Sabtu, 23 Mac 2019

4:85-86 Tafsir Surah An Nisa, ayat 85-86.

مَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُنْ لَهُ نَصِيبٌ مِنْهَا وَمَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُنْ لَهُ كِفْلٌ مِنْهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقِيتًا  (٨٥) وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا (٨٦)

Allah s.w.t. berfirman,

"85. Barang siapa yang memberikan syafaat yang baik, menjadi baginya bahagian daripadanya."

Syafa'at (pertolongan) yang baik adalah setiap syafa'at yang ditujukan untuk melindungi hak seorang muslim atau menghindarkannya dari suatu kemadharatan.

Barang siapa yang menolong orang lain dengan pertolongan yang baik, iaitu berusaha atau membantu orang lain dalam suatu urusan agar dapat menghasilkan atau menjalankan kebaikan, maka dia akan mendapat bahagian pahalanya sesuai amalnya, bantuan yang diberikan dan manfaatnya, tanpa dikurangi sedikit pun.

"Dan barang siapa yang memberikan syafaat yang buruk, menjadi baginya dosa daripadanya."

Syafa'at yang buruk ialah lawan kepada syafa'at yang baik. Barang siapa menolong orang lain dengan pertolongan yang buruk, iaitu membantu orang lain agar dapat melakukan keburukan, maka dia menanggung dosa sesuai bantuan yang diberikannya. Dia mendapat dosa dari urusan tersebut yang diusahakannya dan telah diniatkannya sejak mula.

Dalam ayat ini terdapat dorongan untuk saling tolong-menolong di atas kebaikan dan ketakwaan dan larangan saling tolong-menolong di atas dosa dan permusuhan.

Nabi s.a.w. bersabda, "Berikanlah syafaat, nescaya kamu mendapat pahala, dan Allah memutuskan melalui lisan NabiNya apa yang dikehendakiNya."

"Dan Allah atas tiap-tiap sesuatu Mahakuasa."

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ada yang mengatakan bahawa Al Muqit bermaksud Allah Maha Menyaksikan, Mengawasi, Memelihara, Menjaga, Menghitung, Memberi Rezeki dan Allah membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.

"86. Dan apabila kalian dihormati dengan sesuatu penghormatan, maka hormatilah dengan yang lebih baik darinya,"

Tahiyat atau penghormatan adalah lafaz yang diucapkan oleh salah seorang ketika bertemu dengan yang lain sebagai penghormatan dan doa, termasuk juga perkara lain yang berkaitan dengan lafaz itu adalah muka yang berseri-seri dan sebagainya.

Tahiyat yang paling tinggi adalah tahiyat yang disebutkan syara', iaitu ucapan salam yang dilakukan ketika memulai dan menjawab.

Apabila kalian diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, iaitu apabila seorang muslim mengucapkan salam (As Salaamu 'alaikum) kepada kalian, maka balaslah salam penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya (Wa 'alaikumus salaam warahmatullah atau Wa 'alaikumus salaam warahmatullahi wa barakaatuh.)

"atau kembalikan ia."

Atau balaslah penghormatan itu dengan yang serupa, iaitu dengan salam yang sama. Menjawab salam lebih hukumnya sunat dan lebih utama, dan menjawab salam yang serupa hukumnya fardu.

Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w., lalu dia mengucapkan, "Assalamu 'alaika, ya Rasulullah (Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Rasulullah)." Maka Rasulullah s.a.w. menjawab, "Semoga keselamatan terlimpahkan atas dirimu, dan rahmat Allah."

Kemudian datang pula lelaki lain dan mengucapkan, "Assalamu 'alaika, ya Rasulullah, warahmatullahi (Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Rasulullah, dan rahmat Allah)." Maka Beliau s.a.w. menjawab, "Semoga keselamatan terlimpahkan atas dirimu, dan rahmat Allah serta berkahNya."

