Isnin, 31 Oktober 2016

4:36 Tafsir Surah An Nisa, ayat 36.

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا (٣٦)

Allah s.w.t. berfirman memerintahkan supaya hakNya dipenuhi.

"36. Dan sembahlah Allah dan janganlah kalian menyekutukan denganNya sesuatu," 

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Hak Allah atas hamba-hambaNya adalah hendaknya mereka menyembah hanya kepadaNya, mentauhidkanNya, mengesakanNya dan mengarahkan semua ibadah hanya kepadaNya.

Antara dosa yang paling besar adalah menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dialah Yang Maha Pencipta, Maha Pemberi rezeki, Yang memberi nikmat, Yang memberikan kurnia kepada makhlukNya dalam semua waktu dan keadaan. Hendaknya Dia tidak dipersekutukan dengan sesuatu pun dari makhlukNya iaitu dengan tidak berbuat syirik.

Hak hamba-hamba Allah atas Allah adalah apabila mereka menyembah hanya kepadaNya dan tidak mempersekutukanNya, Dia tidak akan mengazab mereka.

Allah s.w.t. juga memerintahkan untuk memenuhi hak hamba, dimulai dari yang terdekat lebih dahulu.

"dan kepada kedua orang tua berbuat baik," 

Berbuat baiklah kepada kedua ibu bapa kerana sesungguhnya Allah s.w.t. menjadikan keduanya sebagai penyebab bagi keberadaanmu dari alam 'adam ke alam wujud.

Berbuat baik dengan ucapan seperti berkata-kata yang lembut dan baik kepada mereka. Berbuat baik dengan perbuatan seperti menaati, menjauhi larangan, menafkahi mereka, memuliakan dan menyambung tali silaturrahim dengan orang-orang yang mempunyai hubungan dengan mereka.

Orang yang menyakiti kedua orang tuanya adalah orang sombong, derhaka lagi celaka.

"dan kepada kerabat," 

Berbuat baiklah kepada saudara mara, baik yang dekat maupun yang jauh, dalam ucapan maupun perbuatan, serta tidak memutuskan tali silaturrahim dengan mereka.

Disebutkan di dalam sebuah hadis, "Bersedekah kepada orang miskin adalah sedekah, tetapi kepada saudara mara adalah sedekah dan silaturahim."

"dan anak-anak yatim," 

Berbuat baiklah kepada anak-anak yatim. Perlakukanlah mereka dengan baik dan dengan penuh kasih sayang. Anak yatim adalah anak-anak yang ditinggal wafat bapanya saat mereka masih kecil. Mereka telah kehilangan orang yang mengurus kemaslahatan mereka dan orang yang memberi mereka nafkah.

Mereka memiliki hak yang harus ditunaikan oleh kaum muslimin. Antaranya adalah menanggung mereka, berbuat baik kepada mereka, menghilangkan rasa sedih yang menimpa mereka, mengajari adab dan mendidik mereka sebaik-baiknya untuk maslahat agama maupun dunia mereka.

"dan orang-orang miskin," 

Berbuat baiklah kepada orang-orang miskin. Mereka adalah orang-orang yang memerlukan bantuan kerana tidak mendapat apa yang dapat mencukupi keperluan hidup mereka. Allah memerintahkan agar mereka diperlakukan dengan baik dan dibantu hingga keperluan hidup mereka cukup dipenuhi dan bebas dari keadaan daruratnya. Juga mendorong orang lain memberi mereka makan serta membantu sesuai kemampuan.

"dan tetangga yang punya kedekatan dan tetangga yang jauh," 

Berbuat baiklah kepada jiran dekat dan jiran jauh. Jiran dekat bermaksud jiran yang ada hubungan saudara, isteri, jiran yang muslim, atau jiran yang tinggal dekat. Sedangkan jiran jauh bermaksud jiran yang tidak ada hubungan saudara, teman seperjalanan, jiran yang bukan muslim atau jiran yang tinggal jauh.

Jiran yang mempunyai satu hak adalah jiran bukan muslim yang tidak mempunyai hubungan saudara baginya; dia mempunyai hak jiran. Adapun jiran yang mempunyai dua hak, maka dia adalah jiran muslim; dia mempunyai hak Islam dan hak jiran. Adapun jiran yang mempunyai tiga hak ialah jiran muslim yang masih mempunyai hubungan saudara; dia mempunyai hak jiran, hak Islam, dan hak saudara.

Sebaik-baik jiran di sisi Allah ialah orang yang paling baik kepada jirannya. Barang siapa yang menginginkan cinta kepada Allah dan RasulNya, hendaklah ia berbuat baik dengan jiran.

Jiran dekat berhak diberlakukan secara ihsan yang ukurannya sesuai uruf (kebiasaan yang berlaku). Begitu juga jiran jauh, mereka juga berhak mendapatkan haknya sebagai jiran, semakin dekat tempatnya (rumahnya), maka haknya pun semakin besar.

Selaku jirannya, hendaknya ia tidak lupa memberinya hadiah, sedekah, mengundang, bertutur kata yang baik serta bersikap yang baik dan tidak menyakitinya.

Seseorang yang mencuri dari sepuluh rumah lebih ringan baginya daripada ia mencuri dari rumah jirannya. Seseorang lelaki berbuat zina dengan sepuluh orang wanita lebih ringan baginya daripada ia berbuat zina dengan isteri jirannya. Ia adalah antara dosa yang paling besar.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya mula-mula dua seteru yang diajukan di hari kiamat nanti adalah dua orang yang berjiran."

"dan teman sejawat," 

Berbuat baiklah kepada teman sejawat. Teman sejawat bermaksud teman seperjalanan, isteri atau teman secara mutlak. Selaku teman hendaknya diberlakukan secara baik, seperti membantunya, menasihatinya, bersamanya dalam keadaan suka maupun duka, lapang maupun sempit, mencintai kebaikan didapatinya dan sebagainya.

"dan ibnu sabil," 

Berbuat baiklah kepada ibnu sabil. Ibnu Sabil bermaksud tetamu, orang yang dalam perjalanan bukan untuk maksiat dan bekalnya habis sehingga tidak dapat melanjutkan perjalanan lalu datang bertamu. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapanya.

Ibnu Sabil memiliki hak yang ditanggung oleh kaum muslimin, iaitu dengan menyampaikan ibnu sabil ke tempat tujuannya atau kepada sebahagian tujuannya, memuliakannya dan bersikap ramah terhadapnya.

"dan apa yang kalian miliki." 

Berbuat baiklah kepada apa yang kalian miliki. Pemilikan adalah mencakup hamba maupun haiwan yang dimiliki.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Tidak sekali-kali kamu beri makan dirimu melainkan hal itu sedekah bagimu, tidak sekali-kali kamu beri makan anakmu melainkan hal itu sedekah bagimu, tidak sekali-kali kamu beri makan isterimu melainkan hal itu sedekah bagimu, dan tidak sekali-kali kamu beri makan pelayanmu melainkan hal itu sedekah bagimu."

Nabi s.a.w. bersabda, "Mereka (para pelayan) adalah saudara-saudara kalian lagi budak-budak kalian, Allah telah menjadikan mereka di bawah kekuasaan kalian. Maka barang siapa yang saudaranya berada di bawah kekuasaannya, hendaklah ia memberinya makan dari apa yang ia makan, dan hendaklah ia memberinya pakaian dari apa yang ia pakai, dan janganlah kalian membebani mereka pekerjaan yang tidak mampu mereka lakukan; dan jika kalian terpaksa membebani mereka (dengan pekerjaan berat), maka bantulah mereka."

Orang yang berbuat baik kepada semua yang disebutkan dalam ayat di atas, maka sesungguhnya dia telah tunduk kepada Allah dan bertawadhu' (berendah hati) kepada hamba-hamba Allah; tunduk kepada perintah Allah dan syari'atNya, di mana ia berhak mendapat pahala yang besar dan pujian yang indah.

Sebaliknya, barang siapa yang tidak berbuat baik kepada mereka yang disebutkan itu, maka sesungguhnya dia berpaling dari Tuhannya, tidak tunduk kepada perintahNya serta tidak bertawadhu' kepada hamba-hamba Allah, bahkan sebagai orang yang sombong; orang yang bangga terhadap dirinya lagi membanggakan diri di hadapan orang lain.

"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang dia sombong berbangga diri."

 Mukhtal bermaksud takabur dan sombong. Fakhur bermaksud membangga-banggakan diri. Allah membenci orang-orang yang bongkak, takabur, dan sombong hadapan manusia terhadap apa yang dimilikinya. Mereka adalah orang yang jahat perangainya.

Mereka sebenarnya tidak bersyukur kepada Allah s.w.t. setelah diberi nikmat olehNya, bahkan mereka berbangga diri terhadap orang lain dengan kurnia nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadanya.

Mereka merasakan bahawa dirinya lebih baik dan besar daripada orang lain, tetapi hakikatnya hina di sisi Allah dan dibenci di kalangan manusia.

Ahad, 30 Oktober 2016

3:116-117 Tafsir Surah Ali Imran, ayat 116-117.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (١١٦) مَثَلُ مَا يُنْفِقُونَ فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيهَا صِرٌّ أَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (١١٧)

Allah s.w.t. berfirman,

"116. Sesungguhnya orang-orang yang kafir, tidak akan dapat mencukupi dari mereka harta-harta mereka dan tidak anak-anak mereka dari Allah sedikit pun." 

Sesungguhnya orang-orang yang kafir, baik harta maupun anak-anak mereka, sedikit pun tidak dapat menolak azab Allah.

