Ahad, 2 April 2017

23:93-98 Tafsir Surah Al Mu’minun, ayat 93-98.

قُلْ رَبِّ إِمَّا تُرِيَنِّي مَا يُوعَدُونَ (٩٣) رَبِّ فَلا تَجْعَلْنِي فِي الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (٩٤) وَإِنَّا عَلَى أَنْ نُرِيَكَ مَا نَعِدُهُمْ لَقَادِرُونَ (٩٥) ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ (٩٦) وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ (٩٧) وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ (٩٨)

Allah s.w.t. telah menunjukkan bukti-buktiNya yang begitu jelas kepada mereka yang mendustakan. Namun mereka tetap tidak memperhatikannya dan tidak mahu tunduk. Hal itu melayakkan mereka menerima azab dariNya. Maka Allah s.w.t. membimbing RasulNya Nabi Muhammad s.a.w. mengucapkan suatu doa,

"93. Katakanlah, "Tuhanku, seandainya Engkau perlihatkan padaku apa yang diancamkan kepada mereka.""

Iaitu jika Engkau hendak menimpakan azab dunia yang diancamkan kepada mereka, sedangkan aku menyaksikannya.

"94. Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku dalam kaum yang zalim." 

Maka aku memohon kepada Engkau janganlah Engkau jadikan diriku berada di antara mereka sehingga aku juga binasa ketika mereka binasa. Lindungilah aku dari cobaan yang menimpa mereka, iaitu dosa-dosa yang mengharuskan untuk diazab. Sayangilah aku dari azab yang menimpa mereka.

Disebutkan di dalam sebuah hadis, "Dan apabila Engkau hendak menimpakan fitnah kepada suatu kaum, maka wafatkanlah aku menghadap kepadaMu dalam keadaan tidak terfitnah."

Apabila azab yang umum datang, maka ia menimpa semua orang tanpa terkecuali, baik orang yang bermaksiat maupun yang tidak.

"95. Dan sungguh Kami atas bahawa memperlihatkan padamu apa yang Kami ancamkan pada mereka benar-benar Maha Kuasa." 

Seandainya Allah menghendaki, tentulah Dia dapat memperlihatkan azab, pembalasan, dan mala petaka yang menimpa orang-orang musyrik itu. Sebenarnya azab itu terlalu dekat dengan mereka. Dia menundanya kerana hikmah (kebijaksanaan)Nya, walaupun Dia mampu menimpakannya segera kepada mereka.

"96. Tolaklah dengan yang ia lebih baik kejahatan,"

Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Ini adalah cara yang paling efektif dan kaedah yang berkesan dalam bermasyarakat. Apabila musuhmu berbuat jahat kepadamu baik dengan perkataan maupun perbuatan, maka janganlah membalas dengan kejahatan, walaupun kamu mampu membalas dengan kejahatan yang serupa. Akan tetapi membalas dengan berbuat ihsan adalah sebuah keutamaan darimu kepada orang yang berbuat jahat.

Perbuatan jahatnya akan berkurang baik cepat maupun lambat. Hatinya akan terpikat, menyesali dan bertaubat dari perbuatannya. Permusuhannya menjadi persahabatan, musuh ketat akan menjadi teman setia, kebatilan akan menjadi kebenaran dan kemarahannya menjadi simpati.

Orang yang memaafkan dapat memiliki sifat ihsan serta dapat mengalahkan musuhnya, iaitu syaitan. Barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah. Pekerti atau sifat yang baik ini hanya dianugerahi kepada orang-orang yang sabar dan mempunyai keuntungan yang besar di dunia dan di akhirat.

Ada yang berpendapat, bahawa perkataan dan perbuatan kaum musyrik yang tidak baik itu hendaklah dihadapi oleh Nabi s.a.w. dengan perbuatan yang baik, misalnya dengan memaafkannya, yang penting tidak membawa kepada kelemahan dan kemunduran dakwah. Hal ini sebelum ada perintah memerangi mereka. Wallahu a’lam.

"Kami Maha Mengetahui dengan apa yang mereka sifatkan." 

Ilmu Allah meliputi kata-kata kufur yang mereka ucapkan dan penolakan terhadap kebenaran. Dia sabar terhadapnya serta menangguhkan mereka. Oleh kerana itu, hendaknya engkau bersabar terhadap apa yang mereka katakan dan membalas dengan perbuatan ihsan. Inilah cara seorang hamba dalam membalas keburukan manusia.

Adapun jika berasal dari syaitan, maka berbuat ihsan kepada mereka tidaklah bermanfaat kerana ia selalu mengajak manusia untuk menjadi penghuni neraka, maka untuk menghadapinya adalah dengan mengikuti petunjuk Allah s.w.t.

"97. Dan katakanlah, "Tuhanku, aku berlindung kepadaMu dari bisikan syaitan.""

Aku berpegang kepada kekuatanMu sambil berlepas diri dari kekuatanKu. Aku memohon perlindungan kepadaMu dari bisikan syaitan, kerana sesungguhnya syaitan itu tidak dapat ditipu dan tidak mahu mengikuti kebajikan.

Rasulullah s.a.w. sering berdoa, "Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk, iaitu dari godaan, bisikan, dan tiupannya."

"98. Dan aku berlindung kepadaMu Tuhanku, agar mereka hadir padaku." 

Aku berlindung kepada Engkau, Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku. Kalimat ini merupakan perlindungan dari asal keburukan dan dari semua keburukan dalam semua urusan. Jika seseorang sudah dilindungi daripadanya, maka dia akan selamat dari keburukan dan akan diberi taufik kepada kebaikan.

Kerana itulah Nabi s.a.w. memerintahkan agar selalu disebut nama Allah dalam permulaan semua urusan untuk mengusir syaitan, baik saat hendak makan, bersetubuh, menyembelih maupun urusan-urusan lainnya.

Rasulullah s.a.w. berdoa,

"اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَرَم، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَدْم وَمِنَ الْغَرَقِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِيَ الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ"

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kepikunan, dan aku berlindung kepada Engkau dari keruntuhan dan tenggelam. Dan aku berlindung kepada Engkau agar terhindar dari rasukan (godaan) syaitan saat hendak mati."

Rasulullah s.a.w. mengajarkan beberapa kalimat (doa) yang diucapkan semasa hendak tidur,

"بِسْمِ اللَّهِ، أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ، وَمِنْ شَرِّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ"

"Dengan nama Allah, aku berlindung (kepada Allah) dengan (membaca) kalimah-kalimah(Nya) yang sempurna dari muka Allah, siksaanNya dan dari kejahatan hamba-hambaNya, dan dari bisikan-bisikan syaitan dan dari kedatangan mereka kepadaku."

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...