Sabtu, 30 Mei 2020

2:135-138 Tafsir Surah Al Baqarah, ayat 135-138.

وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١٣٥) قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (١٣٦) فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (١٣٧) صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ (١٣٨) 

Abdullah ibnu Suria Al A'war berkata kepada Rasulullah s.a.w., "Tiadalah petunjuk itu melainkan agama yang kami peluk. Maka ikutlah kami, hai Muhammad, nescaya kamu mendapat petunjuk." Dan orang-orang Nasrani mengatakan hal yang serupa, maka Allah s.w.t. menurunkan firmanNya, 

"135. Dan mereka berkata, "Jadilah kalian Yahudi atau Nasrani, kalian akan mendapat petunjuk.""

Iaitu hendaklah kalian menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, nescaya kalian mendapat petunjuk.

"Katakanlah, "Tetapi agama Ibrahim hanif dan tidaklah dia termasuk orang-orang yang musyrik.""

Tidak, tetapi kami mengikuti agama Ibrahim yang lurus, iaitu Islam. Dan bukanlah Beliau termasuk golongan orang yang mempersekutukan Tuhan. Mengikuti Ibrahim a.s. itulah seseorang akan mendapatkan petunjuk, di mana Beliau seorang yang bertauhid dan menjauhi syirik.

Ayat yang mulia ini mengandung hal-hal yang wajib kita imani. Iman adalah pembenaran dari hati kepada dasar-dasar ini, iqrar (pengakuan di lisan) dan pengamalan dengan anggota badan. Berdasarkan erti ini, maka kata iman sudah termasuk ke dalamnya Islam, demikian juga termasuk ke dalam iman semua amal soleh. Amal soleh adalah bahagian dari iman dan salah satu atsar (pengaruh) di antara atsar-atsarnya. Oleh kerana itu, jika disebutkan iman secara mutlak, maka hal-hal tadi termasuk di dalamnya. 

Demikian juga kata "Islam", jika disebutkan secara mutlak, maka masuk juga ke dalamnya iman. Namun apabila disebut Iman dan Islam secara bersamaan, maka iman adalah sesuatu yang menancap di hati berupa pembenaran dan pengakuan, sedangkan Islam sebagai nama untuk amal-amal yang nampak di luar. Sama seperti ini, jika disebut iman dan amal soleh. Iman adalah sesuatu yang menancap di hati, sedangkan amal soleh adalah amalan yang nampak di luar.

"136. Katakanlah kalian, "Kami beriman kepada Allah"

Katakanlah kalian hai orang-orang mukmin perkataan yang dibenarkan oleh hati. Inilah perkataan yang sempurna yang akan diberi pahala. Sebaliknya, jika terbatas di lisan saja tanpa masuk ke dalam hati, maka hal itu merupakan nifak dan kekufuran. Perintah untuk mengatakan hal-hal ini adalah isyarat untuk mengi'lankan (menampakkan secara terang-terangan) 'Aqidah Islam sekaligus mendakwahkan manusia kepadanya.

Pada kata-kata "kami beriman" dinisbatkan kepada umat Islam secara menyeluruh yang menunjukkan wajibnya mereka berpegang dengan agama Allah dan bersatu di atasnya serta larangan berpecah-belah. Ayat ini juga menunjukkan bahawa kaum mukmin itu seperti satu jasad.

Kata-kata "kepada Allah" menunjukkan bolehnya seseorang menyebut dirinya beriman 'ala wajhit taqyid (secara tafsil, seperti, "saya beriman kepada Allah", "saya beriman kepada kitab-kitab Allah" dan sebagainya.), bahkan hal itu wajib.

Berbeda jika mengatakan "saya seorang mukmin", maka harus disertakan istisna' (kata Insya Allah) kerana di dalamnya terdapat tazkiyah (anggapan suci terhadap diri) dan persaksian dirinya sebagai mukmin.

