Ahad, 6 Ogos 2017

60:7-9 Tafsir Surah Al Mumtahanah, ayat 7-9.

عَسَى اللَّهُ أَنْ يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِينَ عَادَيْتُمْ مِنْهُمْ مَوَدَّةً وَاللَّهُ قَدِيرٌ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٧) لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (٨) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (٩)

Allah s.w.t. telah memerintahkan hamba-hambaNya yang beriman agar memusuhi orang-orang kafir. Selanjutnya Allah s.w.t. memberitahukan bahawa permusuhan ini adalah selama mereka tetap di atas kekafiran dan kesyirikannya, dan bahawa jika mereka berubah menjadi beriman, maka hukum sebagaimana berjalan bersama ‘illatnya (sebabnya), berubahlah mereka menjadi dicintai dan dikasihi.

"7. Mudah-mudahan Allah bahawa menjadikan di antara kalian dan di antara orang-orang yang kalian musuhi dari mereka kasih sayang." 

Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antara kalian dengan orang-orang yang kalian musuhi di antara mereka. Iaitu rasa kasih sayang sesudah kebencian, dan rasa simpati sesudah antipati, dan kerukunan sesudah berpecah belah dengan memberi mereka hidayah untuk beriman.

"Dan Allah Maha Kuasa." 

Dia Mahakuasa atas semua yang dikehendakiNya seperti menyatukan di antara berbagai hal yang bertentangan, berbeda, dan bertolak belakang. Allah Mahakuasa untuk berbuat demikian (menjadikan mereka beriman) dan merubahnya dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.

Maka Dia menjadikan hati mereka menjadi rukun sesudah permusuhan dan kekerasan, sehingga jadilah mereka bersatu dan hidup dengan rukun. Dia telah melakukannya setelah terjadi Fat hu Makkah (penaklukkan Mekah).

"Dan Allah Maha Pengampun Maha Penyayang." 

Tidak berat bagiNya mengampuni dosa dan tidak susah bagiNya menutupi aib. Iaitu mengampuni kekufuran orang-orang yang kafir bilamana mereka bertaubat dari kekafirannya, lalu kembali ke jalan Allah dan berserah diri kepadaNya, dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada semua orang yang bertaubat kepadaNya dari dosa apa pun.

Dalam ayat ini terdapat isyarat dan khabar gembira bahawa sebahagian kaum musyrikin yang sebelumnya memusuhi kaum muslimin akan masuk ke dalam Islam, dan begitulah yang telah berlaku wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin. Antaranya adalah Abu Sufyan.

Ketika ayat-ayat yang mulia ini turun, dimana ayat-ayat tersebut mendorong untuk memusuhi orang-orang kafir. Maka kaum mukmin mendapat pengaruh besar sekali sehingga mereka melaksanakannya dengan sebenar-benarnya.

Mereka merasa berdosa ketika menyambung tali silaturrahim kepada kerabat mereka yang masih musyrik dan mereka menyangka bahawa yang demikian termasuk ke dalam hal yang dilarang Allah.

Qatilah binti Abdul Uzza, di masa terjadinya perjanjian perdamaian (gencatan senjata) dengan orang-orang Quraisy, datang menemui anak perempuannya (Asma binti Abu Bakar r.a.) dengan membawa hadiah-hadiah seperti keju, ubat penyamak kulit, dan minyak samin, sedangkan Qatilah masih dalam keadaan musyrik.

Pada mulanya Asma menolak menerima kedatangan ibunya, dan masuk ke dalam rumahnya, lalu bertanya kepada Aisyah r.a., dan Rasulullah s.a.w. ditanya tentang hal itu. Maka Allah menurunkan firmanNya,

"8. Allah tidak melarang kalian dari orang-orang yang tidak memerangi kalian dalam agama, dan tidak mengusir kalian dari kampung halaman kalian, bahawa berbuat baik pada mereka, dan kalian berlaku adil kepada mereka." 

Allah s.w.t. tidak melarang kalian menjalin hubungan baik dan berlaku adil dengan orang-orang kafir yang tidak memerangi kalian dalam urusan agama dan tidak mengusir kalian dari kampung halaman kalian. Mereka juga tidak membantu orang lain untuk memerangi dan mengusir kalian, seperti kaum wanita dan orang-orang lemah dari mereka.

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."

Allah s.w.t. tidak melarang kamu berbuat baik, bersilaturrahim, membalas kebaikan dan berbuat adil kepada kaum musyrikin baik kerabatmu maupun selain mereka yang tidak memerangi kamu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu, maka tidak mengapa bagimu menyambung tali silaturrahim dengan mereka, kerana menyambung tali silaturrahim dalam keadaan ini tidak ada mafsadatnya.

Nabi s.a.w. bersabda kepada Asma, "Ya, bersilaturahimlah kepada ibumu." Nabi s.a.w. memerintahkan kepada Asma agar menerima hadiah ibunya itu dan mempersilakan ibunya masuk ke dalam rumahnya.

Sebuah hadis sahih menyebutkan, "Orang-orang yang berlaku adil (kelak) berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya berada di sebelah kanan 'Arasy; (iaitu) orang-orang yang berlaku adil dalam keputusan hukum mereka, berlaku adil terhadap keluarga dan apa yang dikuasakan kepada mereka."

"9. Sungguh hanyalah Allah melarang kalian dari orang-orang yang memerangi kalian dalam agama, dan mengusir kalian dari kampung halaman kalian, dan mereka membantu atas pengusiran kalian bahawa menjadikan mereka kawan." 

Allah s.w.t. hanya melarang kamu berhubungan dengan mereka yang memusuhimu, yang memerangimu dalam urusan agama, yang mengusirmu dari kampung halamanmu dan yang membantu orang lain untuk mengusirmu.

"Dan barang siapa yang menjadikan mereka kawan, maka mereka itu mereka orang-orang yang zalim."

Barang siapa yang tetap mahu berteman dengan mereka, sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Kezaliman ini tergantung tingkat wala’ yang diberikannya. Jika sempurna (seperti menolong mereka memerangi agama Islam dan kaum muslimin) maka dapat menjadikannya keluar dari Islam, namun jika di bawahnya, maka ada yang berat, dan ada yang di bawahnya. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...