Jumaat, 14 Februari 2020

65:4-7 Tafsir Surah Ath Thalaq, ayat 4-7.

وَاللائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللائِي لَمْ يَحِضْنَ وَأُولاتُ الأحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا (٤) ذَلِكَ أَمْرُ اللَّهِ أَنْزَلَهُ إِلَيْكُمْ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا (٥)أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِنْ وُجْدِكُمْ وَلا تُضَارُّوهُنَّ لِتُضَيِّقُوا عَلَيْهِنَّ وَإِنْ كُنَّ أُولاتِ حَمْلٍ فَأَنْفِقُوا عَلَيْهِنَّ حَتَّى يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ فَإِنْ أَرْضَعْنَ لَكُمْ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ وَأْتَمِرُوا بَيْنَكُمْ بِمَعْرُوفٍ وَإِنْ تَعَاسَرْتُمْ فَسَتُرْضِعُ لَهُ أُخْرَى (٦) لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا (٧)

Allah s.w.t. berfirman,

"4. Dan wanita-wanita yang putus dari haid di antara isteri-isteri kalian jika kalian ragu-ragu, maka iddah mereka tiga bulan," 

Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara isteri-isteri kalian jika kalian ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka iddahnya adalah tiga bulan.

"dan wanita-wanita yang tidak haid."

Begitu juga perempuan-perempuan yang tidak haid, misalnya kerana belum mencapai usia baligh, maka ‘iddahnya selama tiga bulan. Adapun wanita-wanita yang haidh, maka ‘iddahnya sebanyak tiga kali quru’.

"Sedangkan wanita yang mempunyai kandungan waktu mereka sampai melahirkan kandungan mereka."

Sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu sampai mereka melahirkan kandungannya, baik kerana ditalak maupun kerana ditinggal wafat suaminya.

"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, Dia menjadikan baginya dari urusannya mudah."

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, nescaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya, iaitu memudahkan urusannya dan mengadakan baginya penyelesaian dan jalan keluar yang dekat (tidak lama).

"5. Demikian itu perintah Allah yang diturunkanNya kepada kalian."

Itulah perintah Allah yang diturunkanNya kepadamu, iaitu hukum dan syariatNya, Dia telah menurunkannya kepadamu melalui Rasulullah s.a.w. agar kalian berjalan di atasnya, mengikutinya dan memuliakannya.

"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, Dia menutupi darinya kesalahan-kesalahannya dan Dia memperbesar baginya pahala." 

Barang siapa bertakwa kepada Allah, nescaya Allah akan menghapuskan semua kesalahannya dan akan melipatgandakan atau melimpahkan pahala kepadanya, walaupun yang diamalkannya mudah dan sedikit.

"6. Tempatkanlah mereka di mana kalian bertempat tinggal menurut kemampuan kalian"

Apabila kalian menceraikan isteri-isteri kalian, tempatkanlah mereka di mana kalian tinggal menurut kemampuan kalian hingga iddahnya habis.

"dan janganlah kalian menyusahkan mereka untuk menyempitkan atas mereka."

Janganlah kalian menyusahkan mereka ketika mereka menempati tempat tinggal itu untuk menyempitkan hati mereka, baik dengan kata-kata maupun perbuatan dengan maksud agar mereka bosan sehingga mereka keluar dari rumah sebelum sempurna ‘iddahnya. Itu bererti kalian sama saja mengeluarkan mereka dari rumah kalian.

Kesimpulan ayat ini adalah larangan mengeluarkan mereka dari rumah, dan larangan bagi mereka (wanita yang ditalak) keluar dari rumah suami mereka serta perintah untuk memberi mereka tempat tinggal dengan cara yang tidak menimbulkan bahaya dan kesulitan, dan hal ini dikembalikan kepada ‘uruf (kebiasaan yang berlaku).

"Dan jika mereka mempunyai kandungan, maka berilah nafkah atas mereka hingga mereka melahirkan kandungan mereka."

Jika isteri-isteri yang sudah ditalak itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin. Hal itu kerana kandungan yang ada di perutnya jika wanita itu ditalak ba’in, namun jika ditalak raj’i, maka infak itu kerana wanita itu dan kandungannya, dan nafkah berakhir sampai wanita itu melahirkan kandungannya.

"Maka jika mereka menyusukan bagi kalian, maka berilah mereka upah mereka."