Beriman kepada Allah mencakup beriman bahawa Allah itu ada, Dia sebagai Rabbul 'alamin (Pencipta, Penguasa dan Pemberi rezeki alam semesta), Mahaesa, memiliki sifat sempurna, bersih dari sifat kekurangan dan cacat, yang satu-satunya berhak diibadahi dan tidak boleh disekutukan.

"dan apa yang diturunkan kepada kami," 

Mencakup beriman kepada isi Al Qur'an dan As Sunnah, iaitu tentang sifat-sifat Allah, sifat-sifat rasulNya, hari akhir, hal-hal ghaib yang telah lalu dan akan datang, hukum-hukum syar'i yang berupa perintah dan larangan, hukum-hukum jaza'i (pembalasan terhadap amal) dan sebagainya.

"dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim" 

Seperti suhuf (lembaran-lembaran berisi wahyu).

"dan Isma'il, dan Ishaq, dan Ya'qub, dan anak cucunya;" 

Mereka adalah para nabi yang berasal dari keturunan Ya'qub a.s. (Bani Israil).

"dan apa yang diberikan Musa, dan Isa, dan apa yang diberikan para nabi dari Tuhan mereka." 

Dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Dalam beriman kepada kitab-kitab Allah, kita mengimaninya secara ijmal dan tafsil. 

Secara ijmal (garis besar) maksudnya kita mengimani bahawa Allah s.w.t. telah menurunkan kitab-kitab atau suhuf kepada para nabi walaupun tidak diberitahukan kepada kita namanya seperti pada ayat di atas. 

Sedangkan secara tafsil (rinci) adalah kita mengimani kitab-kitab tersebut secara rinci, iaitu yang disebutkan nama kitabnya dan siapa yang menerimanya kerana kemuliaan mereka sehingga disebutkan namanya dalam Al Qur'an dan kerana mereka datang membawa syari'at-syari'at yang agung. 

Misalnya: Mengimani Al Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w., Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s., Taurat yang diturunkan kepada Musa a.s. dan Injil yang diturunkan kepada Isa a.s.

Dari ayat ini kita juga mengetahui bahawa nikmat agama yang benar merupakan nikmat yang sangat besar kerana terkait dengan bahagia atau sengsara seseorang di dunia dan akhirat.

Oleh kerana itu, Allah s.w.t. tidak menyuruh kita mengimani apa yang diberikan kepada para nabi berupa kerajaan, harta dan sebagainya. Akan tetapi, Dia memerintahkan kita beriman kepada apa yang diberikan kepada mereka berupa kitab-kitab dan syari'at mereka.

Kata-kata "dari Tuhan mereka" terdapat isyarat bahawa termasuk kesempurnaan rububiyyah (kepengurusan) Allah kepada hamba-hambaNya adalah dengan menurunkan kepada mereka kitab-kitab, mengutus para rasul dan tidak membiarkan mereka begitu saja dalam kebingungan.

Apabila yang diberikan kepada para nabi itu berasal dari Tuhan mereka, maka di sana terdapat perbedaan antara para nabi dengan orang-orang yang mengaku sebagai nabi, iaitu dengan melihat apa yang mereka dakwahkan. Para rasul hanya mendakwahkan kebaikan dan hanya melarang dari perbuatan buruk. 

Masing-masing mereka saling membenarkan tidak bertentangan kerana memang sama-sama berasal dari Tuhan mereka, berbeda dengan orang yang mengaku sebagai nabi, pasti terjadi pertentangan antara berita yang mereka sampaikan, demikian juga pada perintah dan larangan sebagaimana hal itu diketahui oleh orang yang biasa mengkaji.

"Kami tidak membeda-bedakan di antara seseorang dari mereka." 

Iaitu kami beriman kepada mereka semua nabi. Tidak seperti orang-orang Yahudi yang beriman hanya sampai kepada Musa a.s. dan tidak seperti orang-orang Nasrani yang beriman hanya sampai kepada Isa a.s. Padahal kafir kepada seorang nabi, sama saja kafir kepada semua nabi.

