Sabtu, 30 Mei 2020

2:139-141 Tafsir Surah Al Baqarah, ayat 139-141.

قُلْ أَتُحَاجُّونَنَا فِي اللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ (١٣٩) أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطَ كَانُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (١٤٠) تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ (١٤١) 

Allah s.w.t. berfirman memberikan petunjuk kepada NabiNya, 

"139. Katakanlah, "Apakah kalian berdebat dengan kami tentang Allah?"" 

Katakanlah kepada ahli kitab, "Adakah kalian hendak memperdebatkan dengan kami tentang Allah?" Iaitu adakah kalian memperdebatkan dengan kami tentang mengesakan Allah, ikhlas kepadaNya, taat dan mengikuti semua perintahNya serta meninggalkan larangan-laranganNya?

Muhajjah bermaksud berdebat dalam masalah yang diperselisihkan, di mana masing-masing pihak berusaha memenangkan pendapatnya dan membatalkan pendapat lawannya. 

Dalam hal ini, kita diperintahkan dengan cara yang baik, iaitu dengan cara yang boleh menarik orang yang tersesat kepada kebenaran dan menegakkan hujjah kepada orang yang susah diajak, menerangkan yang hak dan menjelaskan yang batil. 

Jika keluar dari hal tersebut, maka ia bukanlah mujadalah (berdebat) tetapi sebagai miraa' (debat kusir) yang tidak ada kebaikan di dalamnya, dan malah menimbulkan keburukan.

"Dan Dia Tuhan kami dan Tuhan kalian."

Padahal Dia adalah Tuhan Kami dan Tuhan kalian. Dialah yang mengatur kami dan juga kalian, Dia juga yang berhak di sembah secara ikhlas sebagai Tuhan yang tiada sekutu bagiNya.

Orang-orang ahli kitab menganggap bahawa mereka lebih dekat dengan Allah daripada kaum muslim. Anggapan jelas memerlukan bukti dan dalil. Padahal Tuhan semua manusia hanya satu, iaitu Allah, Dia bukan Tuhan mereka saja, bahkan Tuhan kita juga.

Oleh kerana itu, kita dan mereka adalah sama, kerana membedakan antara hal yang sama tanpa ada sesuatu pembeda adalah batil. Bahkan berbedanya antara yang satu dengan yang lain hanyalah tergantung pengikhlasan amal untukNya semata, dan ternyata keadaan seperti ini hanya ada pada orang-orang mukmin, maka tentu mereka lebih dekat dengan Allah dibanding yang lain.

Ikhlas inilah yang membedakan antara wali Allah dengan wali syaitan. Dalam ayat ini, terdapat petunjuk yang halus cara berdebat dan bahawa masalah itu didasari atas menyamakan hal yang memang sama dan membedakan hal yang memang beda.

"Dan bagi kami amal-amal kami, dan bagi kalian amalan kalian" 

Iaitu kami berlepas diri dari kalian dan apa yang kalian sembah, dan kalian berlepas diri dari kami.

"dan kami kepadaNya orang-orang yang tulus mengabdikan diri." 

Hanya kepadaNya kami dengan tulus mengabdikan diri atau mengikhlaskan hati. Iaitu ikhlas dalam ibadah dan menghadap kepadaNya.

Kemudian Allah s.w.t. berfirman membantah dakwaan mereka yang mengakui bahawa Nabi Ibrahim dan nabi-nabi serta asbat yang disebutkan sesudahnya berada dalam agama mereka, iaitu adakalanya agama Yahudi atau agama Nasrani. 

"140. Ataukah kalian berkata sungguh Ibrahim, dan Isma'il, dan Ishaq, dan Ya'qub, dan anak cucunya mereka orang Yahudi atau orang Nasrani?" 

Ataukah kalian hai orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan bahawa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?

