Rabu, 24 Oktober 2018

2:190-193 Tafsir Surah Al Baqarah, ayat 190-193.

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (١٩٠) وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَلا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (١٩١) فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٩٢) وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلا عُدْوَانَ إِلا عَلَى الظَّالِمِينَ (١٩٣) 

Ketika Nabi s.a.w. dihalangi oleh orang-orang kafir mendatangi Baitullah pada tahun Hudaibiyah, lalu Beliau mengadakan perjanjian dengan orang-orang kafir agar Beliau bersama para sahabatnya dapat berumrah di tahun yang akan datang, kemudian mereka mengizinkan untuk Beliau tinggal di Makkah selama tiga hari.

Maka Beliau bersiap-siap untuk melakukan 'umrah qadha', dan kerana khuatir kaum kafir Quraisy tidak menepati janji dengan memerangi Beliau dan para sahabatnya, sedangkan para sahabat tidak mahu memerangi mereka di tanah haram, ketika ihram dan di bulan haram, maka turunlah ayat,

"190. Dan perangilah kalian di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian,"

Perangilah di jalan Allah untuk meninggikan agamaNya orang-orang yang memerangi musuh-musuh yang kafir kepada Allah, yang berniat memerangi Islam dan para pemeluknya. Sebagaimana mereka memerangi kalian, maka perangilah mereka oleh kalian.

Disebutkan "di jalan Allah" adalah untuk mendorong mereka berbuat ikhlas dan larangan ikut berperang ketika terjadi fitnah antara kaum muslimin, kerana hal itu bukan "fii sabilillah".

Perintah berperang di jalan Allah dimulai setelah Rasulullah s.a.w. hijrah ke Madinah, ketika kaum muslimin memiliki kekuatan. Allah memerintahkan demikian setelah sebelumnya mereka diperintahkan menahan diri.

Ayat ini merupakan ayat perang pertama yang diturunkan di Madinah. Setelah ayat ini diturunkan, maka Rasulullah s.a.w. memerangi orang-orang yang memerangi dirinya dan membiarkan orang-orang yang tidak memeranginya, hingga turun surah Bara’ah (At Taubah).

"dan janganlah kalian melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."

Berangkatlah kalian memerangi mereka dengan menyebut asma Allah. Tetapi janganlah kalian bersikap melampaui batas dalam hal ini dengan melakukan hal-hal yang dilarang dalam perang seperti mencincang musuh (menyiksa) dan ghulul (curang atau khianat dalam ghanimah).

Janganlah kalian membunuh orang yang tidak halal dibunuh seperti wanita, kanak-kanak, orang gila, para rahib dan pendeta-pendeta yang ada di dalam gereja-gerejanya, orang lanjut usia dan orang lemah yang tidak ikut berperang.

Janganlah kalian membunuh haiwan, memotong dan membakar pohon yang bukan kerana maslahat bagi kaum muslim. Janganlah kalian memulai peperangan. Janganlah kalian menghukum mereka dengan memaksa mereka melakukan kerja-kerja yang tidak layak bagi mereka.

Sesungguhnya Allah akan murka hingga hari kiamat terhadap orang-orang yang melampaui batas.

"191. Dan bunuhlah mereka di mana saja kalian jumpai mereka,"

Bunuhlah mereka di mana saja kalian jumpai mereka, baik dalam jihad difa' (membela diri) maupun jihad fath (penaklukkan negeri di bawah pimpinan imam kaum muslimin).

"dan usirlah mereka di mana saja mereka mengusir kalian;"

Mereka itu telah mengusir kalian dari Mekah. Maka kalian usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian sebagai pembalasan yang setimpal.

"dan fitnah lebih keras dari pembunuhan,"

Jihad itu terdapat risiko melayangnya banyak jiwa, terbunuhnya ramai kaum lelaki, tetapi fitnah itu lebih kejam dan lebih dahsyat mafsadat atau bahayanya daripada pembunuhan, lebih kejam daripada peperangan yang terjadi di tanah haram.

Fitnah di sini bermaksud kafir kepada Allah, mempersekutukanNya, dan menghalang-halangi jalan Allah. Termasuk juga mengusir kaum muslim dari kampung halamannya, merampas harta mereka, menyakiti mereka dan mengganggu kebebasan mereka beragama atau mengamalkan Islam.