Disebutkan "harta dan anak", kerana biasanya manusia menebus dirinya dengan harta dan terkadang dengan meminta bantuan kepada anak. Semuanya itu tidak dapat menolak pembalasan Allah maupun azabNya dari diri mereka, jika Allah menghendaki hal tersebut terhadap mereka.

"Dan mereka itu para penghuni neraka. Mereka di dalamnya kekal." 

Selanjutnya Allah s.w.t. membuat suatu perumpamaan tentang apa yang dinafkahkan oleh orang-orang kafir dalam kehidupan di dunia ini.

"117. Perumpamaan apa yang mereka infakkan di dalam ini kehidupan dunia," 

Iaitu harta yang orang-orang kafir infakkan untuk menghalangi manusia dari jalan Allah dan memadamkan cahaya Allah. Mereka saling membantu untuk membatalkan agama Islam.

"seperti perumpamaan angin di dalamnya angin sangat dingin, menimpa ladang kaum mereka menganiaya diri mereka sendiri,"

Sirrun ialah angin yang sangat dingin disertai dengan ais (salju). Mereka menzalimi diri sendiri dengan kekafiran dan kemaksiatan.

"lalu merosaknya." 

Cuaca yang tiba-tiba sangat dingin diiringi dengan salju dapat merosakkan, mematikan dan membinasakan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, sama seperti api membakar sesuatu. Tanaman itu tidak dapat diambil manfaatnya, padahal pemiliknya sangat memerlukannya.

Begitu juga harta yang mereka keluarkan itu akan sia-sia tidak ada manfaatnya. Allah menghapus pahala semua amal kebaikan mereka di dunia hingga mereka tidak dapat menikmati hasilnya di akhirat.
Demikian itu adalah kerana dosa-dosa mereka ketika di dunia, membangun amal perbuatannya tanpa asas dan tiang penyangga, iaitu tidak beriman. Mereka hanya menghabiskan masa, mendapat keletihan, kerugian dan kekecewaan.

"Dan tidak Allah menganiaya mereka, akan tetapi diri mereka sendiri mereka menganiaya."

Allah tidak menganiaya mereka dengan menjadikan infak mereka sia-sia, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri dengan kekafiran yang menjadikannya sia-sia.

2:261-264 Tafsir Surah Al Baqarah, ayat 261-264.

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (٢٦١) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (٢٦٢) قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ (٢٦٣) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا   لا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (٢٦٤)

Allah s.w.t. berfirman,

"261. Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan harta-harta mereka di jalan Allah," 

Berinfak harta di jalan Allah meliputi infak untuk kepentingan jihad, pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit dan kepentingan maslahat lain-lainnya. Ia boleh dilakukan oleh sesiapa saja, yang berpendapatan tinggi atau rendah, dimasa lapang atau dimasa sempit. Ia dilakukan dengan tujuan taat kepada Allah s.w.t. dan mencari keridhaanNya.

"seperti perumpamaan sebuah biji, ia menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai seratus biji." 

Perumpamaan ini menggambarkan penggandaan pahala yang banyak bagi orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. Pahalanya dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali ganda. Ia tidak akan mengurangkan harta, bahkan semakin bertambah harta.

Perumpamaan ini lebih berkesan dalam hati daripada hanya menyebutkan sekadar bilangan tujuh ratus kali ganda, kerana dalam ungkapan perumpamaan tersebut tersirat pengertian bahawa amal-amal soleh itu dikembangkan pahalanya oleh Allah s.w.t. buat para pelakunya, sebagaimana seorang petani menyemaikan benih di ladang yang subur.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Barang siapa yang membelanjakan sejumlah harta di jalan Allah, maka pahalanya dilipatgandakan menjadi tujuh ratus kali ganda."

"Dan Allah melipat gandakan bagi siapa Dia kehendaki" 

Allah melipatgandakan pahala bagi siapa yang Dia kehendaki sesuai dengan niat dan keikhlasan yang ada dalam hati orang yang berinfak. Juga bergantung kepada keadaan harta yang diinfakkan tersebut, kehalalannya, manfaatnya dan di mana diletakkan harta itu. Bahkan Allah boleh melipatgandakan lebih dari yang disebutkan, sehingga Dia akan memberikan pahala tanpa tangguh.

"dan Allah Maha Luas Maha Mengetahui."

Allah Mahaluas kurniaNya. AnugerahNya Mahaluas lagi banyak, lebih banyak daripada makhlukNya. Apa yang ada di sisiNya tidaklah berkurang kerana banyak diminta. Oleh kerana itu, orang yang berinfak janganlah mengira bahawa penggandaan tesebut merupakan bentuk berlebih-lebihan, kerana tidak ada satu pun yang berat bagi Allah s.w.t. dan apa yang ada di sisiNya tidaklah berkurang kerana sentiasa memberi.

Dia Maha Mengetahui siapa yang berhak dan siapa yang tidak berhak mendapatkan pahala dan balasan berkali ganda tersebut. Dia Maha Mengetahui niat hamba-hambaNya. Mahasuci Allah dengan segala pujianNya.

"262. Orang-orang yang menginfakkan harta-harta mereka di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang mereka infakkan mengungkit-ungkit dan tidak menyakiti perasaan," 

Allah s.w.t. memuji orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi kebaikan dan sedekah yang telah mereka infakkan dengan menyebut-nyebutnya, mengungkapkannya atau menghitung-hitungnya kepada seorang pun, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan.

Mereka tidak meminta orang yang diberi sedekah untuk menyebutkan pemberiannya. Mereka tidak bersikap sombong, tidak menyakiti perasaan si penerima kerana pemberiannya dan tidak terkesan bahawa orang yang diberi itu telah berhutang budi kepadanya.

Mereka tidak melakukan perbuatan yang tidak disukai terhadap orang yang telah mereka santuni. Menyebut-nyebut dilarang bahkan merosakkan atau menghapuskan kebaikan dan pahala sedekah mereka. Sesungguhnya nikmat yang ada adalah pemberian Allah s.w.t., begitu juga ihsannya.

"bagi mereka pahala mereka di sisi Tuhan mereka." 

Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Allah s.w.t. menjanjikan kepada mereka pahala yang berlimpah atas perbuatan yang baik tanpa menyakiti hati si penerima itu. Pahala mereka atas tanggungan Allah, bukan atas tanggungan seseorang selainNya.

"Dan tidak ada kekhuatiran atas mereka" 

Tidak ada rasa takut atau kebimbangan bagi mereka terhadap hal yang akan datang, iaitu kengerian di hari kiamat.

"dan mereka tidak bersedih hati."

Mereka tidak bersedih hati terhadap sanak saudara yang mereka tinggalkan, kesenangan dunia dan gemerlapannya yang telah luput. Mereka sama sekali tidak menyesalinya, kerana mereka telah beralih kepada keadaan yang jauh lebih baik bagi mereka daripada semuanya itu.

"263. Perkataan dan doa yang baik dan ampunan lebih baik dari sadaqah mengiringinya menyakiti perasaan." 

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan tindakan yang menyakiti. Perkataan yang baik bermaksud kalimat yang baik, menolak dengan cara yang baik, menggembirakan hati seorang muslim, mendo'akannya dan sebagainya.
Pemberian maaf bermaksud memaafkan perbuatan aniaya yang ditujukan terhadap dirinya, baik berupa ucapan maupun perbuatan dan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima seperti mendesak dalam meminta.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Tiada suatu sedekah pun yang lebih disukai oleh Allah selain ucapan yang baik."

"Dan Allah Maha Kaya Maha Penyantun." 

Allah Maha Kaya. Dia tidak memerlukan makhlukNya sama sekali, bahkan semua makhluk memerlukanNya di setiap waktu dan keadaan. Dia tidak memerlukan sedekah hamba-hambaNya. Maslahat dan manfaat dari sedekah, infak dan ketaatan yang dilakukan seorang hamba kembali kepada dirinya sendiri.

Dia Maha Penyantun. Rahmat, ihsan dan sifat santunNya menjadikanNya tidak segera memberikan hukuman kepada orang yang bermaksiat kepadaNya walaupun Dia mampu. Bahkan Dia memberi tangguh mereka dan mengulang-ulang ayat-ayatNya agar hamba-hambaNya mahu kembali kepadaNya.

Jika telah jelas bahawa mereka tidak boleh diharap lagi, ayat-ayat yang datang tidak berguna lagi dan perumpamaan-perumpamaan sudah tidak dihiraukan lagi, maka ketika itulah Allah menurunkan siksaNya dan menghalangi mereka mendapatkan ganjaran besarNya.

"264. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian merosak sadaqah kalian dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti perasaan,"

Janganlah kalian menghilangkan sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti. Allah menganjurkan agar hamba-hambaNya menyempurnakan amal dan menjaganya dari setiap yang merosaknya agar amal tidak sia-sia begitu saja.

Amal yang baik dapat menghapuskan amal yang buruk. Amalan buruk juga dapat membatalkan amalan soleh. Pahala amal sedekah itu akan terhapus bila diiringi dengan dosa menyebut-nyebutnya dan dosa menyakiti perasaan si penerimanya, sedangkan mereka tidak menyedarinya.

"seperti orang yang menginfakkan hartanya riya manusia" 

Seperti orang yang menginfakkan hartanya kerana ingin dilihat manusia. Perbuatan riya juga membatalkan pahala sedekah. Mereka menunjuk-nunjuk kepada orang ramai bahawa sedekah yang dilakukannya adalah kerana mengharapkan ridha Allah.

Padahal hakikatnya dia hanya ingin dipuji, terkenal, dihormati, melariskan perniagaan dan niat duniawi lainnya. Mereka tidak memperhatikan niat ikhlas kerana Allah dan mencari ridhaNya serta pahalaNya yang berlimpah.

