Selasa, 7 April 2020

8:30-37 Tafsir Surah Al Anfal, ayat 30-37.

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ (٣٠) وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَذَا إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ (٣١) وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (٣٢) وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (٣٣) وَمَا لَهُمْ أَلا يُعَذِّبَهُمُ اللَّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَا كَانُوا أَوْلِيَاءَهُ إِنْ أَوْلِيَاؤُهُ إِلا الْمُتَّقُونَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ (٣٤) وَمَا كَانَ صَلاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (٣٥) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ (٣٦) لِيَمِيزَ اللَّهُ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَيَجْعَلَ الْخَبِيثَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَيَرْكُمَهُ جَمِيعًا فَيَجْعَلَهُ فِي جَهَنَّمَ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (٣٧) 

Allah s.w.t. berfirman kepada Nabi Muhammad s.a.w.,

"30. Dan ketika merencanakan tipu daya kamu orang-orang yang kafir" 

Ingatlah ketika orang-orang kafir Quraisy memikirkan daya upaya terhadapmu. Mereka bermusyawarah di Darun Nadwah untuk menyikapi Rasulullah s.a.w.

Segolongan orang dari kalangan orang-orang terhormat kabilah Quraisy mengadakan pertemuan di Darun Nudwah. Kemudian Iblis muncul di kalangan mereka dalam rupa seorang syekh yang anggun. Ketika mereka melihatnya, mereka berkata, "Siapakah engkau ini?"

Iblis yang berupa orang tua itu menjawab, "Aku seseorang dari Najd. Aku mendengar bahawa kalian mengadakan pertemuan, maka aku berkeinginan untuk menghadiri pertemuan kalian ini, dan saran serta pendapatku nanti nescaya tidak akan sia-sia bagi kalian." Mereka berkata, "Kalau begitu, silakan masuk."

Maka iblis pun bergabung bersama dengan mereka. Iblis membuka pembicaraannya, "Kemukakanlah pendapat kalian terhadap lelaki ini (Nabi s.a.w.). Demi Allah, benar-benar telah dekat waktunya dia akan menyaingi urusan kalian dengan urusannya."

Seseorang di antara mereka berkata, "Penjarakanlah dia dalam ikatan, kemudian tunggulah saat kematiannya dalam keadaan demikian, sebagaimana telah mati orang-orang yang sebelumnya yang semisal dengan dia dari kalangan ahli syair, seperti Zuhair dan Nabigah. Sesungguhnya dia hanyalah salah seorang dari mereka."

Maka si iblis (musuh Allah itu yang berupa seorang tua dari Najd itu) menjerit sambil berkata, "Demi Allah, ini bukanlah pendapat yang tepat bagi kalian. Demi Allah, Tuhannya kelak benar-benar akan membebaskannya dari tahanannya untuk dihantarkan lagi kepada para sahabatnya. Dan dalam waktu yang dekat para sahabatnya pasti akan berhamburan menuju kepadanya untuk membebaskannya dari tangan kalian, lalu para sahabatnya membelanya dari ulah kalian. Maka saya tidak dapat menjamin keselamatan kalian, mereka pasti akan mengeluarkan (mengusir) kalian dari negeri kalian sendiri."

Para hadirin dalam pertemuan itu berkata, "Orang tua ini benar, maka kemukakanlah oleh kalian pendapat lainnya." Salah seorang dari mereka ada yang mengatakan, "Kita usir saja dia sehingga kita terbebas darinya, kerana sesungguhnya apabila dia telah diusir, nescaya tidak akan membahayakan kalian apa yang diperbuatnya di mana pun ia berada selagi jauh dari kalian; dan urusannya bukan lagi di antara kalian, tetapi di kalangan orang lain."

Iblis berkata, "Demi Allah, ini pun bukan pendapat yang tepat bagi kalian, bukankah kalian telah mendengar sendiri tutur katanya yang manis dan lisannya yang fasih sehingga dapat mengetuk hati orang yang mendengar pembicaraannya? Demi Allah, seandainya kalian melakukan hal itu, dan dia menyeru orang-orang Arab, nescaya semua orang Arab akan mendukungnya. Kemudian mereka benar-benar akan datang kepada kalian untuk mengusir kalian dari negeri kalian dan membunuh para pemimpin kalian."

Mereka berkata, "Benarlah apa yang dikatakannya, demi Allah. Maka kemukakanlah pendapat lainnya." Abu Jahal la'natullahi 'alaihi mengemukakan pendapatnya, "Demi Allah, sesungguhnya aku menyarankan kepada kalian suatu pendapat yang belum kalian sedari sebelumnya. Menurutku tiada pendapat lain kecuali yang akan kukemukakan." Mereka berkata, "Pendapat apakah itu?"