Dari ayat ini keluar ka'idah fiqh iaitu, dilakukan mafsadat yang ringan untuk menolak mafsadat lebih besar.

"dan janganlah kalian memerangi mereka di Masjidil Haram,"

Janganlah kalian memerangi mereka di Masjidil Haram sebagai penghormatan kepada Masjidil Haram.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan, "Sesungguhnya kota ini telah disucikan Allah sejak Dia menciptakan langit dan bumi, maka dia tetap suci kerana disucikan Allah sampai hari kiamat dan tidak pernah dihalalkan kecuali sesaat untukku di waktu siang hari, dia tetap suci kerana disucikan Allah sampai hari kiamat; pepohonannya tidak boleh ditebang, rerumputannya tidak boleh dicabut. Jika ada seseorang membolehkan kerana alasan Rasulullah s.a.w. pernah melakukan perang padanya, maka katakanlah oleh kalian bahawa sesungguhnya Allah hanya mengizinkan bagi RasulNya dan Dia tidak mengizinkan bagi kalian."

Peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. terhadap penduduknya adalah ketika hari kemenangan atas kota Mekah. Beliau s.a.w. membukanya dengan paksa dan sebahagian dari kaum lelaki di antara mereka ada yang terbunuh di Khandamah.

Menurut pendapat yang lain, Nabi s.a.w. membuka kota Mekah secara damai. Beliau s.a.w. bersabda, "Barang siapa yang menutup pintunya, maka dia aman; dan barang siapa yang masuk ke dalam Masjidil Haram, maka dia aman; dan barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka dia aman."

"kecuali mereka memerangi kalian di dalamnya. Maka jika mereka memerangi kalian, maka perangilah mereka."

Jika mereka yang mula memerangi kalian di Masjidil Haram, maka belalah diri kalian dan bunuhlah mereka.

"Demikianlah balasan orang-orang yang kafir."

Pembunuhan dan pengusiran itu adalah balasan bagi orang-orang kafir.

"192. Maka jika mereka berhenti, maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang."

Kemudian jika mereka berhenti dari kekafiran, memusuhi dan memerangi kalian, dan mereka menyerah mahu masuk Islam dan bertaubat, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka.

Walaupun mereka sebelumnya kafir, syirik dan memerangi kaum muslim di Tanah Suci Allah, sesungguhnya tiada suatu dosa besar pun dianggap berat oleh Allah bila Dia mengampuni orang yang bertaubat darinya dan kembali ke jalanNya.

"193. Dan perangilah mereka, hingga tidak ada lagi fitnah"

Perangilah orang-orang kafir itu sehingga tidak ada lagi syirik (mempersekutukan Allah) dan penindasan ke atas kaum muslim. Ketika Islam menjadi majoriti, maka tidak ada fitnah lagi.

"dan menjadi agama bagi Allah."

Perangilah orang-orang kafir itu sehingga agama, penyembahan dan ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah belaka, sehingga hanya agama Allah menang, kelihatan, tinggi dan tidak ada lagi yang menghalanginya. Inilah tujuan utama peperangan, bukan untuk menumpahkan darah dan mengambil harta mereka.

"Maka jika mereka berhenti, maka tidak ada permusuhan kecuali atas orang-orang yang zalim."

'Udwan di sini bermaksud membalas dan memerangi. Jika mereka berhenti dari kekafiran, kesyirikan dan memusuhi kalian, dan mereka masuk Islam, maka cegahlah diri kalian dari mereka. Orang-orang yang memerangi mereka sesudah itu adalah orang yang zalim.

Atau maksudnya, apabila mereka berhenti memusuhi kalian, bererti kalian telah bebas dari gangguan perbuatan aniaya mereka, iaitu kemusyrikan mereka, maka tidak ada permusuhan lagi terhadap mereka sesudah itu.

Kecuali terhadap orang-orang yang tetap kafir, tidak mahu mengucapkan kalimah 'Laa ilaha illallah' lagi memusuhi kalian. Tidak ada perang lagi kecuali terhadap orang yang memulainya.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...