"dan tidak beriman kepada Allah dan hari akhir." 

Mereka tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.

"Maka perumpamaannya seperti perumpamaan batu licin di atasnya ada debu, lalu menimpanya hujan lebat, maka ia meninggalkannya bersih." 

Perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih. Begitulah diumpamakanNya orang yang mengiringi infaknya dengan menyebut-nyebutnya, menyakiti perasaan penerimanya dan riya dalam berinfak.

Pahalanya lenyap dan menyusut di sisi Allah, walaupun orang yang berkenaan menampakkan banyaknya amal perbuatannya di mata orang ramai seperti tanah di atas batu licin itu.

"Mereka tidak menguasai atas sesuatu dari apa yang mereka usahakan," 

Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Mereka tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan juga tidak mendapat pahala di akhirat. Di hari kiamat Allah tidak mahu memandang kepada orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya dan mereka tidak dapat masuk syurga.

"dan Allah tidak memberi petunjuk kaum yang kafir."


Sabtu, 29 Oktober 2016

2:158 Tafsir Surah Al Baqarah, ayat 158.

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ (١٥٨)

Orang-orang Ansar di masa lalu sebelum mereka masuk Islam, mereka selalu berihlal untuk berhala Manat sesembahan mereka yang ada di Musyallal (tempat yang terletak di antara Safa dan Marwah). Berhala Isaf berada di atas Safa, dan berhala Nailah berada di atas Marwah. Mereka selalu mengusap keduanya.

Ketika Islam datang, maka mereka berhenti melakukan tawaf di antara keduanya. Mereka merasa berdosa bila bersa'i di antara Safa dan Marwah kerana takut ia termasuk perkara Jahiliah.

Orang-orang selain yang berihlal dengan Manat itu bersa'i di Safa dan Marwah. Di dalam Al Qur'an Allah hanya memerintahkan bertawaf di Baitullah dan tidak memerintahkan bersa'i antara Safa dan Marwah. Mereka takut jika telah melakukan perkara bid'ah.

Kedua pihak itu menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah s.a.w. apakah mereka berdosa kerana bersa'i di Safa dan Marwah.

Maka Allah s.w.t. menurunkan firmanNya,

"158. Sesungguhnya Safa dan Marwah termasuk syi'ar-syi'ar Allah." 

Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebahagian syi'ar Allah. Maka Rasulullah s.a.w. telah menetapkan bersa'i antara Safa dan Marwah, oleh kerana itu tidak boleh bagi seorang pun meninggalkan bersa'i antara Safa dan Marwah.

Syi'ar Allah adalah tanda-tanda agama yang nampak atau tempat beribadah kepada Allah. Kerana sebagai syi'arNya, maka kita diperintahkan untuk memuliakannya, dan barangsiapa yang memuliakan syi'ar-syi'ar Allah, maka hal itu timbul dari ketakwaan yang ada di dalam hati.

Allah s.w.t. telah menjelaskan bahawa sa'i antara Safa dan Marwah termasuk salah satu syiar Allah, yakni salah satu syiar yang disyariatkan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim a.s. dalam manasik haji.

Asal mula hal tersebut diambil dari tawaf Siti Hajar, ia berulang alik antara Safa dan Marwah kerana mencari air untuk puteranya ketika persediaan air dan bekal mereka habis setelah mereka ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim a.s. di tempat tersebut. Sedangkan di tempat itu tidak ada seorang manusia pun selain mereka berdua.

Ketika Siti Hajar merasa khuatir terhadap kelangsungan hidup puteranya di tempat itu kerana perbekalannya telah habis, maka Siti Hajar meminta pertolongan kepada Allah s.w.t. Ia mundar-mandir antara Safa dan Marwah seraya merendahkan diri, penuh dengan rasa takut kepada Allah dan sangat mengharapkan pertolonganNya.

Kemudian Allah membebaskannya dari kesusahannya itu, dan mengusir rasa keterasingannya, melenyapkan kesengsaraannya, serta menganugerahkan kepadanya zamzam yang airnya merupakan makanan yang mengenyangkan dan ubat penawar bagi segala penyakit.

Kerana itu, orang yang melakukan sa'i di antara Safa dan Marwah hendaknya melakukannya dengan hati yang penuh harap kepada Allah, rendah diri dan memohon petunjuk serta perbaikan keadaannya, dan mengharapkan ampunanNya.

Hendaknya dia berlindung kepada Allah s.w.t. agar dibebaskan dari semua kekurangan dan aib yang ada pada dirinya, dan memohon hidayahNya akan jalan yang lurus.

Hendaknya dia memohon kepada Allah agar hatinya ditetapkan pada hidayah itu (Islam) hingga akhir hayatnya.

Hendaknya ia memohon kepada Allah agar Dia mengalihkan keadaan dirinya yang penuh dengan dosa dan kederhakaan kepada keadaan yang sempurna, ampunan, keteguhan hati dalam menempuh jalan yang lurus, seperti apa yang dialami oleh Siti Hajar a.s.

"Maka barang siapa berhaji Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa atasnya untuk bertawaf di antara keduanya." 

Barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya.

Allah s.w.t. mengungkapkan dengan perkataan "tidak ada dosa" (padahal hukumnya wajib) sebab sebahagian sahabat Rasulullah s.a.w. merasa keberatan mengerjakannya sa'i di situ, kerana tempat itu bekas tempat berhala. Dan di masa jahiliyah pun tempat itu digunakan sebagai tempat sa'i. Untuk menghilangkan rasa keberatan itu, Allah menurunkan ayat ini.

"Dan barang siapa yang dengan rela melakukan kebajikan," 

Barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati. Iaitu mengerjakan perkara yang disyari'atkan Allah, seperti solat, puasa, haji, umrah, tawaf dan sebagainya dengan ikhlas kerana Allah.

Menurut pendapat lain, mengerjakan amalan yang tidak wajib baginya, melakukan sa'i lebih dari yang telah diwajibkan, contohnya lapan atau sembilan kali putaran, melakukan sa'i di antara Safa dan Marwah dalam haji tatawwu' (sunat) dan 'umrah tatawwu' atau melakukan tambahan kebaikan dalam semua jenis ibadah.

Tetapi barangsiapa yang mengerjakan perkara yang tidak disyari'atkan (bid'ah), maka ia hanya mendapat keletihan, bukan kebaikan, bahkan boleh menjadi keburukan jika ia melakukannya dengan sengaja dan mengetahui bahawa hal itu tidak disyari'atkan.

"maka sungguh Allah Maha Mensyukuri" 

Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan hambaNya. Dia tidak menyia-nyiakan amalan hamba-hambaNya, dan tidak mengurangi walaupun seberat zarrah (debu). Bahkan hamba-hambaNya akan mendapat balasan yang lebih banyak dari apa yang mereka kerjakan sesuai niat mereka yang diketahui olehNya.

Jika ada kebajikan sebesar zarrah pun, Dia akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisiNya pahala yang besar. Dia memberi pahala kepada amal yang sedikit dan banyak dengan tidak memilih bulu. Tiada seorang pun dianiaya atau dirugikan dalam menerima pahala dariNya walaupun sebesar zarrah.

Jika seorang hamba mengerjakan perintahNya Dia akan membantu, memujinya dan akan memberikan balasan berupa cahaya, iman dan kelapangan di hatinya. Pada badannya akan diberikan kekuatan dan semangat dan pada semua keadaannya akan diberikan keberkahan dan tambahan, sedangkan pada amalnya akan ditambah lagi dengan taufiqNya. Pada hari kiamat, pahala yang diperoleh seorang hamba tersebut akan dipenuhkan dan tidak akan dikurangi.

Di antara syukurNya kepada hambaNya adalah bahawa barangsiapa yang meninggalkan sesuatu kerana Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Barangsiapa yang mendekatiNya sejengkal, maka Allah akan mendekatinya sehasta, barangsiapa yang mendekatiNya sehasta, maka Dia akan mendekatinya sedepa dan barangsiapa yang mendekatiNya sambil berjalan, maka Dia akan mendekatinya sambil berlari.

"Maha Mengetahui." 

Allah Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat pahala yang sempurna sesuai niat, iman dan ketakwaannya. Dia Maha Mengetahui amalan-amalan yang dikerjakan hamba-hambaNya. Dia Maha Mengetahui kadar pahala yang diberikanNya.

2:1-5 Tafsir Surah Al Baqarah, ayat 1-5.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 

الم (١) ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (٤) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٥)

Allah s.w.t. berfirman, 

"1. Alif Lam Mim." 

"2. Inilah Al Kitab tidak ada keraguan di dalamnya" 

Kitab ini tidak ada keraguan padanya. Allah s.w.t. menamakan Al Qur'an dengan Al kitab bererti "yang ditulis", sebagai isyarat bahawa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.

Tidak ada keraguan bahawa ia berasal dari Allah s.w.t., sehingga tidak benar masih meragukannya kerana jelas sekali buktinya.

"petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa." 

Petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Orang-orang yang bertakwa mengambil manfaat darinya, menjadikannya sebagai petunjuk dan ilmu yang bermanfaat serta membuat mereka dapat beramal soleh. Mereka memperoleh dua hidayah; hidayah irsyad (ilmu/petunjuk) dan hidayah taufiq (dapat beramal).

Al Qur’an meskipun sesungguhnya petunjuk bagi semua manusia, namun hanya orang-orang yang bertakwa yang mahu mengambilnya sebagai petunjuk dan melaksanakan isinya.

Takwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintahNya; dan menjauhi segala laranganNya; tidak cukup diertikan dengan takut saja.

