nabi s.a.w. mengirimkan Sariyyah lainnya.

"agar mereka menjaga diri."

Dengan memahami ajaran-ajaran agamanya, hukum halal, haram, perintah dan larangan agama, mereka akan lebih dapat menjaga diri dari kesesatan, kemaksiatan dan siksaan Allah dengan melaksanakan perintahNya dengan baik dan dapat menjauhi laranganNya. Dengan demikian umat Islam menjadi umat yang baik, sejahtera dunia dan akhirat.

Orang-orang yang berangkat ke medan perang belajar melalui apa yang telah diperlihatkan oleh Allah kepada mereka, iaitu menguasai musuh dan dapat mengalahkan mereka. Kemudian bila mereka kembali kepada kaumnya, maka mereka memperingatkan kaumnya untuk bersikap waspada.

Sesudah masa Nabi s.a.w., tugas mereka yang berangkat dari kabilah-kabilah itu adakalanya untuk belajar agama atau untuk berjihad, kerana sesungguhnya hal tersebut fardu kifayah bagi mereka.

Apabila umat Islam menghadapi peperangan besar yang memerlukan tenaga manusia yang ramai, maka dalam hal ini seluruh umat Islam harus dikerahkan untuk menghadapi musuh. Tetapi bila peperangan itu sudah selesai, maka masing-masing kembali kepada tugas biasanya, kecuali sejumlah orang yang diberi tugas khusus untuk menjaga keamanan dan keselamatan.

"123. Wahai orang-orang yang beriman! Perangilah kalian orang-orang yang disekitar kalian dari orang-orang kafir," 

Allah s.w.t. memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk memerangi orang-orang kafir secara bertahap, mulai dari yang paling dekat dengan negeri Islam. Kerana itulah Rasulullah s.a.w. mulai memerangi kaum musyrik di Jazirah Arabia terlebih dahulu.

Setelah selesai dari mereka, maka Allah memberikan kemenangan kepada RasulNya atas kota Mekah, Madinah, Taif, Yaman. Yamamah, Hajar, Khaibar, dan Hadramaut serta lain-lainnya dari daerah-daerah yang terdapat di dalam Jazirah Arabia. Dan orang-orang dari seluruh kabilah Arab Badui mulai masuk ke dalam agama Allah (Islam).

Kemudian Rasulullah s.a.w. mulai memerangi ahli kitab. Untuk itu beliau membuat persiapan untuk berperang melawan kerajaan Romawi yang merupakan daerah yang paling dekat dengan Jazirah Arabia; dan mereka adalah orang-orang yang lebih utama untuk mendapat dakwah Islam, kerana mereka adalah ahli kitab. Hal ini telah dilakukan oleh Nabi s.a.w. sampai ke Tabuk.

Kemudian Beliau s.a.w. kembali pulang kerana melihat keadaan kaum muslim yang payah, negerinya sedang kemarau dan penghidupan yang sempit. Hal ini terjadi pada tahun sembilan Hijriah. Pada tahun sepuluh Hijriah Nabi s.a.w. sibuk dengan haji wada'nya. lapan puluh satu hari sesudah menunaikan haji wada'nya, Beliau s.a.w. wafat. Allah telah memilihnya untuk tinggal di sisiNya.

Kemudian agama mulai agak menyimpang dan hampir goyah, lalu ditegakkan semula oleh Allah s.w.t. melalui Khalifah Abu Bakar As Siddiq r.a. Maka Abu Bakar r.a. mulai mengukuhkan tiang-tiangnya, memperkuatkan asas agama, menghukum orang-orang yang murtad dari Islam hingga ke akar-akarnya, serta mengembalikan ahli riddah kepada Islam. Dia memungut zakat dari orang-orang yang enggan membayar zakat, dan menjelaskan kebenaran kepada orang-orang yang tidak mengerti. Dia melanjutkan matlamat yang dirintis oleh Rasulullah s.a.w.

Kemudian Khalifah Abu Bakar mulai mempersiapkan pasukan Islam untuk memerangi orang-orang Romawi penyembah salib, juga untuk memerangi orang-orang Persia penyembah api. Maka Allah telah membukakan banyak negeri berkat kepemimpinannya, dan mengalahkan Kisra dan Kaisar serta orang-orang yang tunduk kepada keduanya, sehingga ia dapat membelanjakan perbendaharaan yang dihasilkan dari kedua negeri itu untuk perjuangan di jalan Allah.

