Selasa, 31 Disember 2019

16:90 Tafsir Surah An Nahl, ayat 90.

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (٩٠) 

Allah s.w.t. berfirman memerintahkan kepada hamba-hambaNya,

"90. Sesungguhnya Allah menyuruh untuk berbuat keadilan" 

Sesungguhnya Allah menyuruh kalian berlaku adil, iaitu pertengahan dan seimbang. Adil bermaksud menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan hak kepada masing-masing yang mempunyai hak. Adil yang diperintahkan Allah ini mencakup adil terhadap hakNya dan adil terhadap hak hambaNya. Caranya adalah dengan menunaikan kewajibannya secara sempurna.

Kepada Allah s.w.t., misalnya dengan mentauhidkanNya dan tidak berbuat syirik, menaatiNya dan tidak menderhakai, mengingatNya dan tidak melupakan, serta bersyukur kepadaNya dan tidak kufur.

Kepada manusia, misalnya dengan memenuhi haknya. Jika sebagai pemimpin, maka dia memenuhi kewajibannya terhadap orang yang berada di bawah pimpinannya, baik dia sebagai pemimpin dalam ruang lingkup yang besar (imamah kubra), menjabat sebagai qadhi (hakim), wakil khalifah atau wakil qadhi.

Adil juga berlaku dalam mu’amalah, iaitu dengan bermu’amalah dalam akad jual beli dan tukar-menukar dengan memenuhi kewajiban kita, tidak mengurangi hak orang lain (seperti mengurangi takaran dan timbangan), tidak menipu dan tidak menzalimi.

Ada yang mengatakan bahawa berlaku adil bermaksud mengucapkan persaksian bahawa tidak ada Tuhan selain Allah. Ada yang mengatakan sikap pertengahan antara zahir dan batin bagi setiap orang yang mengamalkan suatu amal kerana Allah s.w.t.

"dan kebaikan" 

Allah menyuruh kalian berbuat kebajikan atau berbuat ihsan. Adil hukumnya wajib, sedangkan ihsan adalah keutamaan dan disukai, misalnya dengan memberikan lebih dari yang diwajibkan, seperti memberikan manfaat kepada orang lain dengan harta, badan, ilmu atau lainnya.

Jika dalam ibadah, maka dengan mengerjakan kewajiban atau beribadah kepada Allah seakan-akan melihatNya. Ada yang mengatakan bahawa ihsan bermaksud bilamana hatinya lebih baik daripada lahiriahnya.

"dan memberikan yang mempunyai hubungan kerabat" 

Allah menyuruh kalian memberi kaum kepada kaum kerabat. Disebutkan memberikan sesuatu kepada kerabat walaupun masuk dalam keumuman, agar mendapatkan perhatian lebih.

Kerabat di sini mencakup kerabat dekat maupun jauh, akan tetapi semakin dekat, maka semakin berhak mendapat kebaikan. Ada yang menafsirkan bahawa hendaknya dia menganjurkan untuk bersilaturahim.

"dan melarang dari perbuatan keji dan mungkar," 

Allah melarang kalian dari melakukan perbuatan keji, iaitu dosa besar yang dianggap keji baik oleh syara’ maupun fitrah, seperti syirik, membunuh dengan tanpa hak, zina, mencuri, ‘ujub, sombong, merendahkan manusia dan lain-lain. Allah juga melarang kalian dari melakukan kemungkaran, iaitu perbuatan dosa yang terkait dengan hak Allah.

Ada yang mengatakan bahawa al fahsya ialah hal-hal yang diharamkan, dan munkar ialah segala sesuatu yang ditampakkan dari perkara haram itu oleh pelakunya. Ada yang mengatakan bahawa al fahsya serta al munkar bermaksud bila lahiriahnya lebih baik daripada hatinya.

"dan kederhakaan" 

Allah melarang kalian dari melakukan kederhakaan. Ada yang menafsirkan baghyu dengan permusuhan dengan orang lain. Ada yang menafsirkan baghyu dengan perbuatan dosa yang terkait dengan manusia.

Di dalam sebuah hadis diterangkan, "Tiada suatu dosa pun yang lebih berhak Allah menyegerakan siksaan terhadap (pelaku)nya di dunia ini, di samping siksaan yang disediakan buat pelakunya di akhirat nanti, selain dari permusuhan dan memutuskan tali silaturahim."