Kata huda (petunjuk) pada ayat di atas adalah umum, bahawa Al Qur'an merupakan petunjuk terhadap semua maslahat di dunia dan akhirat, ia merupakan pembimbing manusia dalam masalah usul (pokok seperti keyakinan) maupun furu' (cabang), menerangkan yang hak dan menerangkan kepada mereka jalan yang dapat memberikan manfaat di dunia dan akhirat.

"3. Orang-orang yang mereka beriman kepada yang ghaib" 

Mereka yang beriman kepada yang ghaib. Iman ertinya kepercayaan yang teguh yang
disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa atau pengakuan di hati yang membuahkan ketundukkan di lisan (dengan iqrar) dan pada anggota badan. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.

Yang ghaib ialah yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya kepada yang ghaib iaitu, mengi'tikadkan adanya yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, kerana ada dalil yang menunjukkan adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya.

Beriman itu kepada yang ghaib adalah kerana beriman kepada sesuatu yang disaksikan atau dirasakan panca indera tidak dapat membedakan mana muslim dan mana kafir.

Keimanan orang mukmin yang paling utama adalah beriman kepada yang ghaib. Orang mukmin beriman kepada semua yang diberitakan Allah s.w.t. dan rasulNya, baik mereka menyaksikannya atau tidak, baik mereka memahaminya atau tidak dan baik dijangkau oleh akal mereka maupun tidak.

"dan mereka mendirikan solat" 

Mendirikan solat. Di samping beriman kepada yang ghaib, mereka buktikan dengan mendirikan solat. Solat menurut bahasa 'Arab adalah doa, menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Solat merupakan pembuktian terhadap pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah s.w.t. Mendirikan solat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang zahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya. Solat yang seperti inilah yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

"dan dari apa yang Kami rezekikan pada mereka mereka menginfakkan." 

Dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Rezeki adalah segala yang dapat diambil manfaatnya. Menafkahkan sebahagian rezeki bermaksud memberikan sebahagian dari harta yang telah direzekikan oleh Allah tersebut kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, baik yang wajib maupun yang sunat.

Contoh pengeluaran yang wajib adalah zakat, menafkahi anak dan isteri, saudara mara dan hamba. Sedangkan pengeluaran yang sunat adalah semua jalan kebaikan.

Disebutkan "sebahagian rezeki" menunjukkan bahawa yang Allah perintahkan hanyalah sedikit dari harta mereka. Ia tidak akan memudaratkan dan tidak membebani mereka.

Disebutkan perkataan "rezeki" untuk mengingatkan bahawa harta yang ada pada mereka merupakan rezeki dari Allah yang mesti disyukuri dengan menyisihkan sebahagiannya untuk dikongsikan bersama saudara-saudara mereka yang tidak mampu.

Solat dan zakat sangat sering disebutkan secara bergandingan di dalam Al Qur'an, kerana solat mengandungi sikap ikhlas kepada Allah s.w.t., sedangkan zakat dan infak mengandungi sikap ihsan terhadap sesama hamba Allah s.w.t.

Oleh kerana itu, tanda kebahagiaan seorang hamba adalah dengan bersikap ikhlas kepada Allah dan berusaha memberikan manfa'at kepada makhluk.

Tanda celakanya seorang hamba adalah tidak ada sikap ikhlas kepada Allah s.w.t. dan tidak berbuat ihsan kepada sesama hamba Allah s.w.t.


"4. Dan orang-orang yang beriman dengan apa yang diturunkan kepadamu" 

Dan mereka yang beriman kepada kitab yang telah diturunkan kepadamu. Mereka beriman kepada Al Qur'an, begitu juga apa yang diturunkan kepada Beliau s.a.w. berupa hikmah (As Sunnah).

"dan apa yang diturunkan sebelum kamu,"

Dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu. Mereka beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum Al Quran seperti Taurat, Zabur, Injil dan Suhuf-Suhuf yang tersebut dalam Al Qur'an yang diturunkan kepada Para rasul. Allah menurunkan kitab kepada Rasul dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul.

"dan kepada akhirat mereka mereka yakin."

Serta mereka yakin akan adanya akhirat. Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat lawan dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah mati dan sesudah dunia berakhir.

Yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah mati (alam barzakh yang di dalamnya terdapat fitnah, azab dan nikmat kubur) dan sesudah dunia berakhir seperti kebangkitan manusia, pengumpulan manusia di padang mahsyar, adanya hisab (pemeriksaan amalan), mizan (penimbangan amalan), syurga dan neraka.

Di antara hikmah mengapa Allah sering menyebutkan hari akhir dalam Al Qur’an adalah kerana beriman kepada hari akhir memiliki pengaruh yang kuat dalam memperbaiki keadaan seseorang sehingga ia akan mengisi hari-harinya dengan amal soleh.

Ia akan lebih bersemangat untuk mengerjakan ketaatan itu sambil berharap akan diberikan pahala di hari akhir itu. Ia juga akan semakin takut untuk mengisi hidupnya dengan kemaksiatan dan merasa tidak tenteram dengannya.

Beriman kepada hari akhir juga membantu seseorang untuk tidak berlebihan terhadap dunia dan tidak menjadikannya sebagai tujuan hidupnya. Seorang mukmin yang kurang mendapatkan kesenangan dunia akan terhibur kerana di hadapannya ada kesenangan yang lebih baik dan lebih kekal.


"5. Mereka itulah atas petunjuk dari Tuhan mereka," 

Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka. Orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang disebutkan berjalan di atas cahaya dari Tuhan mereka dan taufiqNya.

"dan mereka itulah mereka orang-orang yang beruntung." 

Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Mereka mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya, selamat dari sesuatu yang mereka bimbangkan, mendapat syurga dan selamat dari neraka.

Rabu, 26 Oktober 2016

79:6-14 Tafsir Surah An Nazi’at, ayat 6-14.

يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ (٦) تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ (٧) قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ (٨) أَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ (٩) يَقُولُونَ أَئِنَّا لَمَرْدُودُونَ فِي الْحَافِرَةِ (١٠) أَئِذَا كُنَّا عِظَامًا نَخِرَةً (١١) قَالُوا تِلْكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ (١٢) فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ (١٣) فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ (١٤)

Allah s.w.t. berfirman menceritakan tentang kebangkitan.

"6. Pada hari menggoncangkan goncangan." 

Pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam. Rajifah adalah tiupan sangkakala pertama, bumi dan gunung-gunung bergoncangan.

"7. Mengikutinya yang mengiringi." 

Itu diiringi oleh tiupan kedua. Radifah adalah tiupan sangkakala kedua. Diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur sehingga menjadi rata.

Rasulullah s.a.w. bersabda, “Jarak antara kedua tiupan empat puluh.” Abu Hurairah bertanya, “Empat puluh hari?” Beliau menjawab, “Aku belum dapat memastikan.” Abu Hurairah bertanya, “Empat puluh bulan?” Beliau menjawab, “Aku belum dapat memastikan.” Abu Hurairah bertanya, “Empat puluh tahun?” Beliau menjawab, “Aku belum dapat memastikan.” Beliau bersabda, “Kemudian Allah menurunkan air dari langit, maka mereka pun tumbuh sebagaimana tumbuhnya tanaman. Tidak ada sesuatu pun dari jasad manusia kecuali telah hancur kecuali satu tulang, iaitu tulang ekornya, dan dari sanalah manusia tersusun kembali pada hari Kiamat.”

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Tiupan pertama yang menggoncangkan dilakukan, lalu diiringi dengan tiupan yang kedua, maka datanglah maut berikut segala sesuatunya. Maka seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu jika aku jadikan semua salawatku untukmu?" Rasulullah s.a.w. menjawab, "Kalau begitu, Allah akan menghindarkanmu dari semua kesusahan dunia dan akhiratmu."

Rasulullah s.a.w. apabila telah berlalu dua pertiga malam, beliau berdiri, lalu bersabda, "Hai manusia, ingatlah kepada Allah, tiupan pertama yang menggoncangkan (akan) datang yang diiringi dengan tiupan yang kedua, maka datanglah maut berikut segala sesuatunya."

"8. Hati-hati pada hari itu sangat takut." 

Wajifah ertinya takut. Manusia sangat takut ketika melihat peristiwa dahsyat di hadapannya.

"9. Pandangannya tertunduk." 

Pandangan mata orang-orang yang mengalaminya tunduk. Mereka kelihatan hina dan rendah semasa menyaksikan huru-hara yang mengerikan lagi sangat menakutkan di hari kiamat itu.

Setelah orang-orang musyrik Quraisy dan orang-orang yang sependapat dengan mereka mendengar adanya hari kebangkitan setelah mati, maka mereka merasa hairan dan mengejeknya.

"10. Mereka berkata, "Apakah kami benar-benar dikembalikan dalam keadaan semula?""

Menurut mereka tidak ada hari kebangkitan itu dan mereka tidak akan dihidupkan kembali sesudah dimasukkan ke dalam liang kuburnya.

"11. Apakah apabila kami menjadi tulang beluang yang hancur?" 

Mereka tidak percaya bahawa mereka akan dihidupkan kembali setelah tubuh mereka telah hancur dan tulang belulang mereka sudah berantakan, lapuk, rapuh, hancur lumat dan angin dapat masuk ke dalam rongga-rongganya.

"12. Mereka berkata, "Itu jika demikian, pengembalian yang merugikan."" 

Al hafirah ialah kehidupan sesudah mati. Orang-orang musyrik Quraisy berkata, "Sesungguhnya jika Allah menghidupkan kami kembali sesudah kami mati, bererti kami benar-benar rugi." Mereka menganggap mustahil kebangkitan itu kerana tidak tahunya mereka terhadap kekuasaan Allah dan tidak takutnya mereka kepada kebesaranNya.

