Selasa, 26 Mei 2020

2:246 Tafsir Surah Al Baqarah, ayat 246.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا لَنَا أَلا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلا قَلِيلا مِنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (٢٤٦) 

Allah s.w.t. berfirman, 

"246. Tidakkah kamu perhatikan kepada pemuka-pemuka dari Bani Israil setelah Musa," 

Perhatikanlah oleh kalian kisah para pemuka Bani Israil sesudah Musa a.s. wafat. Disebutkan "para pemuka" kerana mereka adalah wakil dari kaum mereka. Merekalah yang biasa membahas tentang hal-hal yang bermaslahat bagi kaum mereka, sedangkan kaum mereka hanya mengikuti.

"ketika mereka berkata kepada nabi untuk mereka, "Utuslah untuk kami seorang raja, kami berperang di jalan Allah.""

Ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, "Angkatlah untuk kami seorang raja, nescaya kami berperang di bawah pimpinannya di jalan Allah." Iaitu agar perkumpulan mereka yang terpecah dapat bersatu dan dapat berperang melawan musuh. 

Ada yang mengatakan bahawa nabi mereka ketika itu adalah Syam'un. Ada yang mengatakan, Samuel. Ada yang mengatakan, Syamuel ibnu Bali ibnu Alqamah ibnu Turkham ibnu Yahd ibnu Bahrad ibnu Alqamah ibnu Majib ibnu Amrisa ibnu Azria ibnu Safiyyah ibnu Alqamah ibnu Abu Yasyif ibnu Qarun ibnu Yashur ibnu Qahis ibnu Lewi ibnu Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim a.s.

Pada mulanya kaum Bani Israil sesudah Musa a.s. berada dalam jalan yang lurus selama satu kurun waktu. Kemudian mereka membuat-buat hal yang baru dan sebahagian di antara mereka ada yang menyembah berhala-berhala. 

Di antara mereka masih ada nabi-nabi yang memerintahkan kepada mereka untuk berbuat kebajikan dan melarang mereka berbuat kemungkaran, serta meluruskan mereka sesuai dengan ajaran kitab Taurat. 

Hingga akhirnya mereka melakukan apa yang mereka sukai, lalu Allah menguasakan mereka atas musuh-musuh mereka, dan akhirnya ramai di antara mereka yang terbunuh dalam jumlah yang sangat besar, ramai yang ditawan oleh musuh-musuh mereka, serta negeri mereka banyak yang diambil dan dijajah oleh musuh-musuh mereka.

Pada mulanya tiada seorang raja pun yang memerangi mereka melainkan mereka dapat mengalahkannya. Hal tersebut berkat kitab Taurat dan tabut (peti) yang telah ada sejak masa lalu; keduanya diwariskan secara turun-temurun dari para pendahulu mereka sampai kepada Musa a.s.

Tetapi tatkala mereka tenggelam di dalam kesesatannya, maka kedua barang tersebut dapat dirampas dari tangan mereka oleh salah seorang raja di suatu peperangan. Raja tersebut dapat merebut kitab Taurat dan tabut dari tangan mereka, dan tiada yang hafal akan kitab Taurat di kalangan mereka kecuali hanya beberapa gelintir orang saja.

Kenabian terputus dari keturunan mereka, tiada yang tertinggal dari kalangan keturunan Lewi yang biasanya menurunkan para nabi selain seorang wanita hamil dari suaminya yang telah terbunuh. 

Maka kaum Bani Israil mengambil wanita tersebut dan mengasingkannya di dalam sebuah rumah dengan harapan semoga Allah memberinya rezeki seorang anak yang kelak akan menjadi seorang nabi bagi mereka.

Sedangkan si wanita tersebut terus-menerus berdoa kepada Allah s.w.t. agar diberi seorang anak lelaki. Allah s.w.t. memperkenankan doa wanita itu dan lahirlah darinya seorang bayi lelaki yang kemudian diberi nama Samuel, yang ertinya Allah memperkenankan doaku. 

Di antara ulama ada yang mengatakan bahawa bayi itu diberi nama Syam'un (Samson) yang ertinya sama. Anak tersebut tumbuh dewasa di kalangan kaumnya (Bani Israil) dan Allah menganugerahinya dengan pertumbuhah yang baik. 

Ketika usianya sampai pada usia kenabian, maka Allah mewahyukan kepadanya yang isinya memerintahkan kepadanya agar mengajak dan menyeru kaumnya untuk menauhidkan Allah s.w.t. Lalu Beliau menyeru kaum Bani Israil. 

Mungkin pada waktu itu mereka tidak memiliki ketua yang menyatukan mereka sebagaimana kebiasaan kabilah-kabilah yang memiliki rumah, di mana masing-masingnya tidak ridha jika ada yang memimpin selainnya. 

Oleh kerana itu, mereka meminta kepada nabi mereka agar menentukan raja untuk mereka yang diridhai oleh semua pihak, yang akan memimpin mereka dalam memerangi musuh-musuh mereka. Saat itu, yang biasa memimpin Bani Israil adalah para nabi, setiap nabi yang satu wafat digantikan oleh nabi yang lain.

"Dia berkata, "Apakah mungkin kalian jika diwajibkan atas kalian berperang, kalian tidak mahu berperang.""

Nabi mereka menjawab, "Mungkin sekali jika kalian nanti diwajibkan berperang, kalian tidak mahu berperang." 

Si Nabi berkata kepada mereka, "Apakah kalian benar-benar jika Allah mengangkat seorang raja untuk kalian, bahawa kalian akan berperang dan menunaikan tugas yang dibebankan kepada kalian, iaitu berperang bersamanya?" 

"Mereka berkata, "Dan mengapa bagi kami tidak mahu berperang di jalan Allah, dan sungguh kami telah diusir dari kampung halaman kami dan anak-anak kami?""

Mereka menjawab, "Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dipisahkan dari anak-anak kami?" Iaitu negeri mereka telah dirampas dari tangan mereka, mereka diusir dan ramai anak-anak mereka yang ditawan oleh tentera Jalut.

"Maka tatkala diwajibkan atas mereka berperang mereka berpaling, kecuali sedikit dari mereka." 

Tetapi apabila perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling. Bahkan mereka takut dan mereka melarikan diri dari peperangan, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. 

"Dan Allah Maha Mengetahui terhadap orang-orang yang zalim."

Allah Maha Mengetahui siapa yang mengingkari janji. Mereka tidak memenuhi apa yang telah mereka janjikan, bahkan kebanyakan dari mereka membangkang, tidak mahu berjihad.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...