"Dia mengajarkan kalian agar kalian mengerti."

Allah memberi pengajaran kepada kalian melalui perintah berbuat kebaikan dan larangan dari perbuatan yang jahat agar kalian dapat mengambil pelajaran. Apabila kalian sudah mengambil pelajaran darinya, memahami dan mengerti, maka kalian dapat mengamalkannya, sehingga kalian dapat berbahagia.

Abdullah ibnu Abbas mengatakan bahawa ketika Rasulullah s.a.w. berada di halaman rumahnya sedang duduk-duduk, tiba-tiba melintaslah Usman ibnu Maz'un (yang tuna netra). Lalu Usman ibnu Maz'un tersenyum kepada Rasulullah s.a.w., dan Rasulullah s.a.w. bersabda kepadanya, "Mengapa engkau tidak duduk (bersamaku)?" Usman ibnu Maz'un menjawab, "Baiklah." Maka duduklah Usman ibnu Maz'un berhadapan dengan Rasulullah s.a.w. Ketika Rasulullah s.a.w. sedang berbincang-bincang dengannya, tiba-tiba Rasulullah s.a.w. menatapkan pandangan matanya ke arah langit, lalu memandang ke arah langit sebentar, setelah itu Beliau menurunkan pandangan matanya ke arah sebelah kanannya, dan saat itu juga Rasulullah s.a.w. beralih duduk ke tempat yang tadi dipandang oleh matanya, sedangkan teman duduknya (Usman ibnu Maz'un) ditinggalkannya. Setelah itu Rasulullah s.a.w. menundukkan kepalanya, seakan-akan sedang mencerna apa yang diucapkan kepadanya, sementara itu Ibnu Maz'un terus mengamatinya (dengan indera perasanya). Sesudah keperluannya selesai dan memahami apa yang diucapkan kepadanya, maka Rasulullah s.a.w. kembali menatapkan pandangannya ke arah langit, sebagaimana tatapannya yang mula tadi. Nabi s.a.w. menatapkan pandangan matanya ke arah langit seakan-akan mengikuti pemergian (malaikat) hingga malaikat itu tidak kelihatan tertutup oleh langit. Kemudian Rasulullah s.a.w. menghadap kepada Usman di tempat duduknya yang mula tadi. Maka Usman ibnu Maz'un bertanya, "Hai Muhammad, selama saya duduk denganmu saya belum pernah melihatmu melakukan perbuatan seperti yang kamu lakukan siang hari ini." Rasulullah s.a.w. bertanya, "Apakah yang kamu lihat aku melakukannya?" Usman ibnu Maz'un berkata, "Saya lihat engkau menatapkan pandanganmu ke arah langit, kemudian kamu turunkan pandangan matamu ke suatu tempat di sebelah kananmu, lalu kamu pindah ke tempat itu sambil meninggalkan diriku. Setelah itu engkau menundukkan kepala seakan-akan sedang menerima sesuatu yang diucapkan kepadamu." Rasulullah s.a.w. bertanya, "Apakah kamu (yang tuna netra) dapat melihat hal tersebut?" Usman ibnu Maz'un menjawab, "Ya." Rasulullah s.a.w. bersabda, "Aku baru saja kedatangan utusan Allah saat kamu sedang duduk." Usman Ibnu Maz'un bertanya, "Utusan Allah?" Rasulullah s.a.w. menjawab, "Ya." Usman ibnu Maz'un bertanya, "Apakah yang dia sampaikan kepadamu?" Rasulullah s.a.w. bersabda membacakan firmanNya, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan." (An Nahl 16:90), hingga akhir ayat. Usman ibnu Maz'un mengatakan, "Yang demikian itu terjadi di saat imanku telah mantap dalam hatiku dan aku mulai mencintai Muhammad s.a.w."

Di dalam riwayat lain, Usman ibnu Abul As mengatakan, "Dahulu saya pernah duduk di hadapan Rasulullah s.a.w., tetapi tiba-tiba Rasulullah s.a.w. menatapkan pandangan matanya (ke arah langit). Setelah itu Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jibril baru datang kepadaku, dan memerintahkan kepadaku agar meletakkan ayat berikut pada suatu tempat dari surah (An-Nahl) ini, iaitu firmanNya, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berlaku adil dan berbuat kebajikan." (An Nahl 16:90), hingga akhir ayat."

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...