Lalu datang lagi lelaki lain dan mengucapkan, "Assalamu 'alaika, ya Rasulullah, warahmatullahi wabarakatuh (Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Rasulullah, dan rahmat Allah serta berkahNya)." Maka Rasulullah s.a.w. menjawab, "Hal yang sama semoga terlimpahkan kepadamu."

Maka lelaki yang terakhir ini bertanya, "Wahai Nabi Allah, demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, telah datang kepadamu si ini dan si ini, lalu keduanya mengucapkan salam kepadamu dan engkau menjawab keduanya dengan jawaban yang lebih banyak dari apa yang engkau jawabkan kepadaku."

Maka Rasulullah s.a.w. bersabda, "Kerana sesungguhnya engkau tidak menyisakannya buatku barang sedikit pun, Allah s.w.t. telah berfirman, "Dan apabila kalian dihormati dengan sesuatu penghormatan, maka hormatilah dengan yang lebih baik darinya, atau kembalikan ia." Maka aku menjawabmu dengan salam yang serupa."

Tidak ada tambahan dalam jawaban salam yang bunyinya mengatakan, "Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Seandainya disyariatkan salam yang lebih banyak dari itu, nescaya Rasulullah s.a.w. menambahkannya. Maka balasannya adalah salam yang serupa (Wa'alaikumus salaam warahmatullahi wabarakatuh).

Termasuk menjawab salam penghormatan adalah menjawab segala ucapan penghormatan yang biasa diucapkan manusia, selama ucapan tersebut tidak terlarang secara syara' dan tidak melupakan atau mengganti ucapan salam.

Tidak dijawab salam dari orang kafir, ahli bid'ah, orang fasik (hal itu kerana yang demikian bertentangan dengan maslahat yang lebih besar). Terhadap ahli zimmah (kafir zimmi), mereka tidak boleh dimulai dengan salam; dan jawaban salam dari mereka tidak boleh dilebihkan, melainkan hanya dibalas dengan yang singkat saja (Wa 'alaikum).

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Apabila orang Yahudi mengucapkan salam kepada kalian, maka sebenarnya yang diucapkan seseorang dari mereka adalah, "As samu 'alaikum" (Semoga kebinasaan menimpa kamu), maka katakanlah, "Wa'alaika" (dan semoga kamu pun mendapat yang serupa)."

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Janganlah kalian memulai salam kepada orang Yahudi dan orang Nasrani, dan apabila kalian bersua dengan mereka di jalan, maka desaklah mereka ke tempat yang paling sempit."

Begitu juga tidak jawab orang yang mengucapkan salam kepada orang yang buang air, orang yang berada di kamar mandi dan orang yang sedang makan, bahkan makruh menjawabnya selain yang terakhir (orang yang sedang makan), maka tidak makruh menjawabnya.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaanNya, kalian tidak dapat masuk syurga sebelum beriman, dan kalian belum beriman sebelum saling mengasihi. Mahukah aku tunjukkan kalian kepada suatu perkara; apabila kalian melakukannya, nescaya kalian akan saling mengasihi iaitu, tebarkanlah salam di antara kalian."

Mengucapkan salam hukumnya sunat, sedangkan menjawab salam adalah wajib bagi orang yang ditujukan salam kepadanya. Maka berdosalah dia jika tidak menjawab salam kerana melanggar perintah Allah yang ada di dalam ayat ini.

Ayat ini juga menunjukkan anjuran memulai salam, namun tidak ditujukan kepada orang yang sedang dalam keadaan yang tidak diperintahkan memberi salam, seperti ketika sibuk membaca Al Qur'an, mendengarkan khutbah, sedang solat dan sebagainya.

"Sesungguhnya Allah, Dia atas tiap-tiap sesuatu memperhitungkan."

Allah sentiasa membuat perhitungan atas segala sesuatu. Dia menjaga semua amalan hambaNya, yang baik maupun yang buruk, besar maupun kecil dan akan memberikan balasan terhadapnya sesuai yang dikehendaki oleh kurniaNya, keadilanNya dan hukumNya yang terpuji.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...