Ahad, 6 Oktober 2019

5:48-50 Tafsir Surah Al Maidah, ayat 48-50.

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (٤٨) وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ (٤٩) أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (٥٠) 

Allah s.w.t. berfirman kepada hamba dan rasulNya, iaitu Nabi Muhammad s.a.w.,

"48. Dan Kami turunkan kepadamu kitab dengan hak," 

Kami telah menurunkan kitab Al Qur'an kepadamu dengan membawa kebenaran, tiada keraguan di dalamnya; dan bahawa Al Qur'an itu diturunkan dari sisi Allah s.w.t.

"yang membenarkan terhadap apa yang di hadapannya dari kitab," 

Al Qur’an membenarkan kitab-kitab yang terdahulu atau yang diturunkan sebelumnya. Iaitu kitab-kitab terdahulu yang mengandung sebutan dan pujian kepadanya, dan bahawa Al Qur'an itu akan diturunkan dari sisi Allah kepada hamba lagi RasulNya, iaitu Nabi Muhammad s.a.w.

Penurunan Al Qur'an yang sesuai dengan apa yang telah diberitakan oleh kitab-kitab terdahulu merupakan faktor yang menambah kepercayaan di kalangan para pemilik kitab-kitab sebelum Al Qur'an dari kalangan orang-orang yang mempunyai ilmu dan taat kepada perintah Allah, mengikuti syariat-syariat Allah serta membenarkan rasul-rasul Allah.

Al Qur'an mengandung apa yang dikandung dalam kitab-kitab sebelumnya, dan menambah lagi tuntutan-tuntutannya dan akhlak bagi diri. Al Qur'an mengandung semua kebenaran yang dibawa kitab-kitab sebelumnya, sehingga ia memerintahkannya dan mendorongnya.

Di dalam Al Qur'an terdapat berita tentang orang-orang yang terdahulu dan yang akan datang, di dalamnya terdapat hukum dan hikmah serta hukum-hukum yang ditunjukkan kitab-kitab sebelumnya.

Oleh kerananya isi kitab-kitab terdahulu, jika disaksikan oleh Al Qur'an sebagai kebenaran, maka hal itu diterima, namun jika tidak disaksikan demikian, bahkan didustakan, maka hal itu ditolak kerana telah dirubah oleh tangan manusia.

"dan yang menjaga atasnya,"

Al muhaimin bermaksud Al Qur’an juga menjaga kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Ada yang menafsirkan bahawa Al Qur’an adalah hakim atau batu ujian bagi kitab-kitab yang sebelumnya. Ada yang menafsirkan bahawa Al Qur’an ialah sebagai saksi.

Ada yang menafsirkan bahawa Al Qur’an adalah kepercayaan semua kitab sebelumnya. Apa saja isi dari kitab terdahulu yang sesuai dengan Al Qur'an, maka itu adalah benar; dan apa saja isi dari kitab-kitab terdahulu yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an, itu adalah batil.

Semua pendapat tersebut pengertiannya saling berdekatan. Allah s.w.t telah menjadikan kitab Al Qur'an yang agung ini yang Dia turunkan sebagai akhir dari kitab-kitabNya dan merupakan pamungkas (penutup)nya paling agung dan paling sempurna.

Di dalam Al Qur'an terkandung kebaikan-kebaikan kitab-kitab sebelumnya dan ditambahkan banyak kesempurnaan yang tidak terdapat pada kitab-kitab lainnya. Kerana itulah Allah menjadikannya sebagai saksi, kepercayaan dan hakim atas semua kitab yang terdahulu, dan Allah sendiri menjamin pemeliharaan bagi keutuhannya.

"maka putuskanlah antara mereka dengan apa yang Allah turunkan" 

Maka hai Muhammad, putuskanlah perkara di antara manusia baik yang Arab maupun yang 'Ajam, baik yang ummi maupun yang pandai baca tulis, dengan (menurut) apa yang diturunkan oleh Allah kepadamu di dalam Al Qur'an yang agung ini, dan dengan apa yang telah ditetapkan untukmu dari hukum para nabi sebelummu, tetapi tidak dimansukh oleh syariatmu.

