Isnin, 3 Februari 2020

4:2-4 Tafsir Surah An Nisa, ayat 2-4.

وَآتُوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ وَلا تَتَبَدَّلُوا الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ إِلَى أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا (٢) وَإِنْ خِفْتُمْ أَلا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلا تَعُولُوا (٣) وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَرِيئًا (٤)

Ayat ini turun berkenaan dengan seorang anak yatim yang meminta harta kepada walinya, namun walinya enggan memberikan. Ayat ini merupakan wasiat pertama yang terkait dengan hak orang lain, terutama anak yatim yang ditinggal wafat bapanya saat mereka masih kecil, lemah dan tidak ada orang yang menanggung mereka.

Maka Allah s.w.t. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang memerintahkan hamba-hambaNya berbuat ihsan kepada mereka, tidak mendekati harta mereka kecuali dengan cara yang baik serta memberikan harta mereka secara sempurna saat mereka telah baligh dan cerdas.

"2. Dan berikanlah kalian kepada anak-anak yatim harta-harta mereka" 

Serahkanlah kepada anak-anak yatim yang telah mencapai usia baligh yang sempurna dan dewasa harta benda mereka.

"dan janganlah kalian menukar yang buruk dengan yang baik" 

Jangan kalian menukar harta anak yatim yang bagus dengan harta kalian yang buruk, atau kalian mengambil harta anak yatim yang berharga lalu menukarnya dengan harta kalian yang murah.

"dan janganlah kalian memakan harta-harta mereka pada harta-harta kalian." 

Jangan kalian makan harta mereka bersama-sama harta kalian, iaitu kalian mencampuradukkan harta kalian dengan harta mereka supaya kalian dapat memakan harta mereka. Hal ini merupakan helah (cari-cari jalan untuk menghalalkan yang haram).

"Sesungguhnya yang demikian itu adalah dosa yang besar."

Sesungguhnya tindakan menukar dan memakan harta anak-anak yatim itu adalah dosa yang besar dan merupakan kesalahan yang parah. Maka jauhilah perbuatan tersebut.

Dalam ayat ini terdapat dalil adanya kewalian terhadap anak yatim. Di dalamnya juga terdapat perintah mengurus hartanya dengan baik, memeliharanya, mengembangkannya dan menjaganya dari bahaya.

Ada seorang lelaki yang mempunyai anak perempuan yatim, lalu dia menikahinya. Sedangkan anak perempuan yatim itu mempunyai sebuah kebun kurma yang pemeliharaannya dipegang oleh lelaki tersebut, dan anak perempuan yatim itu tidak mendapat sesuatu maskahwin pun darinya. Maka turunlah firmanNya,

"3. Dan jika kalian takut tidak akan mampu kalian berbuat adil pada wanita-wanita yatim," 

Menurut si perawi, anak perempuan yatim tersebut adalah teman sekutu lelaki itu dalam kebun kurma, juga dalam harta benda lainnya. Apabila di bawah asuhan kalian terdapat seorang anak perempuan yatim, dan kalian khuatir tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-haknya apabila kalian menikahinya, seperti tidak memberikan mereka mahar seperti halnya wanita-wanita yang lain,

"maka nikahilah kalian apa yang baik bagi kalian dari perempuan-perempuan," 

Maka hendaklah kalian beralih menikahi wanita-wanita lain yang kalian senangi atau yang sesuai dengan pilihan kalian, seperti baik dalam beragama, berharta, cantik, berkedudukan dan bernasab serta sifat-sifat lain yang mendorong untuk menikahinya, namun yang utama adalah mencari yang baik agamanya (solehah) sebagaimana yang disarankan Nabi Muhammad s.a.w.

Dalam ayat ini diterangkan bahawa sepatutnya seseorang memilih calon isteri yang tepat sebelum menikah, bahkan syari' (penetap syari'at) membolehkannya untuk melihat wanita yang hendak dinikahi agar dia betul-betul matang dalam memilih.

"dua, dan tiga, dan empat."

Sesungguhnya wanita yang lain cukup ramai; Allah tidak akan membuat kesempitan kepadanya. Nikahilah wanita mana pun yang kalian sukai selain dari anak yatim: jika kalian suka, boleh menikahi mereka dua orang; dan jika kalian suka, boleh tiga orang; dan jika kalian suka, boleh empat orang. Jangan lebih dari empat orang.

"Maka jika kalian takut tidak akan kalian berlaku adil," 

Kemudian jika kalian khuatir tidak akan mampu berlaku adil bila beristeri ramai, iaitu perlakuan yang adil terhadap mereka dalam memenuhi keperluan isteri seperti dalam hal pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.

"maka satu saja,"

Maka nikahilah seorang saja. Islam memperbolehkan poligami dengan syarat dirinya mampu berlaku adil dan memenuhi hak isteri yang lain. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah dijalankan oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. Dalam ayat ini diterangkan bahawa batas poligami hanya sampai empat wanita saja.

"atau hamba sahaya perempuan yang kalian miliki."

Atau hamba-hamba perempuan yang kalian miliki kerana mereka tidak memiliki hak yang sama dengan isteri sehingga tidak wajib adil, seperti dalam hal giliran.

"Demikian itu lebih dekat agar tidak kalian berbuat aniaya."

Yang demikian itu, iaitu menikahi wanita sampai empat (tidak lebih), atau satu saja atau dengan budak wanita, adalah lebih dekat agar kalian tidak berbuat zalim.

Kerana biasanya kaum lelaki menzalimi wanita dalam hal mahar, mereka mengurangi maharnya, terlebih jika nilainya besar dan langsung diberikan, hatinya merasa berat memberikannya, maka di ayat ini Allah s.w.t. memerintahkan,

"4. Dan berikanlah kalian wanita-wanita maskahwin mereka dengan ikhlas."

Berikanlah maskahwin (mahar) kepada wanita yang kalian nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan, jangan sengaja menundanya atau menguranginya. Pemberian itu ialah maskahwin yang besar kecilnya ditetapkan menurut persetujuan kedua pihak, kerana pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas.

Dalam ayat ini terdapat dalil bahawa mahar diberikan kepada wanita apabila mukallaf (sudah dewasa), dan bahawa si wanita yang memilikinya. Demikian juga bahawa wali tidak berhak apa-apa terhadap maskahwin itu selain pemberian yang direlakannya.

"Maka jika mereka berbaik hati kepada kalian dari sesuatu darinya dengan senang hati, maka makanlah ia dengan puas lagi cukup." 

Kemudian jika mereka, iaitu wanita itu menyerahkan kepada kalian sebahagian dari (maskahwin) itu dengan senang hati, iaitu dengan keridhaan dan menjadi pilihannya menggugurkan sebahagiannya atau menundanya atau bahkan menggantinya, maka terimalah, ambillah, nikmatilah dan makanlah pemberian itu dengan senang hati dan sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya.

Dalam ayat ini terdapat dalil bahawa si wanita berhak bertindak terhadap hartanya jika dia cerdas. Kata-kata, "maka makanlah ia dengan puas lagi cukup" untuk menghiangkan rasa tidak enak dalam hati ketika menerima pemberian tersebut.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...