Khamis, 16 Mei 2019

34:46-49 Tafsir Surah Saba’, ayat 46-49.

قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ (٤٦) قُلْ مَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (٤٧) قُلْ إِنَّ رَبِّي يَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلامُ الْغُيُوبِ (٤٨) قُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ (٤٩)

Orang-orang kafir menganggap Nabi Muhammad s.a.w. sebagai orang gila. Maka Allah s.w.t. berfirman memerintahkan Beliau,

"46. Katakanlah, "Sungguh hanyalah aku menasihati kalian dengan satu,"

Janganlah kalian cepat-cepat mendustakan kerasulanku dan Al Qur'an yang kubawa. Sesungguhnya aku hanya hendak memperingatkan kepada kalian suatu hal saja, iaitu aku memerintahkan kalian untuk memiliki satu sikap dasar untuk melakukan tindakan yang jujur dan adil. Aku tidak mengajak kalian untuk mengikuti kata-kataku dan tidak pula meninggalkan kata-kata kalian tanpa ada yang mengharuskannya.

"bahawa kalian menghadap kepada Allah berdua dan sendiri-sendiri;"

Iaitu supaya kalian bersatu, membulatkan niat, mempergunakan waktu kalian untuk menghadap Allah dengan tulus ikhlas, memikirkan, merenungkannya dengan sungguh-sungguh apa yang telah aku bawa, membincangkannya, tanpa bersikap taklid, tanpa dipengaruhi oleh kecenderungan dan tanpa fanatisme dalam mencari kebenaran.

Lakukanlah ia secara berdua-dua, iaitu bersama-sama, berkelompok atau berkumpul beberapa orang agar kalian saling membantu dalam merenunginya. Bertanyalah kepada orang lain jika kalian sulit untuk menilainya.

Atau kalian lakukan secara sendiri-sendiri di dalam suasana tenang agar kalian dapat mencermatinya secara lebih objektif dan mendalam. Hendaknya kalian juga memandang kepada diri kalian sendiri.

Semoga dengan demikian kalian dapat mencapai kebenaran yang sebenarnya, menemukan jalan yang lurus yang diridai oleh Allah s.w.t., menginsafi kebenaran yang kubawa membuka selubung yang menutup mata kalian sehingga dengan rela dan penuh keikhlasan mengakui kebenaran apa yang kubawa.

"kemudian kalian berfikir, tidaklah kawan kalian itu dari penyakit gila."

Kemudian kalian fikirkanlah mengenai hal ihwal Muhammad yang berada di tengah-tengah kalian dan kalian ketahui sendiri kenormalan akalnya. Bertanyalah sesama kalian, "Adakah Muhammad mempunyai penyakit gila?" Hendaklah kalian menjawab dengan tulus.

Tidaklah sama sekali Rasulullah s.a.w. itu menderita penyakit gila saat menyampaikan pesan-pesan suci ini. Seandainya mereka menerima nasihat ini tentu akan jelas bagi mereka bahawa  bukanlah orang gila.

Tidak mungkin Beliau seperti itu, kerana keadaannya tidak kelihatan seperti orang gila. Bahkan keadaannya adalah keadaan orang yang paling baik, gerakannya adalah gerakan yang paling baik, di mana Beliau adalah manusia yang paling sempurna adabnya, paling tenang, paling tawadhu’ dan paling sopan. Hal itu hanya ada pada manusia yang paling kuat akalnya.

"Tidaklah dia kecuali pemberi peringatan bagi kalian sebelum azab yang keras."

Muhammad juga bukan seorang pembohong, tetapi Beliau hanyalah seorang pemberi peringatanbagi kalian agar kalian tidak ditimpa siksa yang pedih di hadapan kalian, iaitu di akhirat nanti akibat keingkaran dan kederhakaan kalian terhadap perintah-perintah Allah s.w.t.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya aku ini pemberi peringatan bagi kalian sebelum (menghadapi) azab yang keras."

Sesungguhnya perumpamaan Nabi Muhammad s.a.w. dan umatnya bagaikan suatu kaum yang merasa khuatir akan kedatangan musuh yang menyerang mereka. Lalu mereka mengirim seorang lelaki untuk memata-matai kedatangan musuh. Ketika dia telah berada di tempatnya, tiba-tiba dia nampak musuh sedang datang.

Maka segera dia kembali untuk memperingatkan mereka dengan penuh kekhuatiran akan tersusul oleh musuh sebelum dia menyampaikan peringatan kepada kaumnya. Maka dia membuka bajunya dan mengibar-ngibarkannya sambil berseru, "Hai kaumku, kalian akan diserang!"

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Aku diutus, sedangkan jarak antara aku dengan hari kiamat beriringan, hampir saja hari kiamat benar-benar mendahuluiku."

Jika mereka memperhatikan ucapan Beliau yang fasih, lafaznya yang manis, kalimatnya yang menyentuh hati, membersihkan jiwa, menyucikan hati, membangkitkan akhlak yang mulia, mendorong kepada akhlak yang bak dan menjauhkan dari akhlak yang buruk, di mana jika Beliau bicara maka akan ditatap oleh mata dengan rasa ta’zim kepadanya.

