Jumaat, 7 Disember 2018

31:26-28 Tafsir Surah Luqman, ayat 26-28.


لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (٢٦) وَلَوْ أَنَّمَا فِي الأرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (٢٧) مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ (٢٨)

Allah s.w.t. berfirman,

"26. Kepunyaan Allah apa yang di langit dan di bumi."

Dialah Yang Menciptakan dan Yang Memiliki apa yang ada di langit dan di bumi. Semuanya milikNya, ciptaanNya dan hambaNya. Oleh kerananya tidak ada yang berhak disembah selainNya.

"Sesungguhnya Allah, Dia Yang Maha Kaya Maha Terpuji."

Allah Mahakaya dari selainNya, bahkan segala sesuatu berhajat kepada kurniaNya. Dia tidak perlu kepada apa yang diperlukan oleh makhlukNya. Dia tidak perlu kepada mereka dan tidak perlu kepada amal mereka.

Amal para nabi, para siddiqin, para syuhada dan orang-orang soleh tidaklah memberikan manfaat sedikit pun bagi Allah, bahkan hanya bermanfaat bagi pelakunya. Oleh kerana Dia Mahakaya, maka Dia mengkayakan dan memberikan kecukupan di dunia dan akhirat.

Dia Maha Terpuji, pujian bagiNya termasuk yang lazim (mesti) pada zatNya, sehingga Dia tidak dipuji kecuali dengan pujian dari berbagai sisi, Dia Maha Terpuji pada zatNya dan Maha Terpuji pada sifatNya.

Setiap sifat di antara sifatNya berhak mendapatkan pujian yang paling sempurna, kerana sifatNya adalah sifat keagungan dan kesempurnaan, semua perbuatan dan ciptaanNya terpuji, semua perintah dan laranganNya terpuji, semua keputusanNya pada hamba atau antara hamba, di dunia dan di akhirat adalah terpuji. Dia Maha Terpuji dalam semua urusan.

Orang-orang musyrik mengatakan, "Sesungguhnya kalam Allah ini pasti akan ada habisnya dalam waktu dekat." Maka Allah menurunkan firmanNya,

"27. Dan seandainya bahawa apa yang di bumi dari pohon pena dan laut, ditambahkan kepadanya setelahnya tujuh laut, tidak habis kalimat-kalimat Allah."

Jika ditakdirkan semua pepohonan yang ada di bumi dijadikan sebagai pena-pena dan semua lautan yang ada sebagai tintanya untuk menulis kalimat-kalimat Allah, pasti semua pena itu akan patah dan semua lautan menjadi kering.

Sedangkan kalimah-kalimah Allah masih tetap utuh, tiada sesuatu pun yang dapat membatasinya. Walaupun ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi yang serupa setelah keringnya, nescaya tidak akan habis-habisnya dituliskan kalimat-kalimat Allah.

Kalimat-kalimat Allah bermaksud firmanNya, ucapanNya, keajaibanNya, hikmah-hikmahNya, ciptaanNya, ilmuNya, perbuatanNya, kalimat-kalimat yang menunjukkan kepada kebesaranNya, sifat-sifatNya dan keagunganNya.

Sesungguhnya penyebutan tujuh lautan hanyalah bermaksud mubalagah, tambahan yang serupa, kemudian yang serupanya lagi tanpa ada henti-hentinya, bukan bermaksud pembatasan, bukan juga menunjukkan pengertian bahawa ada tujuh lautan di dunia ini.

Allah yang pertama tanpa ada permulaan dan yang terakhir tanpa ada kesudahan. Dia sentiasa berbicara dengan apa yang Dia kehendaki apabila Dia menghendaki. Tidak ada batas terhadap firmanNya, ayat-ayatNya dan kalimat-kalimatNya tentang yang telah lalu dan yang akan datang.

Perumpamaan ilmu semua hamba Allah dibandingkan dengan ilmu Allah hanyalah seperti setitis air dibandingkan dengan semua lautan yang ada. Hal ini adalah berlebihan yang ada hakikatnya.

Allah mengetahui bahawa akal tidak mampu meliputi sebahagian sifatNya. Dia mengetahui bahawa pengenalan terhadapNya oleh hamba-hambaNya adalah nikmat yang paling utama yang dikurniakanNya kepada mereka dan keutamaan paling besar yang mereka peroleh.

Pengenalan itu tidak mungkin dapat dicapai secara keseluruhan, tetapi tidak patut ditinggalkan seluruhnya, bahkan sebahagiannya perlu dicapai. Maka Allah mengingatkan dengan pengingatan yang membuat hati mereka bersinar dan dada mereka menjadi lapang.

Dengan pencapaian mereka itu, mereka dapat mengambil dalil terhadap yang belum mereka capai. Seseorang tidak akan mampu memperkirakan batasannya dan tiada seorang pun yang dapat memujiNya sesuai dengan apa yang selayaknya bagiNya.

Hanya Dia sendirilah yang mengetahui pujian itu sebagaimana Dia memuji diriNya sendiri. Sesungguhnya pujianNya adalah seperti apa yang difirmankanNya. Ia berada di luar jangkauan apa yang kita katakan. Keadaannya lebih agung dari itu.

