Rabu, 27 November 2019

2:65-66 Tafsir Surah Al Baqarah, ayat 65-66.

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (٦٥) فَجَعَلْنَاهَا نَكَالا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ (٦٦) 

Allah s.w.t. berfirman,

"65. Dan sungguh kalian mengetahui orang-orang yang melanggar dari kalian pada hari Sabat,"

Sesungguhnya kalian (orang-orang Yahudi) telah mengetahui kisah penduduk kota Ailah yang terletak di pinggir pantai. Ada yang mengatakan bahawa mereka tinggal di suatu kampung yang terletak di antara Ailah dan Tur, iaitu Madyan.

Mereka melakukan pelanggaran pada hari Sabat, iaitu hari Sabtu, hari khusus bagi orang Yahudi untuk beribadah, bukan untuk bekerja. Mereka telah disyariatkan mengagungkan hari Sabtu dan menaati perintahNya.

Namun mereka derhaka terhadap perintah Allah dan melanggar perjanjian dan ikrarNya yang telah Dia ambil dari mereka. Mereka memanfaatkan hari Sabtu untuk menjaring ikan. Mereka membuat helah agar mereka tetap dapat berburu ikan di hari Sabtu, iaitu dengan menggunakan jaring-jaring, perangkap-perangkap dan galian-galian sebelum hari Sabtu.

Ada yang mengatakan bahawa sesungguhnya hari raya (besar) yang difardukan oleh Allah kepada kaum Bani Israil pada mulanya adalah hari Jumaat. Tetapi mereka menggantinya menjadi hari Sabtu, lalu mereka menghormati hari Sabtu sebagai ganti hari Jumaat, dan mereka meninggalkan apa-apa yang diperintahkan kepadanya.

Setelah mereka membangkang dan hanya menetapi hari Sabtu, maka Allah menguji mereka dengan hari Sabtu itu dan diharamkan atas mereka banyak hal yang telah dihalalkan bagi mereka diselain hari Sabtu. Maka Allah mengharamkan mereka melakukan perburuan ikan di hari Sabtu, juga mengharamkan memakannya di hari itu.

Apabila hari Sabtu tiba, maka ikan-ikan muncul terapung-apung begitu banyak di dekat pantai mereka berada, sedangkan Allah telah mengharamkan orang-orang Yahudi melakukan suatu pekerjaan pun di hari Sabtu.

Tetapi apabila hari Sabtu telah berlalu, ikan-ikan itu pergi semua dan lenyap tak berbekas menetap di dasar laut hingga tiada seekor ikan pun yang kelihatan, baik yang besar maupun yang kecil, dan muncul semula pada hari Sabtu seterusnya.

Mereka tetap dalam keadaan demikian dalam waktu yang cukup lama memendam rasa ingin memakan ikan.

Seseorang dari mereka sengaja menangkap ikan dengan sembunyi-sembunyi di hari Sabtu, lalu dia mengikat ikan tersebut dengan benang, kemudian melepaskannya ke laut; sebelum itu dia mengikat benang itu ke suatu pasak yang dia buat di tepi laut, lalu dia pergi meninggalkannya.

Keesokan harinya dia datang ke tempat itu, lalu mengambil ikan tersebut dengan alasan bahawa dia tidak mengambilnya di hari Sabtu. Selanjutnya dia pergi membawa ikan tangkapannya itu, kemudian dimakannya.

Pada hari Sabtu berikutnya dia melakukan hal yang sama. Orang ramai terhidu bau ikan itu. Maka penduduk kampung berkata, "Demi Allah, kami terhidu bau ikan." Kemudian mereka menemukan orang yang melakukan hal tersebut, lalu mereka mengikuti perbuatannya.

Ada yang menggali pasir dan membuat suatu parit sampai ke laut yang dihubungkan dengan kolam galiannya itu. Apabila hari Sabtu tiba, dia membuka tambak paritnya, lalu datanglah ombak membawa ikan hingga ikan-ikan itu masuk ke dalam kolamnya.

Ketika ikan-ikan itu hendak keluar dari kolam tersebut, ternyata tidak mampu kerana paritnya dangkal, hingga ikan-ikan itu tetap berada di dalam kolam tersebut.