Setelah Allah s.w.t. menyebutkan beberapa hal yang wajib diimani, baik secara umum maupun khusus, sedangkan ucapan tidak berhenti sampai di situ, bahkan memerlukan kerja nyata atau amal, maka Allah s.w.t. memerintahkan untuk menambahkan, 

"Dan kami kepadaNya orang-orang muslim."

Kami hanya tunduk patuh dan berserah diri kepadaNya. Iaitu tunduk kepada keagunganNya dan patuh beribadah kepadaNya baik zahir maupun batin sambil mengikhlaskan diri hanya kepadaNya.

Ayat di atas walaupun ringkas, namun sebenarnya mencakup beberapa hal, di antaranya:

- Tauhid yang tiga; tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah dan tauhid asma' wash shifat.
- Beriman kepada semua Rasul.
- Beriman kepada semua kitab.
- Disebutkan sebagian para rasul setelah menyebutkan beriman kepada para rasul secara umum menunjukkan keutamaan mereka di atas yang lain.
- Menjelaskan tentang hakikat iman yang menghendaki adanya pembenaran di hati, lisan dan anggota badan serta berbuat ikhlas lillah dalam semua itu.
- Menjelaskan mana rasul yang sesungguhnya dengan orang yang mengaku sebagai rasul padahal bukan rasul.
- Menjelaskan tentang ucapan yang diajarkan Allah s.w.t. kepada hamba-hambaNya.
- Menunjukkan rahmat (kasih sayang) Allah s.w.t. dan ihsanNya kepada hamba-hambaNya dengan memberikan nikmat agama yang menjamin kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.

Maka Mahasuci Allah s.w.t. yang menjadikan kitabNya sebagai penjelas segala sesuatu, sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

"137. Maka jika mereka beriman seperti apa yang kalian beriman dengannya, maka sungguh mereka mendapat petunjuk;" 

Jika ahli kitab beriman sebagaimana yang kalian imani, iaitu dengan beriman kepada semua kitab dan semua rasul, termasuk beriman kepada Al Qur'an dan kepada Nabi Muhammad s.a.w. serta tunduk patuh kepada Allah s.w.t., maka sungguh mereka telah mendapat petunjuk. 

Orang yang beriman seperti yang diimani kaum mukmin adalah orang-orang yang mendapat petunjuk kepada jalan yang lurus yang mengarah kepada syurga. Oleh kerana itu, tidak ada jalan untuk mendapat petunjuk itu kecuali dengan beriman seperti di atas (ayat 136). 

Mendapat petunjuk bermaksud mengetahui kebenaran dan mengamalkannya. Kebalikannya adalah tersesat baik dengan tidak mengetahui yang hak maupun dengan tidak mengamalkannya setelah mengetahuinya.

"dan jika mereka berpaling, maka sungguh mereka dalam perpecahan." 

Tetapi jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan denganmu.  Berpalingnya mereka dari petunjuk telah mengakibatkan mereka berada dalam syiqaq (permusuhan). 

Biasanya jika sudah terjadi permusuhan, maka orang yang bermusuhan itu akan berusaha sekuat tenaga untuk menyakiti musuhnya, dan yang mereka musuhi dalam hal ini adalah Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya. 

"Maka Allah akan mencukupkan kamu terhadap mereka." 

Maka Allah s.w.t. menjanjikan akan memelihara atau menjaga Beliau s.a.w. dari gangguan mereka. 

"Dan Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui."

Dia mendengar semua pembicaraan dan Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak, yang zahir maupun yang tersembunyi. Maka cukuplah Allah sebagai penjaga RasulNya dari gangguan musuhnya.

Allah s.w.t. memenuhi janjiNya, Dia menjaga RasulNya dan rasulNya berhasil menyampaikan risalahnya semua tanpa ada yang dikurangi sedikit pun. Di dalam ayat ini juga terdapat mukjizat Al Qur'an, di mana Al Qur'an sudah mengkhabarkan sebelum terjadinya sesuatu dan kenyataannya sesuai dengan yang dikhabarkan itu.