Urusan itu baru dapat diselesaikan secara sempurna di tangan khalifah sesudahnya, iaitu Umar Al Faruq iaitu Abu Hafs Umar ibnul Khattab r.a. Melaluinya Allah mengalahkan kebongkakan orang-orang kafir atheis dan menekan orang-orang derhaka serta orang-orang munafik. Khalifah Umar berhasil menguasai berbagai kerajaan di belahan timur dan barat dan membawa perbendaharaan harta dari negeri-negeri yang dibukanya, baik yang dekat maupun yang jauh, ke Madinah. Lalu ia menempatkannya ke jalan-jalan yang diridhai oleh syariat.

Setelah Khalifah Umar r.a. wafat sebagai seorang syahid yang selama hidupnya dijalani dengan sikap yang terpuji, maka para sahabat dari kalangan Muhajirin dan Ansar sepakat untuk mengangkat Usman ibnu Affan r.a. sebagai khalifah yang menggantikannya. Dalam masa pemerintahannya dia memakaikan kepada Islam pakaian kepemimpinan (pengaruh) dan perhiasan yang berlimpah (kekayaan yang berlimpah) dan hujah Allah berjaya ia sebarkan ke seluruh pelusuk negeri yang dikuasainya, sehingga Islam tampak menang di belahan timur dan barat dari bumi ini, kalimah Allah menjadi tinggi, dan agamaNya berada di atas. Matlamat agama Islam yang hanif telah berjaya ia sampaikan kepada musuh-musuh Allah dengan cara yang paling tepat. Setiap kali mereka mendapat kemenangan atas suatu umat, maka mereka beralih kepada umat yang lainnya, kemudian beralih lagi kepada umat lainnya yang derhaka, aniaya dan zalim.

"dan agar mereka mendapati pada kalian kekuatan,"

Hendaklah orang-orang kafir merasakan sikap tegas, keras, berani dan teguh pendirian kalian dalam perang kalian melawan mereka. Sesungguhnya orang mukmin yang kamil ialah orang yang lemah lembut terhadap saudaranya yang mukmin dan keras terhadap musuhnya yang kafir.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Aku adalah orang yang banyak ketawa (di hadapan kekasihku), tetapi banyak berperang (melawan musuh-musuhku)."

"dan ketahuilah kalian bahawasanya Allah bersama orang-orang yang bertakwa." 

Perangilah orang-orang kafir dan bertawakallah kepada Allah. Dia akan memberikan pertolongan dan pembelaan jika kalian bertakwa dan taat kepadaNya. Demikianlah keadaan di masa tiga generasi yang merupakan sebaik-baik umat ini. Mereka sangat lurus dan mengerjakan ketaatan kepada Allah s.w.t. Mereka mendapat kemenangan demi kemenangan. Musuh-musuh mereka masih tetap berada di bawah dan selalu mengalami kerugian.

Tetapi setelah terjadi banyak fitnah, kecenderungan golongan mulai muncul, dan perselisihan di antara raja-raja Islam terjadi di mana-mana, maka musuh-musuh Islam mulai berani mengganggu sempadan-sempadan negeri Islam. Lalu musuh-musuh Islam maju menyerangnya dan tidak menemukan perlawanan yang bererti kerana para raja sedang sibuk satu sama lainnya dengan urusan yang terjadi di antara sesama mereka.

Kemudian musuh lebih berani maju, lalu mereka menakluk banyak negeri yang terletak jauh dari pusat. Mereka menguasai banyak negeri yang di bawah kekuasaan Islam. Semuanya itu terjadi atas kehendak Allah s.w.t.

Setiap kali muncul seorang raja Islam yang taat kepada perintah-perintah Allah serta bertawakal kepadaNya, maka Allah memberikan kemenangan kepadanya dan berjaya menakluk kembali negerinya dari tangan musuh-musuh Islam berkat ketaatannya kepada Allah s.w.t.

Hanya kepada Allah sajalah kita berharap, semoga kaum muslim dapat mengalahkan musuh-musuhNya yang kafir dan meninggikan kalimat Islam di seluruh dunia. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Mahamulia.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...