Apabila hari Ahad tiba, maka lelaki itu datang, lalu mengambil ikan-ikan tersebut. Lalu seseorang memanggang ikan hasil tangkapannya dan ternyata jirannya terhidu bau ikan bakar.

Ketika si jiran menanyakan kepadanya, dia menceritakan apa yang telah dilakukannya. Maka si jiran tersebut melakukan hal yang sama seperti dia, hingga tersebarlah kebiasaan makan ikan di kalangan mereka.

Apabila hari Sabtu tiba dan ikan-ikan banyak didapat sebagaimana biasanya, ikan-ikan tersebut terjerat oleh jaring-jaring dan perangkap-perangkap tersebut, tiada suatu ikan pun yang selamat di hari Sabtu itu. Kemudian mereka mengambil ikan-ikan tersebut pada hari Ahadnya sebagai helah (cara meloloskan diri dari larangan dengan niat yang buruk).

Mereka melakukan hal tersebut dengan sembunyi-sembunyi dalam waktu cukup lama. Allah sengaja tidak menyegerakan siksaanNya terhadap mereka, sebelum mereka melakukan perburuan ikan secara terang-terangan dan menjualnya di pasar-pasar.

Segolongan orang dari kalangan mereka yang tidak ikut berburu berkata, "Celakalah kalian ini, bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya kalian melakukan perburuan di hari Sabtu, sedangkan hari tersebut tidak dihalalkan bagi kalian."

Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami hanya menangkapnya pada hari Ahad, iaitu di hari kami mengambilnya." Maka orang-orang yang ahli hukum berkata, "Tidak, melainkan kalian menangkapnya di hari kalian membuka jalan air baginya, lalu ia masuk."

Akhirnya mereka tidak dapat mencegah kaumnya menghentikan hal tersebut. Sedangkan golongan lainnya yang tidak memakan ikan dan tidak melarang kaum dari perbuatan mereka berkata, "Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?"

Iaitu mengapa kalian bersikeras menasihati mereka, padahal kalian telah menasihati mereka, tetapi mereka tidak mahu menuruti nasihat kalian. Tiada gunanya kalian menasihati suatu kaum yang bakal diazab oleh Allah atau Allah akan mengazab mereka dengan azab yang keras.

Mereka yang memberi peringatan kepada kaumnya menjawab, "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) atau sebagai permintaan maaf kepada Tuhan kalian, kami tidak menyukai perbuatan mereka, dan barangkali saja mereka mahu bertakwa (kepada Allah)."

Ketika mereka menolak nasihat tersebut, maka orang-orang yang taat kepada perintah Allah berkata, "Demi Allah, kami tidak mahu hidup bersama kalian dalam satu kampung." Lalu mereka membahagi kampung itu menjadi dua bahagian yang dipisahkan oleh sebuah tembok penghalang.

Lalu kaum yang taat pada perintah Allah membuat suatu pintu khusus untuk mereka sendiri, dan orang-orang yang melanggar pada hari Sabtu juga membuat pintunya sendiri. Nabi Daud a.s. melaknat mereka yang melanggar di hari Sabtu itu.

"maka Kami berfirman kepada mereka, "Jadilah kalian kera-kera yang hina.""

Pada suatu hari orang-orang yang taat pada perintah Tuhannya keluar ke tempat perkumpulan dan masjid-masjidnya. Mereka merasa kehilangan dan tidak nampak orang-orang yang berburu. Mereka tidak membuka pintu khusus mereka.

Kemudian sebahagian dari kalangan mereka berkata kepada sebahagian yang lain, "Orang-orang yang suka berburu di hari Sabtu sedang sibuk, marilah kita lihat apakah yang sedang mereka lakukan." Lalu mereka berangkat untuk melihat keadaan orang-orang yang berburu di rumah-rumah mereka.

Mereka menjumpai rumah-rumah tersebut dalam keadaan terkunci. Rupanya mereka memasuki rumahnya masing-masing di malam hari, lalu menguncinya dari dalam, seperti orang yang mengurung diri.

Maka orang-orang yang taat menjenguk keadaan mereka dengan menaiki tembok penghalang tersebut setelah merasakan bahawa mereka tidak mahu juga membuka pintunya. Allah telah mengutuk rupa mereka yang berburu itu menjadi kera kerana kederhakaannya. Satu sama lainnya saling melompati.