Rasulullah s.a.w. dalam salah satu doanya mengucapkan, "Aku tidak dapat menghinggakan pujian yang selayaknya kepadaMu. Pujian yang selayaknya bagiMu hanyalah Engkau yang mengetahuinya."

Perumpamaan ini mendekatkan maksud yang tidak dapat dicapai oleh fikiran. Walaupun jumlah pohon dan lautan lebih dari yang disebutkan, maka ia tetap akan habis juga. Adapun kalimat-kalimat Allah, maka tidak akan habis, dalil naqli dan aqli menunjukkan demikian.

Segala sesuatu akan habis dan terbatas kecuali Allah dan sifatNya. Dalam fikiran manusia, yang awal itu adalah waktu-waktu sebelumnya dan yang akhir itu adalah zaman-zaman terakhir, tetapi Allah sebelum waktu-waktu sebelumnya itu tiada batasnya dan setelah zaman-zaman terakhir itu tiada batasnya.

Allah pada setiap waktu memutuskan, berbicara, berfirman, berbuat bagaimana saja yang Dia kehendaki. Jika Dia menginginkan sesuatu, maka tidak ada yang menghalangi ucapan dan perbuatanNya.

Jika akal manusia membayangkan, maka dia akan mengetahui bahawa permisalan yang Allah buat untuk kalimatNya adalah agar hamba mengetahui sebahagian darinya, kerana perkara yang sebenarnya lebih agung dan lebih besar lagi.

Menurut suatu riwayat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan bantahan terhadap orang-orang Yahudi.

Para pendita Yahudi berkata kepada Rasulullah s.a.w. di Madinah, "Hai Muhammad, bagaimanakah pendapatmu tentang ucapanmu, "Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan, melainkan sedikit." (Al Isra: 85) Apakah engkau bermaksud kami ataukah kaummu?"

Rasulullah s.a.w. menjawab, "Kedua-duanya." Mereka berkata, "Bukankah kamu sering membaca apa yang diturunkan kepadamu menyatakan bahawa sesungguhnya kami telah diberi kitab Taurat yang di dalamnya terdapat penjelasan segala sesuatu?"

Maka Rasulullah s.a.w. menjawab, "Sesungguhnya kitab Taurat itu menurut ilmu Allah adalah sedikit, dan bagi kalian dari isi kitab Taurat itu terdapat apa yang menjadi kecukupan bagi kalian."

Allah menurunkan pula firmanNya sehubungan dengan pertanyaan mereka itu, antara lain ialah firmanNya, "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena. (Luqman: 27), hingga akhir ayat. Tetapi menurut pendapat yang terkenal, ayat ini adalah Makkiyyah, bukan Madaniyah. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

"Sesungguhnya Allah Maha Perkasa Maha Bijaksana."

Allah Mahaperkasa. Dia memiliki keperkasaan semuanya. Dengan keperkasaanNya, Dia menundukkan segala sesuatu, Dia kalahkan semua makhluk, bertindak terhadap mereka dan mengatur mereka.

Tiada yang dapat melemahkanNya, mencegah apa yang dikehendakiNya, menentangNya dan mempersoalkan apa yang diputuskanNya. Semua kekuatan di alam bahagian atas maupun bahagian bawah berasal dariNya. Dia memberikannya kepada makhlukNya. Tidak ada daya dan pertolongan kecuali dariNya.

Dia Mahabijaksana dalam menciptakan makhlukNya, memperlakukan mereka, perintahNya, laranganNya, ucapanNya, perbuatanNya, syariatNya, maksudNya dan semua urusanNya. Segala sesuatu dilakukanNya dengan hikmah (kebijaksanaan)Nya.

"28. Tidaklah menciptakan kalian dan tidaklah membangkitkan kecuali seperti jiwa yang satu."

Dengan kekuasaan dan kesempurnaanNya, Dia menciptakan dan membangkitkan semua manusia dari dalam kubur di hari berbangkit hanyalah seperti menciptakan dan membangkitkan satu jiwa saja.

Hal ini sulit dibayangkan dan menghairankan akal, kerana Dia mencipta semua makhluk walaupun banyak, dan membangkitkan setelah mati setelah terpisah-pisah dalam satu kelipan mata saja, seperti Dia menciptakan satu jiwa saja. Akan tetapi segala sesuatu adalah mudah bagi Allah.

Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. Sesungguhnya perintahNya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia.

PerintahNya hanyalah satu perkataan seperti kelipan mata. Tidak sekali-kali Allah memerintah untuk terjadinya sesuatu melainkan hanya sekali perintah, maka sesuatu yang diperintahNya itu terjadi, tanpa perlu mengulang dan mengukuhkan perintahNya.

Oleh kerana itu, tiada alasan untuk menganggap mustahil kebangkitan dan pembalasan terhadap amal, pengingkaran terhadapnya hanyalah disebabkan kebodohannya terhadap keagungan Allah s.w.t.

"Sesungguhnya Allah Maha Mendengar Maha Melihat."

Sebagaimana Dia Maha Mendengar semua ucapan mereka, juga Maha Mengetahui semua perbuatan mereka; semuanya itu bagi Allah sama saja dengan mendengar dan melihat satu jiwa.

Begitu juga Kekuasaan Allah atas mereka, sama halnya dengan kekuasaan Allah atas satu jiwa. Hal itu mudah sekali bagiNya.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...