Selasa, 5 Mei 2020

4:116-117 Tafsir Surah An Nisa, ayat 116-117.

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا (١١٦) إِنْ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا إِنَاثًا وَإِنْ يَدْعُونَ إِلا شَيْطَانًا مَرِيدًا (١١٧)

Allah s.w.t. berfirman,

"116. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni bahawa dipersekutukan denganNya" 

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, iaitu mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Dosa syirik tidak diampuni Allah kerana di dalamnya mengandung pencacatan Rabbul 'alamin dan keesaanNya.

Begitu juga kerana di dalam menyamakan antara makhluk yang tidak berkuasa memberi manfaat dan madharrat dengan Al Khaliq yang berkuasa memberi manfaat dan madharrat, di mana tidak ada satu pun nikmat kecuali dariNya dan tidak ada yang dapat menolak bahaya selain Dia.

Dia memiliki kesempurnaan secara mutlak dari berbagai segi dan Maha Kaya dari segala sisi. Oleh kerana itu, kezaliman yang paling besar dan kesesatan yang paling jauh adalah mengalihkan ibadah kepada makhluk yang memiliki kelemahan dan kekurangan.

"dan mengampuni apa yang selain itu bagi orang yang Dia kehendaki." 

Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Dosa-dosa di bawah syirik tahta masyii'atillah (di bawah kehendak Allah); jika Allah menghendaki, maka Dia mengampuninya dengan rahmat dan kebijaksanaanNya, dan jika Dia menghendaki, maka Dia akan mengazabnya dengan keadilan dan kebijaksanaanNya.

"Dan barang siapa yang mempersekutukan dengan Allah, maka sungguh dia telah sesat kesesatan yang jauh." 

Barang siapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya dia telah tersesat sejauh-jauhnya. Iaitu sesungguhnya dia telah menempuh jalan selain jalan yang benar, dan telah tersesat dari jalan hidayah, jauh dari kebenaran. Ini bererti dia membinasakan dirinya sendiri, merugi di dunia dan akhirat, terlepas olehnya kebahagiaan di dunia dan akhirat.

"117. Tidaklah mereka menyembah dari selainNya kecuali berhala." 

Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala. Ada yang menafsirkan, yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah jin perempuan. Ada yang mengatakan bahawa setiap berhala ada jin perempuannya.

Orang-orang musyrik mengatakan, "Para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah. Sesungguhnya kami menyembah mereka hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui mereka."

Lalu mereka menjadikannya sebagai sesembahan-sesembahan mereka, dan membuat patung-patung mereka dalam bentuk perempuan, lalu mereka menghiasinya dan memberinya kalung, kemudian mereka berkata, "Berhala-berhala ini mirip dengan anak-anak perempuan Allah yang kita sembah-sembah," maksud mereka adalah para malaikat.

Asal erti Inasan dalam ayat ini adalah perempuan-perempuan. Patung-patung berhala yang disembah oleh orang-orang Arab Jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan nama-nama perempuan seperti Laata, Uzza dan Manah.

Sudah menjadi maklum, bahawa nama menunjukkan yang dinamai. Jika namanya adalah nama-nama perempuan yang memang memiliki kekurangan, maka yang demikian menunjukkan kelemahan berhala-berhala itu.

Ada yang mengatakan bahawa inasan bermaksud benda-benda mati, tidak bernyawa; adakalanya berupa kayu kering dan adakalanya batu yang kering, iaitu berhala yang terbuat dari benda-benda tersebut. Akan tetapi pendapat ini dinilai gharib (aneh).

Berhala-berhala itu tidak dapat menciptakan, memberi rezeki, menolak musibah yang menimpa penyembahnya, bahkan berhala itu tidak dapat menolak bahaya yang datang menimpa dirinya. Berhala juga tidak mempunyai pendengaran, penglihatan dan hati.

Maka tidak sepatutnya makhluk yang begitu lemah ini disembah, sedangkan Allah yang memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi tidak disembah; padahal Dia Tuhan yang berhak mendapat pujian, Tuhan yang memiliki kesempurnaan, kemuliaan, keagungan, keperkasaan, keindahan, kasih sayang, kebaikan, ihsan, sendiri dalam mencipta dan mengatur serta memiliki hikmah yang besar dalam syari'at dan qadarNya.

"Dan tidaklah mereka menyembah kecuali syaitan yang derhaka." 

Dengan menyembah berhala itu mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang derhaka. Ibadah yang mereka arahkan kepada berhala, pada hakikatnya adalah menyembah syaitan; makhluk yang menjadi musuh mereka, makhluk yang menginginkan mereka binasa, dan berusaha mencari jalan untuk itu.

Syaitanlah yang menganjurkan mereka berbuat demikian, dan syaitanlah yang menghiasinya dan menjadikannya baik di mata mereka, padahal kenyataannya mereka hanyalah menyembah iblis.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...