Ibnu Abbas mengatakan bahawa Nabi s.a.w. disuruh memilih. Jika Beliau suka, boleh memutuskan perkara di antara mereka (kaum Ahli Kitab); dan jika tidak suka, Beliau boleh berpaling dari mereka, lalu mengembalikan keputusan mereka kepada hukum-hukum mereka sendiri. Maka turunlah firmanNya, "maka putuskanlah antara mereka dengan apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka." (Al Maidah 5:49); Dengan turunnya ayat ini Rasulullah s.a.w. diperintahkan untuk memutuskan perkara di antara mereka (Ahli Kitab) dengan apa yang terdapat di dalam kitab kita, iaitu Al Qur'an.

"dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dari apa yang telah datang kepadamu dari kebenaran."

Janganlah kamu mengikuti keinginan dan pendapat mereka yang mereka peristilahkan sendiri itu, sehingga mereka meninggalkan apa yang apa yang diturunkan oleh Allah kepada RasulNya. Janganlah kamu berpaling dari kebenaran yang diperintahkan Allah kepadamu, lalu kamu cenderung kepada hawa nafsu orang-orang yang bodoh lagi celaka itu.

"Bagi tiap-tiap, Kami telah menjadikan di antara kalian peraturan dan jalan yang terang."

Syir'atan wa minhajan bermaksud jalan atau peraturan dan tuntunan atau jalan yang terang. Untuk setiap umat di antara kalian, iaitu umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya, Kami berikan peraturan dan jalan yang terang.

Peraturan di sini seperti yang tertera dalam Al Qur’an, dan jalan yang terang di sini adalah sunnah Rasulullah s.a.w. sebagai penjelasan atau praktik nyata dari Al Qur’an. Dengan demikian, sunnah Nabi s.a.w. merupakan tolok ukur benar tidaknya kita memahami Al Qur’an.

Tuntunan atau syari'at bagi setiap umat berbeda-beda sesuai kondisi zaman dan keadaan pada waktu itu, dan semua syari'at itu merujuk kepada keadilan yang memang layak diterapkan pada zaman itu.

Di dalam kitab Taurat merupakan suatu syariat, di dalam kitab Injil merupakan suatu syariat, dan di dalam Al Qur'an merupakan suatu syariat; di dalamnya Allah menghalalkan apa yang dikehendakiNya dan mengharamkan apa yang dikehendakiNya.

Adakalanya sesuatu hal dalam suatu syariat diharamkan, kemudian dalam syariat yang lain dihalalkan dan kebalikannya; lalu diringankan dalam suatu syariat, sedangkan dalam syariat yang lain diperberat. Yang demikian itu kerana mengandung hikmah yang tidak terbatas serta hujah yang jelas bagi Allah dalam menentukan hal tersebut.

Adapun usul (dasar-dasar agama) yang menjadi maslahat dan kebijaksanaan di setiap zaman, iaitu ajaran tauhid, maka sama dan tidak berbeda-beda. Ajaran tauhid yang diperintahkan oleh Allah kepada semua rasul yang diutusNya itu terkandung di dalam semua kitab yang diturunkanNya. Hanya agama tauhid dan ikhlas kepada Allah semata saja yang diterima oleh Allah.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Kami para nabi adalah saudara-saudara yang berlainan ibu, tetapi agama kami satu."

"Dan sekiranya Allah menghendaki, sungguh Dia menjadikan kalian umat yang satu," 

Sekiranya Allah menghendaki, nescaya kalian dijadikanNya satu umat saja. Iaitu seandainya Dia menghendaki, nescaya dihimpunkanNya semua umat manusia dalam satu agama dan satu syariat yang tiada sesuatu pun darinya yang dimansukh.

"akan tetapi Dia hendak menguji kalian dalam apa yang Dia berikan kepada kalian,"

Akan tetapi Allah hendak menguji kalian terhadap kurnia yang telah diberikanNya kepada kalian. Dia pecah-pecahkan kalian dengan menetapkan berbagai macam syariat sesuai keadaan waktu kalian untuk menguji siapa di antara kalian yang taat dan siapa di antara kalian yang bermaksiat.

Dia menjadikan suatu syariat tersendiri bagi tiap rasul, kemudian memansukh seluruhnya atau sebahagiannya dengan risalah lain yang diutus oleh Allah sesudahnya, hingga semuanya dimansukh oleh apa yang diturunkanNya kepada Nabi Muhammad s.a.w. Allah mengutusnya kepada seluruh penduduk bumi dan menjadikannya sebagai penutup para nabi semuanya.

