Selasa, 19 Mei 2020

2:114-115 Tafsir Surah Al Baqarah, ayat 114-115.

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ مَنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَنْ يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَى فِي خَرَابِهَا أُولَئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَنْ يَدْخُلُوهَا إِلا خَائِفِينَ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ (١١٤) وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (١١٥) 

Allah s.w.t. berfirman, 

"114. Dan siapakah yang lebih zalim dari orang-orang yang melarang masjid-masjid Allah untuk disebut di dalamnya namaNya, dan dia berusaha merobohkannya." 

Tidak ada yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi zikrullah dalam masjid-masjidNya, yang lebih zalim daripada orang yang melarang zikrullah di masjid-masjid Allah, seperti melarang orang yang solat, orang yang membaca Al Qur'an dan melarang orang lain menjalan ibadah. Terlebih ditambah dengan usaha untuk meruntuhkannya atau melarang kaum mukmin masuk ke dalamnya.

Usaha merobohkannya ada dua; Hissiy (inderawi) dan Maknawi. Yang Hissiy misalnya menghancurkannya, merosaknya dan mengotorinya. Sedangkan yang Maknawi adalah melarang orang-orang yang menyebut nama Allah di masjid-masjidNya.

Ayat ini adalah umum mencakup kepada semua yang memiliki sifat tersebut, termasuk ke dalamnya As-habul Fiil (para tentera bergajah di bawah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka'bah), kaum Quraisy yang menghalangi Rasulullah s.a.w. pada tahun Hudaibiyah, kaum Nasrani yang menghancurkan Baitul Maqdis dan lain-lain. 

"Mereka itu tidak adalah bagi mereka untuk mereka memasukinya kecuali orang-orang yang takut." 

Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalam masjid Allah kecuali dengan rasa takut kepada Allah. Allah membalas mereka dengan menghalangi mereka masuk ke dalam masjid baik secara syara' maupun taqdir (ketentuan)Nya kecuali dalam keadaan takut dan hina. Ketika mereka membuat takut hamba-hamba Allah, maka Allah membuat hati mereka takut. 

Kaum musyrik yang menghalangi Rasulullah s.a.w. ternyata tidak lama, kemudian Allah s.w.t. mengizinkan Beliau menaklukkan Makkah dan melarang kaum musyrik mendekati rumahNya. 

Sebelum mereka adalah As-habul Fiil, Allah s.w.t. telah menimpakan kehinaan kepada mereka di dunia, sedangkan orang-orang Nasrani yang merobohkan Baitul Maqdis akhirnya dikalahkan oleh kaum mukmin. Oleh kerana itu, siapa saja yang cuba-cuba mengikuti jejak mereka, pasti akan mendapat kehinaan.

"Bagi mereka di dunia kehinaan, dan bagi mereka di akhirat azab yang besar."

Mereka di dunia mendapat kehinaan, dan di akhirat mendapat siksa yang berat.

Maka tidak ada orang yang paling besar imannya daripada orang yang berusaha memakmurkan masjidNya baik hissiy (seperti membangunnya dan membersihkannya) maupun maknawi (seperti mengumandangkan azan, mengadakan solat jama'ah, mengadakan ta'lim, membaca Al Qur'an di sana dan melakukan ibadah-ibadah lainnya di sana).

Ibnu Umar berkata, "Rasulullah s.a.w. pernah solat menghadap dari Mekah ke Madinah di atas kendaraannya, ke arah wajahnya menghadap. Tentang hal ini, turun ayat, "maka di mana saja kalian menghadap, maka di situlah wajah Allah."

"115. Dan bagi Allah arah timur dan arah barat, maka di mana saja kalian menghadap, maka di situlah wajah Allah." 

Milik atau kepunyaan Allah timur dan barat. Ke arah manapun kalian menghadap, maka di sanalah wajah Allah. 

"Sesungguhnya Allah Maha Luas Maha Mengetahui." 

Sesungguhnya Allah Mahaluas rahmatNya lagi Maha Mengetahui. Rahmat Allah mencakup semua makhlukNya dengan memberi mereka kecukupan, kurnia dan anugerah dariNya. Dia Maha Mengetahui semua perbuatan mereka. 

Timur dan barat serta apa yang ada di antara keduanya adalah milik Allah, Dialah pemilik bumi ini. Disebutkan timur dan barat, kerana di sana terdapat tanda-tanda kekuasaanNya yang besar, dari sana terbit dan tenggelam matahari. Sebenarnya Allah s.w.t. memiliki semua arah.

Oleh kerana itu, arah mana saja seseorang menghadap dengan perintah Allah (misalnya perintah menghadap ka'bah setelah sebelumnya menghadap ke Baitul Maqdis) atau keringanan dariNya (seperti ketika solat sunat di atas kenderaannya, atau dia tidak mengetahui di mana kiblat, lalu dia solat setelah mencari-cari arah kiblat, tetapi arah kiblatnya salah atau dia solat dalam keadaan disalib, diikat, sakit dan sebagainya), maka di situlah wajah Allah, iaitu dia tidak keluar dari dari kerajaan Allah dan keta'atan kepadaNya.

Sesungguhnya Allah Mahaluas rahmat dan kurniaNya kepada hamba-hambaNya dan mengetahui perbuatan mereka, tidak ada satu pun yang samar bagiNya. Ayat ini menetapkan adanya wajah bagi Allah Ta'ala yang layak bagiNya, dan bahawa Dia memiliki wajah yang berbeda dengan wajah makhluk.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...