"13. Maka sungguh hanyalah ia dengan sekali." 

Maka pengembalian itu hanyalah dengan sekali tiupan saja. Zajratun wahidah ialah tiupan sangkakala yang terakhir. Maksudnya teriakan kemurkaan. Allah s.w.t. sangat murka terhadap makhlukNya saat Dia menghidupkan mereka kembali.

Pada mulanya mereka berada di perut bumi. Sesungguhnya kebangkitan itu hanyalah merupakan suatu perintah dari Allah yang tidak perlu ada pengulangan atau pengukuhan. Menghidupkan semula adalah perkara mudah bagi Allah.

PerintahNya terhadap pengembalian itu hanyalah satu perkataan, sekali teriakan dan berlaku dalam sekelip mata atau lebih cepat lagi.

Apabila Allah memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniup sangkakala, maka ditiuplah olehnya tiupan berbangkit untuk menghidupkan semua makhluk.

"14. Maka tiba-tiba mereka hidup kembali." 

Seketika itu juga semua orang yang terdahulu dan yang terkemudian dikeluarkan atau timbul ke permukaan bumi. Dengan serta merta mereka hidup kembali. Semua manusia menyangka bahawa mereka telah tinggal di dalam kubur sebentar saja.

As sahirah ertinya permukaan bumi. Bumi sekarang terdapat gunung-gunung. Gunung-gunung dihancurkan sehingga menjadi tanah yang datar. Bumi ini diganti dengan bumi yang lain, bumi yang belum pernah dikerjakan suatu dosa pun di atas permukaannya dan belum pernah dialirkan setitis darah pun padanya. Bumi baru itu bukanlah seperti bumi sekarang. Tanahnya berwarna putih seperti adunan roti yang bersih.

Allah s.w.t. mengumpulkan mereka di Padang Mahsyar. Mereka berdiri di hadapan Allah s.w.t. seraya melihatNya, mematuhiNya, memujiNya seraya menunggu keputusanNya. Ketika itu, Dia memutuskan mereka dengan adil dan memberikan balasan kepada mereka.
 

Selasa, 25 Oktober 2016

68:8-16 Tafsir Surah Al Qalam, ayat 8-16.

فَلا تُطِعِ الْمُكَذِّبِينَ (٨) وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ (٩) وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ (١٠) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (١٢) عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ (١٣) أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ (١٤)إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ (١٥) سَنَسِمُهُ عَلَى الْخُرْطُومِ (١٦)

Allah s.w.t. berfirman, bahawa sebagaimana Kami telah berikan nikmat kepadamu dan Kami berikan kepadamu syari'at yang lurus dan akhlak yang agung,

"8. Maka janganlah kamu menaati orang-orang yang mendustakan." 

"9. Mereka menginginkan agar kamu bersikap lunak, maka mereka akan bersikap lunak." 

Mereka menginginkan agar kamu berlembut dengan mereka dan mereka akan membalasnya dengan berlembut juga kepadamu.

Yakni agar kamu tunduk patuh kepada sembahan-sembahan mereka dan kamu tinggalkan perkara hak yang menjadi peganganmu.

"10. Dan janganlah kamu menaati setiap orang yang bersumpah yang hina." 

Seorang pendusta, mengingat kelemahan dan kehinaannya, dia hanya melindungi dirinya dengan sumpah-sumpah yang dusta yang justeru mengotori asma-asma Allah yang mereka gunakan.

Mereka dengan beraninya menggunakannya di setiap waktu dalam sumpah mereka yang bukan pada tempatnya. Makna al muhin ialah al kazib atau pendusta. Juga ertinya lemah hatinya. Makna ayat ialah setiap orang yang banyak mengucapkan sumpah sombong lagi lemah keyakinannya.

"11. Pencela," 

Yang banyak mencela, iaitu yang suka mengumpat.

"berjalan dengan fitnah." 

Iaitu orang yang berjalan di antara manusia kian kemari menghambur fitnah, mengadu domba dan menebarkan hasutan di tengah atau supaya orang-orang bermusuhan, membuat kerosakan di antara orang-orang yang menjalin kasih sayang lagi selalu mengharapkan terjadinya masalah di kalangan orang-orang yang tidak berdosa.

Perbuatan ini dinamakan dengan sebutan al haliqah, yakni yang mencukur habis amal kebaikan. Merekalah orang yang paling buruk di antara manusia. Mereka diazab di dalam kubur.

Rasulullah s.a.w. pernah bersabda, "Tidak dapat masuk syurga orang yang banyak mengadu domba."

"12. Menghalangi kepada kebaikan, melampaui batas, dosa." 

Iaitu yang mampu berbuat baik, tetapi enggan melakukannya, lagi melampaui batas yang telah dihalalkan oleh Allah baginya dan menyimpang jauh dari batasan hukum syariat, lagi suka berbuat dosa, iaitu gemar mengerjakan hal-hal yang diharamkan.

"13. Kaku kasar, sesudah itu terkenal jahat." 

Al 'utullu bermaksud seseorang yang tubuhnya dianugerahi kesihatan oleh Allah, kaku kasar (buruk perangai), tamak, kikir, angkuh, sombong, lagi terkenal kejahatannya, sangat kuat dalam hal makan dan minum, perutnya dibesarkan, dan bersetubuh serta hal-hal lainnya, diberikan Allah s.w.t. harta benda sesuai dengan ketamakannya, tetapi dia suka berbuat aniaya terhadap orang lain.

Al 'utuluz zanim adalah orang yang kaku kasar (buruk perangai), banyak makan dan minumnya, lagi rakus dalam makan dan minum, dan banyak berbuat aniaya terhadap orang lain, serta berperut besar.

Zanim bermaksud orang yang mempunyai ciri (tanda) khusus yang dikenal melaluinya, seperti tanda yang ada pada kambing.

Mereka terkenal dengan kejahatannya yang membedakan mereka dengan orang mukmin.

Mereka adalah orang yang tercela yang mengaku berasal dari atau berketurunan suatu kaum, padahal bukan berasal darinya.

Ada yang mengatakan bahawa zanim adalah anak zina. Pada umumnya anak zina mudah dikuasai oleh syaitan dengan penguasaan yang jauh lebih kuat daripada terhadap selainnya. Tidak dapat masuk syurga anak zina kerana anak zina adalah orang ketiga yang terburuk bila ia melakukan perbuatan seperti kedua orang tuanya.

"14. Bahawa dia mempunyai harta dan anak-anak." 

"15. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata dongeng-dongeng terdahulu." 

Allah s.w.t. berfirman bahawa inilah balasan dari harta benda dan anak-anak yang telah diberikan oleh Allah kepadanya.

Nikmat Allah dia balas dengan kekafirannya terhadap ayat-ayat Allah; dia berpaling dari ayat-ayat Allah dan menuduhnya sebagai kedustaan yang diambil dari dongengan-dongengan orang-orang dahulu.

"16. Kelak Kami beri dia tanda belalai." 

Kami akan menerangkan perkaranya dengan keterangan yang jelas hingga mereka (semua makhluk) mengenalnya dan tiada yang tersembunyi dari mereka mengenai perkaranya, sebagaimana tidak dapat disembunyikan dari mereka tanda yang ada pada belalainya. Iaitu tanda keburukan yang dicapkan dihidungnya yang tidak dapat terhapuskan darinya selamanya.

Tanda ahli neraka iaitu wajahnya dihitamkan kelak di hari kiamat, dan pengertian wajah di sini diungkapkan dengan kata hidung (belalai). Tiada halangan bila semuanya itu terhimpunkan padanya, baik di dunia maupun di akhirat.

59:1-5 Tafsir Surah Al Hasyr, ayat 1-5.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (١) هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ دِيَارِهِمْ لأوَّلِ الْحَشْرِ مَا ظَنَنْتُمْ أَنْ يَخْرُجُوا وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الأبْصَارِ (٢) وَلَوْلا أَنْ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِمُ الْجَلاءَ لَعَذَّبَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِي الآخِرَةِ عَذَابُ النَّارِ (٣) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ شَاقُّوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَمَنْ يُشَاقِّ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (٤) مَا قَطَعْتُمْ مِنْ لِينَةٍ أَوْ تَرَكْتُمُوهَا قَائِمَةً عَلَى أُصُولِهَا فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيُخْزِيَ الْفَاسِقِينَ (٥)

Allah s.w.t. berfirman, 

"1. Bertasbih kepada Allah apa yang di langit dan apa yang di bumi;"

Allah s.w.t. memulai surah ini dengan memberitahukan bahawa semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih menyucikanNya, memujiNya, mengagungkanNya, membesarkanNya, menyembahNya dan mengesakanNya. Tetapi manusia tidak mengerti tasbih mereka.

"dan Dia Maha Perkasa Maha Bijaksana." 

Allah Mahaperkasa ZatNya. Dia menundukkan segala sesuatu sehingga tidak ada sesuatu pun yang menolaknya. Dia Mahabijaksana dalam ciptaanNya, takdirNya, perintahNya dan syariatNya.

Dia tidaklah menciptakan sesuatu main-main dan tidaklah mensyariatkan hal yang tidak ada maslahatnya dan tidaklah melakukan kecuali yang di sana sejalan dengan hikmahNya.

"2. Dialah Yang mengeluarkan orang-orang yang kafir dari Ahli Kitab dari rumah-rumah mereka" 

Perang Bani Nadhir terjadi enam bulan sesudah Perang Badar. Allah s.w.t. menolong RasulNya terhadap orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab, iaitu sekelompok besar orang-orang Yahudi Bani Nadhir yang tinggal di pinggir Madinah.