Abu Jahal berkata, "Kalian harus mengambil seorang pemuda yang kuat dan sigap dari setiap kabilah. Kemudian setiap pemuda dipersenjatai dengan pedang yang tajam, lalu mereka memukulnya secara beramai-ramai dengan sekali pukul. Apabila dia (Muhammad) terbunuh, maka darahnya terbahagi-bahagi di kalangan semua kabilah yang terlibat. Maka menurut dugaanku kabilah Bani Hasyim tidak akan kuat berperang menghadapi semua kabilah Quraisy. Apabila mereka menyedari kemampuannya, nescaya mereka mahu menerima 'aql (diat), sehingga kita terbebas darinya dan kita telah memutuskan gangguannya."

Maka si orang tua dari Najd itu berkata, "Ini baru suatu pendapat yang jitu, demi Allah. Menurut hematku pendapat yang terbaik adalah apa yang baru dikemukakan oleh orang ini." Maka mereka bubar dengan kesepakatan yang bulat atas usul Abu Jahal itu.

Kemudian Malaikat Jibril datang kepada Nabi s.a.w. dan memerintahkan kepadanya agar jangan menginap di tempat tidur yang biasa ditempatinya, dan memberitahukan kepadanya tentang tipu muslihat dan makar yang akan dilakukan oleh kaumnya.

Pada malam itu Rasulullah s.a.w. tidak menginap di rumahnya, dan saat itu juga Allah memerintahkan kepadanya untuk berhijrah, lalu Allah menurunkan kepadanya surah Al Anfal setibanya di Madinah.

Di dalam surat Al Anfal disebutkan nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan oleh Allah kepadanya dan ujian yang telah ditimpakan kepadanya dari sisiNya. "Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau  membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (Al-Anfal: 30)

Sehubungan dengan ucapan orang-orang kafir Quraisy yang mengatakan, "Tunggulah saat kematiannya seperti kematian orang-orang yang sebelumnya dari kalangan para penyair," Allah s.w.t. menurunkan firmanNya, "Bahkan mereka mengatakan, "Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya." (Ath Thur: 30)

Hal tersebut terjadi pada hari pertemuan mereka untuk berbuat makar terhadap Nabi s.a.w. yang dikenal dengan 'hari Zahmah' atau hari berdesakan kerana mereka berkumpul terhadap suatu pendapat.”

"agar mereka menahanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Dan mereka membuat tipu daya dan Allah membuat tipu daya." 

Untuk menangkap, membelenggumu atau memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu dengan mengatur urusan Rasulullah s.a.w., memberi wahyu tentang apa yang mereka rencanakan terhadap Beliau dan memerintahkan Beliau berhijrah.

"Dan Allah sebaik-baik pengatur tipu daya." 

Allah adalah pembalas tipu daya yang terbaik. Allah s.w.t. berfirman menceritakan perihal kekufuran orang-orang Quraisy, kesombongan mereka, pembangkangan mereka, keingkaran mereka, dan seruan mereka kepada kebatilan di saat mendengar ayat-ayatNya dibacakan kepada mereka,

"31. Dan apabila dibacakan atas mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata, "Sungguh kami telah mendengar. Kalau kami menghendaki, tentu kami dapat berkata seperti ini,"" 

Mereka berkata, "Sesungguhnya kami telah mendengar ayat-ayat yang seperti ini. Kalau kami menghendaki, nescaya kami dapat membacakan yang seperti ini."

"tidaklah ini kecuali dongeng-dongeng orang-orang dahulu."

Al Qur'an ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang terdahulu. Asatir adalah bentuk jamak dari usturah, iaitu diambil dari kitab-kitab orang-orang terdahulu, lalu dikutipnya, dipelajarinya, lalu diceritakannya kepada orang ramai. Tuduhan seperti ini adalah dusta yang murni.

Inilah sikap keras dan kezaliman mereka, padahal sesungguhnya Alah telah mencabar mereka membuat satu surah yang semisalnya dan menyuruh mereka memanggil yang lain selain Allah untuk berkumpul membuatnya, namun mereka tidak sanggup juga membuatnya.

Perkataan mereka yang hanya sekadar perkataan tanpa kenyataan. Padahal telah diketahui bahawa Beliau adalah seorang ummiy; yang tidak boleh membaca dan menulis, dan tidak pernah mengadakan perjalanan untuk mempelajari berita orang-orang terdahulu.

Orang yang mengucapkan kata-kata di atas adalah An Nadr ibnul Haris, di mana sebelumnya dia mendatangi negeri Hirah untuk berdagang, lalu dia membeli buku-buku orang asing dan menceritakannya kepada penduduk Mekah.