Apabila mereka telah bersalin, sedangkan mereka telah diceraikan dengan talak tiga, maka mereka telah terpisah selamanya dari suaminya apabila iddah mereka habis (iaitu melahirkan kandungannya).

Dan bagi wanita yang bersangkutan diperbolehkan menyusui anaknya atau menolak untuk menyusuinya, tetapi sesudah dia memberi air susu pertamanya kepada bayinya yang merupakan keperluan si bayi.

Jika dia mahu menyusui bayinya, maka dia berhak untuk mendapatkan upah yang sepadan, dan dia berhak mengadakan transaksi dengan ayah si bayi atau walinya sesuai dengan apa yang disepakati oleh kedua belah pihak mengenai jumlah upahnya.

"Dan musyawarahkanlah di antara kalian dengan baik." 

Musyawarahkanlah di antara kalian segala sesuatu dengan baik, iaitu hendaknya masing-masing dari suami dan isteri serta selain dari keduanya bermusyawarah dengan baik untuk membuat kesepakatan terhadap upah yang diberikan.

Atau bermusyawarah untuk hal yang bermanfaat dan bermaslahat di dunia dan akhirat bagi keduanya dan bagi anak mereka, kerana melalaikannya dapat menimbulkan keburukan dan bahaya yang banyak yang tidak diketahui kecuali oleh Allah s.w.t.

Di samping itu, dalam bermusyawarah terdapat tolong-menolong terhadap kebaikan dan takwa. Termasuk yang perlu diterangkan juga di sini adalah bahawa suami dan isteri ketika berpisah di masa ‘iddah, khususnya apabila lahir anak dari keduanya, biasanya terjadi pertengkaran dalam hal menafkahi si wanita dan si anak, iaitu ketika sudah berpisah yang biasanya terjadi kerana kebencian, dimana dari kebencian timbul banyak masalah.

Oleh kerana itulah, mereka diperintahkan bermusyawarah, berbuat baik, bermu’amalah secara baik, tidak bermusuhan dan sebagainya. Hendaklah semua urusan yang ada di antara kalian dimusyawarahkan dengan baik dan bertujuan baik, tidak merugikan diri sendiri dan tidak juga merugikan pihak lain.

"Dan jika kalian menemui kesulitan, maka akan menyusukan kepadanya yang lain."

Jika kalian menemui kesulitan, iaitu apabila pihak lelaki dan pihak wanita berselisih tentang upah menyusukan anak itu dan tidak terjadi kesepakatan agar si ibu menyusukan anaknya, maka boleh dicarikan wanita lain untuk menyusukan anak itu untuknya.

Tetapi seandainya pihak si ibu bayi rela dengan upah yang sama seperti yang diberikan kepada perempuan lain, maka yang paling berhak menyusui bayi itu adalah ibunya.

Jika si anak tidak menerima selain susu ibunya, maka ibunya ditetapkan untuk menyusukannya dan diwajibkan kepadanya. Jika si ibu menolak, maka dipaksa, dan dia akan mendapat imbalan standar jika tidak terjadi kesepakatan terhadap jumlah imbalannya.

Selanjutnya Allah s.w.t. menentukan nafkah sesuai keadaan suami.

"7. Agar memberi nafkah yang mempunyai keluasan menurut kemampuannya."

Hendaklah orang tua si bayi atau walinya yang mempunyai keluasan atau kemampuan memberi nafkah kepada bayinya menurut kemampuannya. Jangan sampai dia memberikan nafkah seperti nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang fakir jika dia adalah orang yang kaya.

"Dan barang siapa yang disempitkan atasnya rezekinya, maka hendaknya memberi nafkah dari apa yang Allah berikan kepadanya." 

Orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.

"Allah tidak memikulkan seseorang kecuali apa yang Dia berikannya."

Allah hanya membebani seseorang sesuai dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Hal ini sesuai sekali dengan hikmah dan rahmat Allah, dimana Dia menetapkan masing-masingnya sesuai dengan keadaannya, Dia meringankan orang yang kesulitan dan tidak membebani kecuali sesuai dengan kemampuannya baik dalam hal nafkah maupun lainnya.

"Allah akan menjadikan sesudah kesulitan kemudahan."

Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan. Ayat ini merupakan berita gembira terhadap orang-orang yang kesulitan, bahawa Allah s.w.t. akan menghilangkan kesulitan mereka dan mengangkat penderitaan mereka, kerana sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan. Ini merupakan janji dari Allah, dan janjiNya itu benar dan tidak akan disalahiNya.

Tiada ulasan:

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...