Setelah Nabi s.a.w. diutus dan berhijrah ke Madinah, mereka kafir kepada Beliau s.a.w. bersama orang-orang Yahudi lainnya. Maka Beliau s.a.w. mengadakan perjanjian perdamaian dengan seluruh orang-orang Yahudi yang menjadi jirannya. Beliau s.a.w. memberikan janji dan jaminan kepada mereka bahawa Beliau tidak akan memerangi mereka dan mereka tidak boleh memerangi Beliau.

Mereka melanggar perjanjian dengan Rasulullah s.a.w. dengan merancang untuk membunuh Beliau s.a.w. Maka datanglah wahyu kepada Beliau s.a.w. dari Allah mengenai niat jahat mereka itu.

"pada awal pengusiran." 

Al jala bermaksud pembunuhan, pelenyapan, mengusir keluar manusia dari tanah mereka ke negeri lain. Nabi s.a.w. mengepung mereka (Bani Nadir) hingga keadaan mereka benar-benar sangat kritikal.

Nabi s.a.w. mengadakan perjanjian dengan mereka bahawa Beliau s.a.w. bersedia melindungi darah mereka, tetapi mereka mesti keluar dari Madinah.

Pengusiran tersebut adalah pengusiran pertama yang ditetapkan Allah s.w.t. untuk Bani Nadhir melalui tangan RasulNya Muhammad s.a.w. Sebahagian dari mereka menuju Khaibar dan sebahagian lagi ke Azri'at di negeri Syam.

"Kalian tidak menyangka, bahawa mereka keluar" 

Kaum mukmin tidak menyangka bahawa Bani Nadhir akan diusir kerana kuat lagi kukuhnya benteng-benteng pertahanan mereka dan terhormatnya mereka di sana. Mereka dikepung dan disekat selama enam hari.

"dan mereka mengira, bahawa mereka mencegah mereka benteng-benteng mereka dari Allah;" 

Bani Nadhir merasa ujub dengan benteng-benteng mereka, bahawa benteng tersebut tidak akan dapat ditembusi oleh seorang pun, padahal taqdir Allah di atas semua itu. Benteng, pertahanan dan kekuatan mereka tidak berguna sedikit pun bagi mereka di hadapan kekuasaanNya.

"maka Allah datangkan pada mereka dari arah yang tidak mereka sangka-sangka." 

Hukuman Allah datang menimpa mereka yang sebelumnya mereka tiada menyangka. Barang siapa yang percaya kepada selain Allah, maka dia akan ditelantarkan. Barang siapa yang cenderung kepada selain Allah, maka dia akan mendapatkan akibat yang buruk. Mereka ditimpa perkara dari langit yang menimpa hati mereka, di mana hati merupakan tempat teguh dan sabar atau lemah dan kendur.

"Dan Dia menanamkan dalam hati mereka ketakutan;" 

Allah s.w.t. menyingkirkan kekuatan mereka dan menggantikan dengan kelemahan dan ketakutan. Perasaan takut gentar, dan panik yang Allah tanamkan ke dalam hati mereka adalah tenteraNya yang paling besar. Tidak bermanfaat jumlah yang ramai dan perlengkapan bersamanya. Demikian itu merupakan pertolongan Allah kepada kaum muslimin.

"mereka meruntuhkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka dan tangan orang-orang yang beriman," 

Orang-orang Yahudi Bani Nadhir apabila naik ke suatu tempat atau terpukul mundur ke pintu atau rumah, maka mereka melubanginya dari belakang mereka, kemudian menjadikannya sebagai benteng tempat mereka berlindung dengan menutupnya kembali.

Apabila Rasulullah s.a.w. dapat menguasai suatu benteng atau rumah, maka tembok-temboknya dirobohkan agar tempat menjadi luas untuk kancah peperangan.

Rasulullah s.a.w. mengusir dan membenarkan mereka membawa apa saja yang mampu diangkut unta kecuali halqah (senjata). Nabi s.a.w. memberikan kepada setiap tiga orang dari mereka seekor unta dan bekal air minumnya.

Untuk itu mereka membongkar bahagian yang terbaik dari rumah mereka seperti atap dan pintu-pintu, untuk dibawa di atas unta kenderaan mereka. Mereka membakar semua barang di dalam rumah-rumah mereka yang tidak dapat mereka bawa. Mereka memberikan kekuasaan kepada orang-orang mukmin dengan merobohkan rumah dan benteng mereka.

"Maka ambillah pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan."

Orang-orang yang mempunyai pandangan yang dalam dan akal yang sempurna akan mengambil pelajaran dengannya dan nampak bagaimana tindakan Allah terhadap orang-orang yang menentang kebenaran dan mengikuti hawa nafsu. 

Keperkasaan mereka dan kekuatan benteng yang mereka buat tidak memberi manfaat apa-apa bagi mereka saat datang perkara Allah dan hukumanNya disebabkan dosa-dosa mereka.

Orang-orang Yahudi belum selesai mendapat semua hukuman. Allah s.w.t. hanya meringankan hal itu untuk mereka.

"3. Dan jika tidak bahawa Allah menetapkan atas mereka pengusiran, pasti Dia azab mereka di dunia." 

Kalau mereka tidak diusir, tentu mereka mendapat hukuman yang lain di dunia seperti dibunuh, ditawan dan sebagainya.

"Dan bagi mereka di akhirat azab neraka." 

Mereka pasti akan mendapatkan azab neraka Jahanam yang lebih besar, merata dan pedih di akhirat. Hanya Allah Yang Mengetahui dahsyatnya.

"4. Demikian itu kerana mereka menentang Allah dan RasulNya. Dan barang siapa yang menentang Allah, maka sungguh Allah sangat keras siksaNya." 

Mereka menentang, memusuhi, memerangi dan mendustakan apa yang diturunkan oleh Allah kepada rasul-rasulNya yang terdahulu yang memberitakan kedatangan Nabi Muhammad s.a.w., sedangkan mereka mengenalnya sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.

Rasulullah s.a.w. memerintahkan kaum muslimin membakar dan menebang pohon kurma milik mereka di Buwairah untuk memaksa mereka turun dari benteng-benteng mereka.

Bani Nadhir mencela Rasulullah s.a.w. dan kaum muslimin kerana menebang pohon kurma dan pepohonan lainnya. Mereka menganggap bahawa hal itu termasuk fasad (melakukan kerosakan).

Kaum muslimin mereka merasa serba salah dalam hatinya. Mereka telah menebang sebahagian dan membiarkan sebahagian. Mereka bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentangnya.

"5. Apa yang kalian tenang dari pohon kurma atau kalian membiarkannya berdiri di atas pokoknya," 

Liinah adalah pohon kurma. Al lin adalah sejenis kurma yang bermutu tinggi. Termasuk ke dalam kurma lin ialah kurma Buwairah. Kaum muslimin diperbolehkan menebang pohon kurma milik musuh atau membiarkannya tumbuh untuk kepentingan dan muslihat perang. Pemusnahan pohon-pohon kurma itu memaksa mereka turun dari benteng mereka.

"maka dengan izin Allah;" 

Penebangan pohon itu atau tidak adalah dengan izin dan perintahNya. Dia telah memberikan kekuasaan kepada kaum muslimin untuk menebang dan membakar pohon kurma mereka.

"dan Dia hendak menghinakan orang-orang yang fasik." 

Hal itu menjadi peringatan, penghinaan dan kerendahan bagi mereka di dunia serta menunjukkan kelemahan mereka yang sempurna kerana tidak dapat menyelamatkan pohon kurma yang menjadi sumber makanan mereka.

Sisa-sisa orang-orang Yahudi diusir lagi dari Khaibar oleh Umar r.a. di zaman pemerintahannya.

Ahad, 23 Oktober 2016

52:29-44 Tafsir Surah At Tur Ayat 29-44.

فَذَكِّرْ فَمَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِكَاهِنٍ وَلا مَجْنُونٍ (٢٩) أَمْ يَقُولُونَ شَاعِرٌ نَتَرَبَّصُ بِهِ رَيْبَ الْمَنُونِ (٣٠) قُلْ تَرَبَّصُوا فَإِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُتَرَبِّصِينَ (٣١) أَمْ تَأْمُرُهُمْ أَحْلامُهُمْ بِهَذَا أَمْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ (٣٢) أَمْ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُ بَلْ لا يُؤْمِنُونَ (٣٣) فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِثْلِهِ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ (٣٤) أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ (٣٥) أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بَل لا يُوقِنُونَ (٣٦) أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَبِّكَ أَمْ هُمُ الْمُسَيْطِرُونَ (٣٧) أَمْ لَهُمْ سُلَّمٌ يَسْتَمِعُونَ فِيهِ فَلْيَأْتِ مُسْتَمِعُهُمْ بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (٣٨) أَمْ لَهُ الْبَنَاتُ وَلَكُمُ الْبَنُونَ (٣٩) أَمْ تَسْأَلُهُمْ أَجْرًا فَهُمْ مِنْ مَغْرَمٍ مُثْقَلُونَ (٤٠) أَمْ عِنْدَهُمُ الْغَيْبُ فَهُمْ يَكْتُبُونَ (٤١) أَمْ يُرِيدُونَ كَيْدًا فَالَّذِينَ كَفَرُوا هُمُ الْمَكِيدُونَ (٤٢) أَمْ لَهُمْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (٤٣) وَإِنْ يَرَوْا كِسْفًا مِنَ السَّمَاءِ سَاقِطًا يَقُولُوا سَحَابٌ مَرْكُومٌ (٤٤)

Allah s.w.t. berfirman memerintahkan kepada RasulNya Nabi Muhammad s.a.w.,

"29. Maka berilah peringatan," 

Jangan berhenti dan tetaplah menyampaikan risalahNya kepada semua hambaNya agar hujjah Allah tegak kepada mereka. Tetaplah memberikan peringatan kepada mereka melalui apa yang diturunkan oleh Allah. Agar dengan peringatan itu orang-orang yang mendapat taufiq mendapat petunjuk.