Allah akan memberi pahala kepada orang-orang yang taat kepadaNya, dan Dia akan menyiksa orang-orang yang derhaka kepadaNya. Ujian itu juga agar kalian dapat berlumba-lumba dalam kebaikan dengan umat sebelum kalian.

"maka berlumba-lumbalah kalian kebaikan."

Maka bersegeralah dan berlumba-lumbalah kalian berbuat kebajikan, iaitu taat kepada Allah dan mengikuti syariatNya yang dijadikanNya memansukh syariat pendahulunya serta membenarkan kitab Al-Qur'an yang merupakan akhir dari kitab yang diturunkanNya.

Ayat ini menunjukkan agar seseorang bersegera melaksanakan ketaatan dan tidak menundanya, seperti melaksanakan solat di awal waktu, dan agar seseorang tidak membatasi diri melakukan kewajiban saja, bahkan sepatutnya ia mengerjakan hal yang sunat yang mampu dikerjakan agar amalan menjadi sempurna dan dapat mendahului orang lain dalam mengerjakan kebaikan.

"Kepada Allah tempat kembali kalian semuanya," 

Hanya kepada Allah kalian semua kembali, baik kalian maupun umat-umat terdahulu. Iaitu tempat kembali kalian kelak di hari kiamat hanyalah kepada Allah s.w.t.

"maka Dia beritahu kalian terhadap apa yang kalian di dalamnya berselisih."

Lalu diberitahukanNya kepada kalian kebenaran mengenai syari'at dan amalan yang telah kalian perselisihkan dahulu. Maka Dia akan memberikan balasan pahala kepada orang-orang yang percaya berkat kepercayaan mereka, pengikut kebenaran dan pelaku amal soleh.

Dia akan mengazab orang-orang kafir yang ingkar lagi mendustakan perkara yang hak dan menyimpang darinya ke yang lain tanpa dalil dan tanpa bukti, pengikut kebatilan dan pelaku amal buruk. Bahkan mereka sengaja ingkar terhadap bukti-bukti yang jelas, hujah-hujah yang terang serta dalil-dalil yang pasti.

Ka'b ibnu Asad, Ibnu Saluba, Abdullah ibnu Suria, dan Syas ibnu Qais; sebahagian dari mereka berkata kepada sebahagian yang lain, "Marilah kita berangkat kepada Muhammad, barangkali saja kita dapat memalingkan dia dari agamanya." Lalu mereka datang kepada Nabi Muhammad dan berkata, "Hai Muhammad, sesungguhnya engkau telah mengetahui bahawa kami adalah rahib-rahib Yahudi, orang-orang terhormat, dan pemuka-pemuka mereka. Dan sesungguhnya jika kami mengikutimu, nescaya orang-orang Yahudi akan mengikutimu dan tidak akan menentang kami. Sekarang telah terjadi suatu perselisihan antara kami dan kaum kami, maka kami serahkan keputusan kami dan mereka kepadamu; dan engkau putuskan untuk kemenangan kami atas mereka, lalu kami mahu beriman kepadamu dan membenarkanmu." Tetapi Rasulullah s.a.w. menolak tawaran itu, dan Allah s.w.t menurunkan firmanNya,

"49. Dan hendaklah kamu memutuskan di antara mereka dengan apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka."

Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, iaitu yang disebutkan dalam Al Qur'an dan As Sunnah, dan itulah keadilan. Janganlah kamu mengikuti keinginan mereka.

Ayat ini mengukuhkan apa yang telah disebutkan sebelumnya, iaitu perintah yang menganjurkan hal tersebut dan larangan berbuat kebalikannya.

"Dan hati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka memperdayakan kamu dari sebahagian apa yang Allah turunkan kepadamu."

Waspadalah kamu terhadap musuh orang-orang Yahudi itu, jangan biarkan mereka memalsukan perkara yang hak melalui berbagai macam perkara yang mereka ajukan kepadamu dan jangan sampai mereka memperdayakan kamu terhadap sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepada kamu sehingga kamu meninggalkan hukum Allah kerana mengikuti hawa nafsu mereka. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang pendusta, kafir lagi penghianat.

"Maka jika mereka berpaling," 

Jika mereka berpaling dari hukum yang telah diturunkan Allah, iaitu berpaling dari perkara hak yang telah kamu putuskan di antara mereka, lalu mereka menentang syariat Allah,

"maka ketahuilah bahawasanya Allah menghendaki untuk memberi mereka musibah dengan sebahagian dosa-dosa mereka."

