Isnin, 20 Ogos 2018

2:189 Tafsir Surah Al Baqarah, ayat 189.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (١٨٩)

Orang ramai bertanya kepada Rasulullah s.a.w. mengapa Allah menciptakan hilal (bulan sabit), apa faedah dan hikmahnya. Maka Allah s.w.t. menurunkan firmanNya,

"189. Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, "Ia tanda-tanda waktu tertentu bagi manusia dan haji.""

Allah s.w.t. menjadikan bulan sabit sebagai penunjuk waktu bagi manusia, dengan melaluinya mereka mengetahui waktu puasa kaum muslim dan waktu berbuka (berhari raya) mereka, waktu kehamilan wanita, bilangan 'iddah isteri-isteri, dan tanda waktu agama (ibadah haji) mereka.

Ia juga penunjuk waktu yang dipakai dalam bermu'amalah misalnya bila dibayar hutangnya, bila lama bekerjanya dan keperluan lainnya.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Allah telah menciptakan bulan sabit. Maka apabila kalian melihat bulan sabit, berpuasalah; dan apabila kalian melihatnya lagi, berbukalah. Tetapi jika awan menutupi kalian, maka sempurnakanlah bilangan bulan kalian menjadi tiga puluh hari."

Allah s.w.t. menjadikan bulan sebagai hisab (perhitungan tanggal) bagi manusia yang dapat diketahui dengan mudah oleh manusia, khususnya oleh orang-orang awam. Jika seandainya menggunakan matahari, tentu hanya segelintir orang yang mengetahuinya.

Pada masa jahiliyah, orang-orang Ansar yang telah melakukan ihram di waktu haji biasa memasuki rumah dari belakang, bukan dari depan. Apabila seseorang dari mereka dilihat masuk melalui pintu rumahnya, dia dicela oleh orang lain.

Orang-orang Ansar pada mulanya bila mereka tiba dari perjalanannya, maka seseorang dari mereka tidak memasuki rumahnya dari arah pintunya.

Dahulu orang-orang Quraisy dikenal dengan nama Humus, mereka selalu masuk dari pintu-pintunya dalam ihram mereka; sedangkan orang-orang Ansar dan semua orang Arab dalam ihram mereka tidak memasukinya dari pintu.

Ketika Rasulullah s.a.w. sedang berada di sebuah kebun, selanjutnya Beliau keluar dari pintunya, tetapi keluar juga bersamanya Qutbah ibnu Amir dari kalangan Ansar.

Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Qutbah ibnu Amir adalah seorang pedagang, sesungguhnya dia telah keluar bersamamu dari pintu itu."

Maka Rasul s.a.w. bertanya kepada Qutbah, "Apakah yang mendorongmu melakukan demikian?" Qutbah menjawab, "Aku melihat engkau melakukannya, maka aku ikut melakukan seperti apa yang telah engkau lakukan."

Rasul s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya aku adalah seorang Ahmas." Qutbah menjawab, "Sesungguhnya agamaku juga adalah agamamu."

Dahulu beberapa kaum dari kalangan ahli Jahiliah apabila seseorang dari mereka hendak melakukan suatu perjalanan, lalu dia keluar dari rumahnya memulai perjalanan yang ditujunya. Kemudian sesudah dia keluar, timbul keinginan tetap tinggal dan mengurungkan niat bepergiannya; maka dia tidak memasuki rumahnya dari pintunya, melainkan menaiki tembok bahagian belakang.

Seorang lelaki apabila hendak melakukan i'tikaf, dia tidak memasuki rumahnya dari arah pintunya. Penduduk Yasrib apabila kembali dari hari raya mereka, mereka memasuki rumahnya masing-masing dari arah belakangnya.

Mereka menyangka bahawa memasuki rumahnya masing-masing dari arah belakang lebih mendekati kebajikan (kebaikan). Maka Allah s.w.t. menurunkan firmanNya,

"Dan bukanlah kebaikan dengan cara kalian mendatangi rumah-rumah dari belakangnya,"

Memasuki rumah-rumah dari belakangnya bukanlah suatu kebajikan (kebaikan). Allah s.w.t. dan RasulNya tidak mensyari'atkannya kepada kalian. Oleh kerana itu, sesiapa yang melakukan ibadah yang tidak disyari'atkan Allah dan RasulNya, maka ibadahnya mardud (tertolak).

"akan tetapi kebaikan siapa yang bertakwa."

Sebenarnya kebajikan itu adalah kebajikan orang yang bertakwa.

"Dan masuklah kalian rumah-rumah dari pintu-pintunya;"

Masuklah kalian ke dalam rumah-rumah kalian dari pintu-pintunya. Ia lebih memudahkan kalian dan inilah yang wajar. Begitu juga dalam semua urusan kalian. Gunakanlah jalan yang lebih mudah, lebih dekat dan lebih sampai kepada maksud dan tujuan.

Dalam beramar ma'ruf dan bernahi munkar, hendaknya kalian melihat keadaan orang yang hendak diperintahkan, dengan begitu kalian dapat bertindak dengan lembut serta menggunakan cara terbaik agar tercapai maksud atau sebahagiannya.

Begitu juga bagi pelajar atau pengajar, hendaknya dia menggunakan cara yang mudah dan ringan, di mana dengan cara itu tercapai maksudnya. Namun, semua ini adalah kerana pertolongan Allah s.w.t.

"dan bertakwalah kalian kepada Allah agar kalian beruntung."

Kerjakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepada kalian dan tinggalkanlah oleh kalian apa yang telah diharamkan Allah bagi kalian, agar kalian mendapat apa yang dicita-citakan dan terhindar dari apa yang dikhuatirkan.

Kelak di hari kemudian, apabila kalian dihadirkan di hadapan Allah, maka Dia akan memberi kalian pahala dan balasannya dengan lengkap dan sempurna.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...