Demikian pula agar Beliau s.a.w. tidak mempedulikan ucapan dan gangguan orang-orang musyrik untuk menghalangi manusia dari mengikutinya, padahal mereka mengetahui bahawa Beliau s.a.w. tidak seperti apa yang mereka tuduhkan.

Allah menafikan tuduhan-tuduhan dan kekurangan yang dilancarkan terhadap Beliau s.a.w. oleh orang-orang bodoh, dusta lagi derhaka iaitu orang-orang kafir Quraisy.

"maka tidaklah kamu dengan nikmat Tuhanmu tukang tenung" 

Berkat kurnia Allah, Beliau s.a.w. bukanlah seorang tukang tenung atau dukun. Tukang tenung ialah orang yang memiliki khadam (pelayan) dari kalangan jin. Mereka biasa kedatangan jin (kesurupan atau kerasukan) yang membawa sebahagian berita ghaib, lalu mengucapkan kalimat-kalimat yang dicuri-curi dengar olehnya dari langit. Kemudian dicampur dengan seratus kedustaan.

"dan tidak orang gila." 

Beliau s.a.w. adalah manusia yang paling sempurna akalnya, paling jauh dari syaitan, paling jujur, paling mulia dan paling sempurna. Gila yang dimaksudkan adalah hilang akal dan berperi laku membabi buta kerana terkena sentuhan syaitan atau kesurupan syaitan.

Sesungguhnya kaum Quraisy ketika berkumpul di Darun Nudwah membincangkan perkara Nabi s.a.w. Seseorang dari mereka mengatakan, "Kita kurung dia dalam keadaan terikat, lalu kita tunggu maut merenggutnya sampai binasa sebagaimana nasib yang telah dialami oleh pendahulunya dari kalangan penyair, seperti Zuhair dan Nabigah. Sesungguhnya dia (Muhammad) adalah sama dengan mereka."

Maka Allah s.w.t. mengingkari tuduhan mereka dengan berfirman,

"30. Atau mereka berkata, "Seorang penyair kita tunggu-tunggu dengannya ragu-ragu masa.""

Allah tidak mengajarkan syair kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan. Mereka mengatakan, "Kita tunggu dia dan tetap bersikap sabar terhadapnya hingga maut datang menjemputnya, maka kita akan terbebas dari ulahnya dan juga dari urusannya."

Untuk itu Allah s.w.t. berfirman kepada Beliau s.a.w.,

"31. Katakanlah, "Tunggulah oleh kalian! Maka sungguh aku bersama kalian termasuk orang-orang yang menunggu.""

Tunggulah kalian dan aku juga menunggu bersama kalian, dan kelak kalian akan mengetahui siapakah yang akan mendapat kecelakaan atau kesudahan yang baik dan pertolongan di dunia dan akhirat. Ternyata mereka diazab dengan dibunuh pada perang Badar.

"32. Ataukah memerintah mereka fikiran-fikiran mereka dengan ini?" 

Akal mereka yang buruk memerintahkan mereka untuk mengucapkan dan melancarkan tuduhan-tuduhan yang mereka sendiri mengetahuinya batil, dusta dan tidak benar.

"Ataukah mereka kaum yang melampaui batas?" 

Kezaliman mereka, sikap melampaui batas, lepas dari aturan, sesat lagi pengingkar kebenaran yang mendorong mereka melancarkan tuduhan-tuduhan itu terhadap Rasulullah s.a.w.

"33. Ataukah mereka mengatakan, "Dia mengada-adakannya.""

Mereka menuduh Nabi Muhammad s.a.w. sendiri yang mengada-ada dan mereka-rekakan Al Quran. Maka Allah s.w.t. berfirman, menyanggah tuduhan mereka,

"Bahkan mereka tidak beriman."

Kesombongan dan kekafiran merekalah yang mendorong mereka untuk mengucapkan kata-kata itu.

"34. Maka hendaklah mereka datangkan dengan perkataan serupa dengannya jika mereka orang-orang yang benar." 

Sesungguhnya mereka tidak akan mampu membuat sepersepuluh atau satu surah pun yang serupa dengan Al Qur'an walaupun mereka dan semua penduduk bumi dari kalangan jin dan manusia bergabung.

"35. Ataukah mereka diciptakan tanpa sesuatu, atau mereka yang menciptakan?" 

Apabila adanya makhluk, sudah pasti ada yang menciptakan dan mengadakan mereka dari tiada. Mereka tidak menciptakan diri mereka sendiri.

"36. Ataukah mereka menciptakan langit dan bumi?" 

Mereka bukanlah yang menciptakan langit dan bumi. Hanya Allah semata Yang mampu menciptakan keduanya dan mereka mengetahuinya.

"Bahkan mereka tidak meyakini." 

Mereka tidak memiliki ilmu yang sempurna, tidak meyakini apa yang mereka katakan. Ketidakyakinan merekalah yang menghalang mereka mengambil manfaat dan pelajaran dari dalil-dalil syar’i dan ‘aqli (akal) dan mendorong mereka tetap pada kemusyrikannya.

"37. Ataukah di sisi mereka perbendaharaan Tuhanmu" 

Bukan mereka yang mengatur kerajaan (dunia) ini dan bukan di tangan mereka terletaknya semua kunci perbendaharaan rahmat Allah, seperti kenabian, rezeki dan lainnya. Mereka lebih hina dan rendah dari itu.

"atau mereka yang berkuasa?" 

Mereka tidak berkuasa memberi manfaat, menimpakan madharrat, mengalahkan, mematikan, menghidupkan dan membangkitkan makhluk Allah dan milikNya. Bahkan mereka adalah orang-orang yang lemah dan fakir.

"38. Atau bagi mereka tangga mereka mendengarkan padanya?"

Mereka tidak mempunyai tangga ke langit atau ke alam atas untuk mendengarkan hal-hal yang ghaib dari penghuni langit atau malaikat.

"Maka datangkanlah yang mendengarkan di antara mereka dengan keterangan yang nyata." 

Mereka pasti tidak mempunyai jalan untuk membuktikan kebenaran perbuatan dan ucapan mereka itu kerana mereka tidak berada pada jalan yang benar sama sekali, dan tiada dalil bagi mereka.

"39. Ataukah bagiNya anak perempuan dan bagi kalian anak lelaki?" 

Mereka membenci anak-anak perempuan dan menyukai anak-anak lelaki. Apabila lahir anak perempuan, wajah mereka berubah hitam dengan penuh kemarahan. Maka mereka mencacatkan Allah dengan menisbatkan anak-anak perempuan yang mereka benci kepadaNya. Untuk mereka anak-anak lelaki yang mereka sukai.
Mereka menganggap para malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah, lalu mereka menyembah para malaikat itu di samping Allah.

"40. Atau kamu meminta kepada mereka upah, maka mereka dari hutang terbebani?" 

Nabi Muhammad s.a.w. adalah orang yang sangat memperhatikan dan mengambil berat tentang mereka, Beliau menyampaikan risalah Allah dan membimbing mereka secara suka rela tanpa mengharapkan imbalan atau upah barang sedikit pun.

Bahkan Beliau s.a.w. memberikan kepada mereka harta yang banyak agar mereka menerima risalahnya, memenuhi seruannya dan dakwahnya agar mereka yang lembut hatinya dapat mengambil ilmu darinya dan beriman.

"41. Atau di sisi mereka yang ghaib, lalu mereka menuliskannya?" 

Sesungguhnya tiada seorang pun dari penduduk langit dan penduduk bumi yang mengetahui hal-hal yang ghaib selain Allah s.w.t. Dia telah memberitakan kepada Nabi s.a.w. pengetahuan terhadap hal ghaib yang tidak diketahui oleh orang lain. Mereka adalah umat yang ummi (tidak tahu membaca dan menulis), tidak berpengetahuan dan tersesat. Sedangkan Rasulullah s.a.w. memiliki ilmu yang lebih berbanding mereka.

"42. Atau mereka menginginkan tipu daya?"

Mereka telah mengerahkan segala tipu daya dengan perkataan mereka yang ditujukan terhadap diri Rasulullah s.a.w. dan agama yang dibawanya untuk memperdaya manusia, mencacatkan dan merendahkan Rasul beserta para sahabatnya untuk membatalkan agama Islam.

"Maka orang-orang yang kafir, mereka orang-orang yang kena tipu daya." 

Akibat dari tipu daya mereka itu hanya menimpa diri mereka sendiri; orang-orang kafirlah yang terpedaya. Allah s.w.t. telah melakukannya dengan menolong nabiNya dan agamaNya, Dia menjadikan mereka gagal dan kecewa.

"43. Atau bagi mereka Tuhan selain Allah?" 

Mereka meminta, mengharapkan manfaat, mengadu, mengkhuatiri bahaya dan menyembah berhala dan tandingan-tandingan di samping Allah.

"Mahasuci Allah dari apa yang mereka sekutukan." 

Allah Maha Sempurna nama dan sifatNya, sifat-sifatNya indah, perbuatanNya bagus, Pemilik keagungan dan kemuliaan, kemuliaanNya tidak henti-hentinya, Mahaesa, yang dituju, Yang Mahabesar lagi Maha Mulia dari apa yang dikatakan dan dibuat-buat oleh orang-orang musyrik itu. Tidak ada sekutu bagiNya baik dalam kerajaanNya maupun dalam ibadah.