Maka ketahuilah bahawa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Untuk dosa-dosa ada hukumannya, baik segera maupun ditunda nanti. Di antara hukuman yang paling besar adalah dijadikan indah kemaksiatan akibat kefasikannya.

Dia memalingkan mereka dari jalan hidayah disebabkan dosa-dosa mereka yang terdahulu yang berakibat kesesatan dan pembangkangan mereka. Hal itu telah direncanakan oleh takdir Allah dan kebijaksanaanNya terhadap mereka.

"Dan sungguh kebanyakan manusia, sungguh orang-orang yang fasik."

Sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar keluar dari ketaatan kepada Tuhan mereka dan menentang perkara yang hak serta berpaling darinya.

"50. Maka apakah hukum Jahiliah mereka kehendaki, dan siapakah yang lebih baik dari Allah hukum bagi kaum yang yakin?"

Apakah hukum Jahiliah yang mereka inginkan dan mereka kehendaki, lalu mereka berpaling dari hukum Allah? Hukum jahiliah adalah setiap hukum yang menyelisihi hukum Allah dan RasulNya.

Barang siapa yang berpaling dari hukum Allah dan RasulNya, maka dia ditimpa bala' dengan hukum jahiliah yang tegak di atas kebodohan, kezaliman dan kesesatan. Adapun hukum Allah, maka ia tegak di atas ilmu, keadilan, cahaya dan petunjuk.

Allah s.w.t. mengingkari perbuatan orang-orang yang keluar dari hukum Allah yang muhkam lagi mencakup semua kebaikan, melarang setiap perbuatan jahat, lalu mereka memilih pendapat-pendapat yang lain dan kecenderungan-kecenderungannya serta peristilahan yang dibuat oleh kaum lelaki tanpa sandaran dari syariat Allah, seperti yang pernah dilakukan oleh ahli Jahiliah.

Orang-orang Jahiliah memutuskan perkara mereka dengan kesesatan dan kebodohan yang mereka buat-buat sendiri oleh pendapat dan keinginan mereka. Dan juga sama dengan hukum yang dipakai oleh bangsa Tartar berupa undang-undang kerajaan yang diambil dari raja mereka, iaitu Jengis Khan; perundang-undangan tersebut dibuat oleh Al Yasuq untuk mereka.

Undang-undang ini terangkum di dalam suatu kitab yang di dalamnya memuat semua hukum-hukum yang dipetik dari berbagai macam syariat, dari agama Yahudi, Nasrani, dan agama Islam serta lain-lainnya.

Di dalamnya banyak terdapat undang-undang yang ditetapkan hanya berdasarkan pandangan dan keinginan Jengis Khan sendiri. Kemudian hal tersebut di kalangan keturunannya menjadi peraturan yang diikuti dan lebih diutamakan atas hukum Kitabullah dan sunnah RasulNya.

Barang siapa yang melakukan hal tersebut dari kalangan mereka, maka dia adalah orang kafir yang wajib diperangi hingga dia kembali kepada hukum Allah dan RasulNya, kerana tiada hukum kecuali hukumNya, baik dalam perkara yang kecil maupun perkara yang besar.

Hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang meyakini agamaNya? Iaitu siapakah yang lebih adil daripada Allah dalam hukumnya bagi orang yang memahami syariat Allah, beriman kepadaNya, dan yakin serta mengetahui bahawa Allah adalah Hakim di atas semua hakim serta Dia lebih belas kasihan kepada makhlukNya berbanding seorang ibu kepada anaknya?

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahakuasa atas segala sesuatu, lagi Mahaadil dalam segala sesuatu.

Abu Ubaidah An Naji menceritakan bahawa dia pernah mendengar Al Hasan berkata, "Barang siapa yang memutuskan perkara bukan dengan hukum Allah, maka hukum Jahiliah yang dipakainya."

Ibnu Abu Nujaih menceritakan bahawa Tawus apabila ada seseorang bertanya kepadanya, "Bolehkah aku membeda-bedakan pemberian di antara anak-anakku?" Maka Tawus membacakan firmanNya, "Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki." (Al Maidah 5:50), hingga akhir ayat.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Orang yang paling dimurkai oleh Allah s.w.t. ialah orang yang menginginkan tuntunan Jahiliah dalam Islam, dan orang yang menuntut darah seseorang tanpa alasan yang dibenarkan hanya semata-mata ingin mengalirkan darahnya."

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...