Pernyataan ini muncul kerana anggapan mereka bahawa mereka lebih dekat dalam mengikuti dengan para rasul tersebut (Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya), padahal para rasul tersebut diutus dan wafat sebelum turunnya Taurat dan Injil. Maka Allah s.w.t. berfirman membantah mereka, 

"Katakanlah, "Apakah kalian lebih mengetahui atau Allah,""

Kaliankah yang lebih mengetahui ataukah Allah? Walaupun tidak disebutkan secara tegas jawabannya, tetapi pada kata-kata tersebut sudah jelas sekali jawabannya sehingga tidak perlu dijawab. Bahkan Allahlah yang lebih mengetahui. Sesungguhnya Allah s.w.t. telah memberitahukan bahawa mereka bukanlah Yahudi, bukan juga Nasrani. 

"dan siapakah lebih zalim dari orang yang menyembunyikan syahadah di sisinya dari Allah?"

Tiada yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya. Iaitu persaksian Allah, keterangan dan bukti yang disebutkan dalam Taurat dan Injil bahawa Ibrahim a.s. dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan bahawa Allah akan mengutus Muhammad s.a.w.

Orang-orang ahli kitab selalu membaca Kitabullah yang diturunkan kepada mereka, bahawa sesungguhnya agama yang diakui oleh Allah adalah agama Islam, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah; dan Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Ya'qub serta asbat, mereka semua berlepas diri dari Yahudi dan Nasrani.

Lalu mereka mempersaksikan hal tersebut kepada Allah dan mengakuinya kepada Allah atas diri mereka sendiri, tetapi mereka menyembunyikan kesaksian Allah yang ada pada mereka tentang masalah ini.

"Dan tidaklah Allah lalai dari apa yang kalian kerjakan." 

Hal ini merupakan peringatan dan ancaman keras. Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang kalian kerjakan. IlmuNya meliputi semua amal perbuatan kalian. Dia akan menjumlahkan semua amal yang kalian kerjakan dan akan memberikan balasan terhadapnya.

Demikianlah cara Al Qur'an dalam menerangkan, di dalamnya terdapat wa'd (janji) dan ancaman, targhib (dorongan) dan tarhib (ancaman), menyebutkan Asma'ul Husna setelah menerangkan hukum, iaitu bahawa perkara agama dan pembalasan merupakan atsar (pengaruh) dari nama-namaNya.

"141. Itulah umat sungguh yang telah lalu; baginya apa yang dia usahakan, dan bagi kalian apa yang kalian usahakan, dan kalian tidak akan ditanya tentang apa yang mereka kerjakan." 

Itulah umat yang telah lalu; baginya apa yang telah diusahakannya, dan bagi kalian apa yang kalian usahakan. Kalian tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang dahulu mereka kerjakan.

Tiada gunanya bagi kalian (ahli kitab) nasab kalian yang berkaitan dengan mereka jika kalian tidak mengikuti jejak mereka. Janganlah kalian teperdaya (terlena) hanya kerana kalian mempunyai kaitan nasab dengan mereka, sebelum kalian mengikuti jejak mereka dalam menaati perintah-perintah Allah dan mengikuti rasul-rasul yang diutus sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. 

Sesungguhnya orang yang ingkar kepada seorang nabi bererti dia ingkar terhadap semua nabi. Terlebih lagi jika ingkar kepada penghulu para nabi dan penutup para rasul, iaitu utusan Tuhan semesta alam kepada semua makhluk manusia dan jin dari kalangan kaum mukallaf. Semoga salawat Allah dan salamNya terlimpah kepadanya, juga kepada semua Nabi Allah.

Dalam ayat ini terdapat pemutusan hubungan ketergantungan kepada makhluk, iman dan amal mereka tidak boleh dilimpahkan kepada yang lain sebagaimana dosa orang lain tidak dilimpahkan kepadanya. Demikian juga agar kita tidak tertipu oleh nasab, bahkan yang dinilai adalah iman dan amal soleh, bukan amal nenek moyang kita.

Akhir Juz 1.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...