"32. Dan ketika mereka berkata, "Ya Allah jika adalah ini ia benar dari sisi Engkau, maka hujanilah atas kami batu dari langit, atau datangkanlah pada kami dengan azab yang pedih.""

Ingatlah ketika orang-orang musyrik berkata, "Ya Allah, jika Al Quran ini benar wahyu dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” Mereka meminta keputusan yang berakibat membinasakan diri mereka sendiri, dan mereka meminta untuk segera diturunkan azab dan siksaan.

Hal ini menunjukkan kebodohan mereka yang terlalu parah dan kerasnya mereka dalam mendustakan Al Qur'an; mereka sombong dan ingkar kepada Al Qur'an. Ungkapan tersebut justeru berbalik membuat keaiban bagi diri mereka sendiri.

Sepatutnya mereka mengucapkan, “Ya Allah, jika Al Quran ini benar wahyu dari Engkau, maka berilah kami petunjuk kepadanya dan berilah kami kekuatan untuk mengikuti ajaran-ajarannya.”

Padahal kalau Allah segera menimpakan azab kepada mereka, maka tidak ada satu pun dari mereka yang selamat, akan tetapi Dia menghindarkan azab itu kerana Rasul masih berada di tengah-tengah mereka.

Abu Jahal ibnu Hisyam mengatakan, "Ya Allah jika adalah ini ia benar dari sisi Engkau, maka hujanilah atas kami batu dari langit, atau datangkanlah pada kami dengan azab yang pedih." (Al Anfal: 32) Kemudian Allah s.w.t. menurunkan firman-Nya, "Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, dan kamu di antara mereka.Dan tidaklah Allah mengazab mereka, dan mereka meminta ampun." (Al Anfal: 33)

Orang-orang musyrik bertawaf di Baitullah sambil mengatakan, "Kami penuhi panggilanMu, ya Allah. Kami penuhi panggilanMu, kami penuhi panggilanMu, tidak ada sekutu bagiMu." Maka Nabi s.a.w. bersabda, "Ya, ya." Mereka mengatakan pula, "Kami penuhi panggilanMu, ya Allah. Kami penuhi panggilanMu, kami penuhi panggilanMu, tidak ada sekutu bagiMu, kecuali sekutu yang menjadi milikMu. Engkau memilikinya, sedangkan dia tidak memiliki." Lalu mengatakan pula, "AmpunanMu, ampunanMu." Maka Alah s.w.t. menurunkan firmanNya, "Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, dan kamu di antara mereka." (Al Anfal: 33), hingga akhir ayat.

Di kalangan mereka (orang-orang musyrik Mekah) terdapat dua keamanan yang menyelamatkan mereka dari azab Allah, iaitu diri Nabi s.a.w. dan permohonan ampun. Setelah Nabi s.a.w. tiada, maka yang tertinggal hanyalah permohonan ampun (istigfar).

Sebahagian orang-orang Quraisy berkata kepada sebahagian lainnya, "Muhammad telah dimuliakan oleh Allah di antara kita." "Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau. (Al Anfal: 32), hingga akhir ayat. Ketika petang hari mereka menyesali apa yang telah mereka katakan sambil mengatakan, "AmpunanMu ya Allah." Maka Allah s.w.t. menurunkan firmanNya; "Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka." (Al Anfal: 33) sampai dengan firmanNya, "Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Al Anfal: 34)

"33. Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, dan kamu di antara mereka." 

Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara mereka. Hal itu, kerana azab apabila turun maka akan merata, dan suatu umat tidaklah diazab kecuali setelah nabinya dan kaum mukmin keluar daripadanya.

"Dan tidaklah Allah mengazab mereka, dan mereka meminta ampun." 

Tidaklah juga Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka masih meminta ampun. Iaitu dalam ucapan mereka ketika tawaf, “Ghufraanak, Ghufraanak” (AmpunanMu yang Allah kami minta).

Ada juga yang menafsirkan bahawa yang memohon ampunan itu adalah orang-orang mukmin yang tertindas. Dan ada pula yang berpendapat, bahawa setelah mereka mengucapkan kata-kata itu di hadapan banyak orang, mereka menyedari keburukannya, mereka takut kalau azab itu menimpa mereka sehingga mereka beristighfar, wallahu a’lam.

"34. Dan mengapa terhadap mereka Allah tidak mengazab mereka" 

Mengapa Allah tidak menghukum mereka, dan Allah telah melakukannya dengan mengazab mereka di Badar dan lainnya.

"dan mereka menghalang-halangi dari Masjidil Haram" 

Padahal mereka menghalang-halangi orang, iaitu Nabi s.a.w. dan para sahabatnya dari mendatangi Masjidil Haram untuk melakukan tawaf.

"dan bukanlah mereka penguasa-penguasanya?" 