Orang yang seperti ini tidak mirip dengan orang gila. Orang yang merenungi keadaan Beliau dan tujuannya adalah ingin mengetahui, adakah Beliau utusan Allah atau bukan, baik dengan berfikir sendiri atau bersama yang lain dengan suasana tenang, maka tentu dia akan dapat memastikan bahawa Beliau adalah utusan Allah dan benar-benar nabiNya.

Mungkin di sana ada penghalang lain yang menghalang mereka beriman, iaitu adakah Beliau meminta upah dari orang yang mengikuti seruannya atau mengambil upah atas dakwahnya. Maka Allah s.w.t. berfirman menerangkan kebersihan RasulNya s.a.w. dari perkara itu.

"47. Katakanlah, "Apapun aku meminta kepada kalian dari upah, maka ia untuk kalian.""

Katakanlah kepada orang-orang musyrik atau umatmu, "Imbalan apa pun yang aku minta kepada kalian, maka itu untuk kalian." Maksudnya, di dalam melaksanakan tugasku dari Allah s.w.t. menyampaikan risalahNya kepada kalian, memberi peringatan, menasihati dan menyuruh kalian beribadah kepadaNya, sedikit pun tidak mengharapkan upah dan imbalan dari kalian.

Rasulullah s.a.w. sama sekali tidak meminta upah kepada mereka. Beliau sama sekali tidak mengharapkan keuntungan duniawi, tetapi yang diminta Beliau adalah agar mereka beriman kepada Allah s.w.t., dan iman itu adalah untuk kebaikan mereka sendiri.

"Tidaklah upahku kecuali atas Allah""

Upah atau imbalanku di dalam melaksanakan semuanya itu hanyalah dari Allah. Iaitu sesungguhnya aku hanya memohon pahala hal tersebut dari sisi Allah.

"dan Dia atas segala sesuatu Maha Menyaksikan.”

Allah Maha Mengetahui. IlmuNya meliputi segala sesuatu. Dia menyaksikan semua urusan yang sedang kulakukan dalam menyampaikan risalah dariNya kepada kalian. Jika aku berdusta, tentu Dia akan menghukumku. Dia juga menyaksikan apa yang sedang kalian kerjakan, menjaganya dan akan memberikan balasan.

"48. Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku, Dia mewahyukan dengan kebenaran.""

Katakanlah kepada orang-orang yang mengingkari keesaan Allah s.w.t., dan tidak mempercayai Rasul-rasul dan hari berbangkit, bahawa sesungguhnya Dia mewahyukan kebenaran dan menempatkannya ke dalam hati sanubari orang-orang yang dipilihNya, iaitu para nabi. Dia mewahyukan kebenaran untuk mengalahkan yang batil, sehingga yang batil itu binasa.

"Maha Mengetahui segala yang ghaib.""

Dia Maha Mengetahui segala yang ghaib. Tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagiNya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Dia mengetahui siapa yang layak dipilih menjadi Rasul yang melaksanakan tugas dan kewajiban yang dibebankan. Dia mengutus malaikatNya kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya yang ada di bumi.

Allah s.w.t. melemparkan, menghilangkan dan menghancurkan kebatilan dengan datangnya wahyu yang mengandungi kebenaran. Dia mengetahui was-was dan syubhat yang tersembunyi dalam hati. Dia mengetahui hujah yang dapat menyingkirkannya.

Dia memberitahukannya kepada hamba-hambaNya dan menerangkannya kepada mereka. Maka ucapan orang-orang yang mendustakan kalah, kedustaan dan pembangkangan mereka terbongkar, kebatilan kalah dan kebenaran kelihatan semakin jelas. Demikian itu sudah menjadi sunnah dan kebiasaanNya.

"49. Katakanlah, "Telah datang kebenaran dan tidak memulai kebatilan dan tidak akan kembali.”"

Telah datang perkara hak dari Allah dan syariat yang besar. Apabila kebenaran sudah datang, telah kelihatan bersinar dan terang sebagaimana terangnya matahari, maka pastilah yang batil itu tidak akan memulai dan tidak akan mengulangi.

Kebatilan itu pasti akan lemah, hancur, binasa, pudar, surut, lenyap, menghilang, tidak akan kembali lagi, tidak mempunyai kepemimpinan lagi, tidak dapat berbuat sesuatu untuk melawan atau menghancurkan kebenaran itu.

Demikianlah setelah Islam datang memancangkan benderanya, dan menyebarkan ajarannya, maka hancur binasalah penyembahan berhala itu.

Ketika Rasulullah s.a.w. memasuki Masjidil Haram pada hari jatuhnya kota Mekah, dan Beliau melihat banyak berhala yang dipasang di sekeliling Ka'bah, lalu Beliau mendorong sebahagian dari berhala itu dengan busurnya sambil membaca firmanNya, "Dan katakanlah, "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (Al Isra 17:81) Seterusnya Beliau membaca ayat 49 ini.

Kebatilan yang tidak bermanfaat itu seperti buih, tidak dapat bertahan dan akan lenyap sebagai sesuatu yang tak ada harganya apabila kebenaran yang bermanfaat itu datang menjelma, dan kebenaran akan tetap dipertahankan dan tetap di bumi.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...