Ada yang mengatakan bahawa hati merekalah yang dikutuk, bukan rupa mereka. Sesungguhnya hal ini hanyalah sebagai perumpamaan yang dibuat oleh Allah. Jadilah mereka orang-orang yang nista dan hina seperti kera.

Ada yang mengatakan bahawa Allah menjadikan sebahagian dari mereka (Bani Israil) kera dan babi. Para pemuda dari kalangan mereka dikutuk menjadi kera, sedangkan orang-orang yang sudah lanjut usianya dikutuk menjadi babi.

Ada yang mengatakan bahawa kaum itu menjadi kera yang memiliki ekor. Sebelum itu mereka adalah manusia yang terdiri daripada kaum lelaki dan wanita. Jumhur mufassir menafsirkan bahawa mereka betul-betul berubah menjadi kera, tetapi mereka tidak beranak, tidak makan dan minum, dan hidupnya tidak lebih dari tiga hari.

Sesungguhnya orang-orang yang melihat keadaan mereka mengenal seseorang yang dikenalnya kini telah berubah bentuk menjadi kera. Para wanitanya menjadi kera betina, dan anak-anaknya menjadi kera kecil.

Kemudian orang-orang yang taat membuka pintu mereka, masuk menemui mereka dan berkata, "Hai Fulan, bukankah kami telah melarang kamu (dari melakukan perburuan di hari Sabtu)?" Mereka hanya menganggukkan kepala membenarkannya.

Sesudah rupa mereka dikutuk dan diubah, mereka tidak mahu makan dan minum serta tidak dapat mengembangbiakkan keturunannya. Sesungguhnya Allah telah menciptakan kera dan babi serta makhluk lainnya dalam masa enam hari. Allah mengubah rupa kaum tersebut menjadi kera.

Demikianlah Allah dapat melakukan terhadap siapa yang dikehendakiNya, dan Dia dapat mengubah rupa ke dalam bentuk seperti apa yang dikehendakiNya. Mereka hanya hidup di bumi ini selama tiga hari. Tiada suatu pun yang dikutuk dapat bertahan hidup lebih dari tiga hari. Mereka dibinasakan sehingga tidak ada keturunannya.

Kera adalah suatu binatang yang rupanya lebih mirip dengan manusia, tetapi kera bukan jenis manusia. Begitu juga dengan perbuatan dan tipu muslihat mereka, perbuatan mereka itu menurut lahiriah mirip dengan perkara yang hak, tetapi batiniahnya lain, bahkan sebaliknya.

Maka pembalasan dikutuk menjadi kera itu merupakan balasan dari perbuatan mereka sendiri yang disesuaikan dengan jenis pelanggarannya.

Seandainya Allah tidak menyelamatkan orang-orang yang melarang mereka berbuat kejahatan itu, nescaya semuanya dibinasakan oleh Allah.

"66. Maka Kami jadikan ia peringatan bagi apa yang pada masa itu dan apa yang di belakangnya,"

Nakaalan bermaksud peringatan. Kami jadikan kampung itu, para penduduknya dan siksaan yang demikian itu sebagai peringatan bagi orang-orang yang sezaman dengan mereka, juga bagi orang-orang yang akan datang sesudah mereka, sehingga hujah telah tegak dan agar mereka tidak bermaksiat kepada Kami.

"dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa."

Al mau'izah dalam ayat ini bermaksud pelajaran atau peringatan. Allah s.w.t. jadikan azab dan pembalasan yang telah menimpa mereka sebagai balasan dari perbuatan mereka yang melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan tipu muslihat yang mereka jalankan.

Ia menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa, sehingga mereka dapat bersabar di atas ketakwaan. Ada yang mengatakan bahawa yang dimaksudkan ialah bagi orang-orang sesudah mereka hingga hari kiamat. Ada yang mengatakan umat Nabi Muhammad s.a.w.

Peringatan itu hanya bermanfa'at bagi orang-orang yang bertakwa saja. Kerana itu mereka berhati-hati, memelihara diri dari hal-hal yang menyebabkan siksa Allah, mewaspadainya dan dapat bersabar di atas ketakwaan.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Janganlah kalian lakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi, kerana akibatnya kalian akan menghalalkan apa-apa yang diharamkan oleh Allah hanya dengan tipu muslihat yang rendah."

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...