Orang-orang musyrik itu bukanlah ahli atau orang-orang yang berhak menguasai Masjidil Haram seperti yang mereka sangka. Sesungguhnya yang ahli Masjidil Haram hanyalah Nabi s.a.w. dan para sahabatnya. Boleh juga maksudnya, orang-orang musyrik itu bukanlah wali-wali Allah.

"Tidaklah penguasa-penguasa kecuali orang-orang yang bertakwa. Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."

Orang-orang yang berhak menguasainya hanyalah orang-orang yang bertakwa. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Oleh kerana ketidaktahuan mereka, akhirnya mereka mengaku berhak.

Kemudian Allah s.w.t. menyebutkan perihal apa yang biasa mereka kerjakan di Masjidil Haram dan segala sesuatu yang mereka amalkan. Untuk itu, Allah s.w.t. berfirman,

"35. Dan tidaklah solat mereka di sekitar Baitullah, kecuali siulan dan tepuk tangan." 

Solat mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan. Al muka ertinya siulan. Sedangkan tasdiyah ertinya bertepuk tangan. Allah s.w.t. menjadikan rumahNya yang suci agar agamaNya dapat ditegakkan, agar Dia diibadahi dengan ikhlas.

Yang melakukan demikian adalah hamba-hambaNya yang mukmin. Adapun orang-orang musyrik mereka menghalangi orang-orang mukmin dari Baitullah. Padahal solat mereka sebagai ibadah paling besar mereka di Baitulah hanyalah siulan dan tepuk tangan; perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang bodoh yang tidak memiliki rasa ta’zhim kepada Allah, tidak mengenal hak-hakNya, serta tidak menghormati tempat mulia.

Oleh kerana itu, orang-orang yang lebih berhak mengurus Masjidilharam adalah kaum mukmin, yang khusyu’ dalam solatnya dan beribadah dengan cara yang diridhai oleh pemilikNya. Sudah pasti, Allah akan mewariskan rumahNya yang suci kepada kaum mukmin dan akan memberi mereka tempat di sana.

Oleh kerananya, setelah Allah memberi tempat kepada mereka di sana, Dia berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam.” (At Taubah: 28).

"Maka rasakanlah azab sebab apa yang kalian ingkar." 

Maka rasakanlah azab di Badar disebabkan kekafiran kalian itu. Hal itu merupakan musibah yang menimpa mereka dalam Perang Badar, ramai dari kalangan mereka yang mati dan tertawan.

Allah s.w.t. menerangkan permusuhan yang dilakukan orang-orang musyrik dan makar yang mereka buat serta penentangan mereka kepada Allah dan RasulNya, dan bahawa mereka berusaha memadamkan cahaya Allah dan kalimatNya.

"36. Sesungguhnya orang-orang yang kafir mereka menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi dari jalan Allah." 

Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi orang dari jalan Allah, membatalkan yang hak dan membela yang batil, membatalkan tauhid dan menegakkan syirik, seperti yang mereka lakukan ketika memerangi Nabi s.a.w. Mereka rela mengorbankan harta dalam jumlah besar kerana kebencian mereka terhadap kebenaran.

"Dan mereka akan menafkahkannya, kemudian ia akan menjadi atas mereka penyesalan, kemudian mereka akan dikalahkan." 

Mereka akan terus menafkahkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan di dunia sehingga harta dan apa yang mereka harapkan sia-sia. Akibat dari makar mereka kembali kepada mereka sendiri dan makar yang buruk hanyalah menimpa kepada pembuatnya.

"Dan orang-orang yang kafir ke dalam neraka Jahannam mereka dikumpulkan."

Sedangkan di akhirat mereka akan diazab dengan keras. Ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan.

"37. Kerana Allah hendak memisahkan yang buruk dari yang baik" 

Agar Allah memisahkan golongan yang buruk dari golongan yang baik, golongan yang celaka dari golongan yang berbahagia, iaitu membedakan orang-orang kafir dari orang-orang mukmin.

"lalu Dia menjadikan yang buruk sebahagiannya atas sebahagian yang lain," 

Dan menjadikan golongan yang buruk itu sebahagiannya di atas sebahagian yang lain.

"lalu Dia menumpukkannya semuanya, lalu Dia menjadikannya dalam neraka Jahannam." 

Ar rakmu bermaksud menumpukkan sesuatu, bertumpang-tindih, sebahagian darinya di atas sebahagian yang lain. Lalu kesemuanya ditumpukkanNya baik berupa amal yang buruk, harta maupun jiwa, dan dimasukkanNya ke dalam neraka Jahanam.

"Mereka itulah orang-orang yang rugi." 

Mereka itulah orang-orang yang merugi di dunia dan akhiratnya.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...