"138. Sibghah Allah." 

Peganglah Sibghah Allah. Sibghah ertinya celupan. Sibghah Allah: celupan Allah yang bererti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan, boleh juga diertikan fitrah atau agama Allah, iaitu "Peganglah agama Allah, di mana Dia menciptakan kalian di atasnya." 

Memegang agama Allah ini menghendaki untuk melaksanakan ajaran Islam baik amalan tersebut terkait dengan zahir maupun batin serta memegang 'aqidah Islam di setiap waktu sehingga hal itu menjadi sibghah dan sifat yang melekat pada diri seseorang.

Jika sudah melekat, tentu dia akan sentiasa tunduk kepada perintahNya dengan sikap rela, cinta dan sebagai pilihan bukan kerana terpaksa. Pengamalan ajaran Islam pun menjadi tabi'at dirinya seperti celupan yang merubah warna pakaian sebelumnya. Dirinya akan memiliki akhlak mulia, amalan yang indah dan mendahulukan perkara utama.

Oleh kerana itu, Allah s.w.t. berfirman dengan rasa takjub yang membuat orang-orang yang berakal terpesona,

"Dan siapakah yang lebih baik dari Allah sibghahnya?" 

Siapakah yang lebih baik sibgahnya daripada Allah? Iaitu tidak ada yang dapat merubah orang lain sehingga menjadi indah dipandang selain syari'at Allah s.w.t. 

Untuk mengetahui kehebatan sibghah Allah, cobalah bandingkan antara seorang hamba yang beriman kepada Allah dengan iman yang benar, tentu akan membekas dalam dirinya rasa tunduk baik dari hati maupun anggota badannya kepada Allah. 

Dia sentiasa memiliki sifat mulia, seperti jujur lisannya, banyak kebaikannya, sedikit bicara, banyak berbuat, sedikit sekali tergelincir, tidak berlebihan dalam sesuatu selain dalam hal yang memberinya manfa'at seperti ibadah, berbakti kepada orang tua dan menyambung tali silaturrahim, sopan, sabar, memiliki rasa syukur yang tinggi, tidak lekas marah, memenuhi janji, menjaga dirinya dari yang haram, tidak suka melaknat, memaki, tidak mengadu domba serta ghibah (menggunjing orang), tidak tergesa-gesa, tidak dendam, tidak bakhil dan dengki, menampakkan wajah yang senang dan berseri-seri, cinta kerana Allah dan benci pun keranaNya, ridha kerana Allah serta marah pun keranaNya. 

Kemudian bandingkan dengan seorang yang jauh dari syari'at Allah; akhlaknya buruk seperti suka berdusta, khianat, suka menipu, buruk ucapan dan tindakannya, tidak ikhlas kepada Allah dan tidak suka berbuat ihsan kepada orang lain.

"Dan kami kepadaNya orang-orang yang menyembah." 

Dan hanya kepadaNyalah kami menyembah. Ayat ini menerangkan tentang bagaimana mendapat sibghah ini, iaitu dengan melaksanakan dua asas; ikhlas dan mutaba'ah (mengikuti Rasulullah s.a.w.).

Ibadah adalah istilah untuk semua perkara yang dicintai Allah dan diridhaiNya berupa ucapan dan amalan yang nampak maupun tersembunyi. Hal itu hanya diperoleh dengan mengikuti contoh Rasulullah s.a.w. Sedangkan erti ikhlas adalah tujuan seorang hamba dalam melakukan semua itu untuk mencari keridhaan Allah dan inilah ibadah.

Pada ayat tersebut ada penggunaan isim fa'il (pelaku), iaitu 'aabiduun yang menunjukkan tetapnya mereka di atas ibadah tersebut, di atas sifat itu dan hal itu sudah menjadi sibghah (melekat) pada diri mereka.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...