"44. Dan jika mereka melihat gumpalan awan dari langit berjatuhan, mereka berkata, "Awan yang bertumpuk-tumpuk."" 

Jika mereka nampak sepotong besar dari langit gugur untuk menimpa mereka sebagai azab, pasti mereka akan menyelisihinya, menentangnya, tidak mempercayainya dan tidak membenarkannya, bahkan mereka mengatakan itu adalah awan biasa yang bertompok-tompok dan bertumpang tindih. Mereka tidak peduli terhadap ayat-ayat yang ditunjukkan dan tidak mengambil pelajaran darinya. Untuk mereka ini tidak ada penawar yang dapat menyedarkannya selain azab.

Jumaat, 21 Oktober 2016

46:19-20 Tafsir Surah Al Ahqaf, ayat 19-20.

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ (١٩) وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ (٢٠)

Allah s.w.t. berfirman, 

"19. Dan bagi setiap darjat dari apa yang mereka telah kerjakan," 

Bagi setiap manusia, baik orang yang baik (mukmin) maupun orang yang buruk (kafir), darjat menurut apa yang telah mereka kerjakan. Masing-masing dari mereka mendapat azab sesuai dengan amal perbuatannya. Semuanya bergantung kepada tingkatan kebaikan dan keburukannya, dan tempat mereka di akhirat bergantung kepada amal mereka.

Darjat atau tingkatan di neraka mengarah ke bawah, sedangkan darjat di syurga mengarah ke atas. Orang-orang mukmin berada di tempat yang tinggi, iaitu syurga, sedangkan orang-orang kafir berada di tempat yang rendah, iaitu neraka.

"dan agar Dia mencukupi mereka perbuatan mereka, dan mereka tidak dianiaya." 

Mereka tidak dizalimi dan tidak dirugikan barang seberat zarrah pun atau yang lebih kecil dari padanya. Tidak ditambah keburukannya atau tidak dikurangi kebaikannya.

Sesungguhnya Amirul Mu’minin Umar ibnul Khattab r.a. menjauhkan dirinya dari kebanyakan makanan dan minuman yang enak-enak dan tidak mahu menyantapnya. Dan dia mengatakan bahawa sesungguhnya dia merasa takut kalau dirinya seperti orang-orang yang dicela dan dikecam oleh Allah s.w.t. melalui firmanNya,

"20. Dan pada hari dihadapkan orang-orang yang kafir ke neraka," 

Sesungguhnya benar-benar banyak kaum yang kehilangan kebaikan-kebaikan yang mereka miliki semasa di dunia. Mereka dicela, dicemuh, dikecam dan digertak. Dikatakan kepada mereka,

"Kalian telah menghabiskan yang baik dalam kehidupan kalian dunia dan kalian telah bersenang-senang dengannya;"

Orang yang kafir merasa tenteram dengan dunia, tertipu oleh kesenangannya, ridha dengan syahwatnya, rezeki yang baik telah membuat mereka lalai dari menggunakannya untuk akhirat. Mereka hanya menghabiskannya untuk kepuasan diri sendiri dan bersenang-senang seperti haiwan ternakan.

"maka pada hari ini kalian diberi balasan azab yang menghinakan," 

Sebagaimana mereka menyenangkan diri mereka sendiri, maka mereka dibalasi dengan pembalasan yang sejenis dengan amal perbuatan mereka. Allah membalas mereka dengan azab yang menghinakan. Iaitu kehinaan, kerendahan, kesakitan, kepedihan dan penyesalan yang terus-menerus serta tempat tinggal di dasar neraka yang mengerikan.

"kerana apa yang kalian sombongkan di bumi tanpa mengindahkan kebenaran," 

Mereka telah menyombongkan diri di muka bumi terhadap perkara yang hak dan tidak mahu mengikutinya. Mereka berkata yang batil terhadap Allah, beramal yang batil, berdusta terhadap Allah, mencacatkan yang benar, menisbatkan jalan sesat yang mereka pegang kepada Allah dan kepada hukumNya.

"dan kerana kalian berbuat fasik."

Mereka tidak taat kepada Allah dan gemar mengerjakan perbuatan-perbuatan yang derhaka.

42:13-15 Tafsir Surah Asy Syura, ayat 13-15.

شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ (١٣) وَمَا تَفَرَّقُوا إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ (١٤) فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ وَأُمِرْتُ لأعْدِلَ بَيْنَكُمُ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ لا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ (١٥)

Allah s.w.t. berfirman menerangkan nikmat yang paling besar yang diberikanNya kepada umat ini.

"13. Dia mensyari'atkan bagi kalian dari agama apa yang Dia wasiatkan kepadanya Nuh dan yang Kami wahyukan kepadamu" 

Disebutkan rasul pertama sesudah Adam a.s. iaitu Nuh a.s. dan rasul yang terakhir, iaitu Nabi Muhammad s.a.w. Allah telah mensyariatkan untuk mereka agama terbaik dan paling utama, paling mulia dan paling suci, iaitu agama Islam.

"dan apa yang telah Kami wasiatkan kepadanya Ibrahim, dan Musa, dan Isa," 

Allah mensyariatkan agama itu kepada hamba-hamba pilihanNya bahkan makhluk terbaik dan paling tinggi darjatnya, iaitu kelima rasul ulul ‘azmi yang disebutkan dalam ayat ini. Agama yang dibawa oleh mereka semuanya adalah satu atau sama iaitu agama tauhid, yang menganjurkan menyembah Allah semata, tiada sekutu bagiNya, walaupun syariatnya berbeda-beda sesuai dengan keadaan umat pada zamannya masing-masing.

"bahawa tegakkanlah agama" 

Tegakkan agama bermaksud menegakkan agama Islam dengan mengesakan Allah s.w.t., beriman kepadaNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya dan hari akhirat serta menaati segala perintah, menjauhi laranganNya dan menegakkan semua syariat baik yang usul (dasar) maupun yang furu’ (cabang). Kamu menegakkannya oleh dirimu dan berusaha menegakkannya juga pada selain dirimu serta saling bantu-membantu di atas kebaikan dan takwa.

"dan janganlah kalian berpecah-belah di dalamnya." 

Allah telah memerintahkan kepada semua nabi dan kaum muslimin berkumpul, rukun, bersatu dalam agama mereka. Dia melarang mereka berpecah belah dan berlainan pendapat agar agama dapat tegak dengan sempurna.

"Sangat berat bagi orang-orang musyrik apa yang kamu seru mereka kepadanya." 

Amat berat bagi mereka dan mereka anti terhadap ajaran tauhid yang engkau serukan kepada mereka. Bahkan mereka tidak suka bila disebut nama Allah.

"Allah memilih kepadanya siapa yang Dia kehendaki" 

Dialah yang menentukan hidayah bagi siapa yang layak dan berhak menerima risalah atau kewalianNya. Dialah memilih umat ini dan melebihkannya di atas seluruh umat. Dia juga yang menetapkan kesesatan atas orang yang lebih memilih jalan kesesatan daripada jalan petunjuk.

"dan Dia memberi petunjuk kepadanya siapa yang bagi orang yang kembali."

Kembali kepadaNya merupakan sebab dari seorang hamba yang dengannya ia mendapat hidayah Allah s.w.t. Dengan demikian baiknya niat seorang hamba dan berusaha mendapat hidayah termasuk sebab untuk dimudahkan kepada hidayah Allah. Hidayah itu terdapat di dalam kitabNya.

"14. Dan tidak mereka berpecah-belah, kecuali setelah apa yang datang kepada mereka ilmu" 

Ahli Kitab sebelumnya tidaklah berpecah belah. Kemudian Allah menurunkan kepada mereka kitab yang disampaikan para nabi, yang mengandungi ilmu dan kebenaran yang menghendaki mereka untuk bersatu. Namun mereka mengerjakan kebalikan dari apa yang diperintahkan dalam kitab tersebut kerana sikap mereka mereka yang melampaui batas, ingkar lagi selalu menentang perkara yang hak setelah nyata kebenaran dan hujah telah ditegakkan atas diri mereka.

"kerana kedengkian di antara mereka." 

Perpecahan itu terjadi kerana mereka saling membenci dan berdengki di antara mereka.

"Dan sekiranya tidak kalimat terdahulu dari Tuhanmu sampai waktu yang ditentukan," 

Sekiranya tidak ada ketetapan dari Allah yang terdahulu yang memberikan masa tangguh kepada hamba-hambaNya bahawa hisab mereka akan dilakukan pada hari kiamat.

"pasti diputuskan di antara mereka." 

Tentulah Allah menyegerakan azabNya atas mereka di dunia ini secepatnya. Akan tetapi kebijaksanaan dan santunNya menghendaki untuk menunda azab dari mereka.

"Dan sesungguhnya orang-orang yang diwarisi Al Kitab setelah mereka," 

Mereka adalah generasi yang terakhir dari kalangan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mewarisi Taurat dan Injil yang mendustakan kebenaran yang dibawa oleh Islam pada zaman Nabi Muhammad s.a.w.

"benar-benar dalam keraguan darinya kebimbangan."

Mereka benar-benar berada dalam kebimbangan dalam urusannya, kesamaran yang besar, keraguan yang menggoncangkan dan menggelisahkan, yang menjatuhkan ke dalam perselisihan yang tercela dan perpecahan yang parah tentang kitab itu. Mereka tidak yakin dengan urusan dan iman mereka, dan sesungguhnya mereka hanya bertaklid kepada nenek moyang dan para pendahulu mereka tanpa dalil dan tanpa keterangan.

"15. Maka kerana itu serulah" 

Serulah manusia kepada agama yang Kami wahyukan kepadamu, yang lurus dan yang benar, sebagaimana yang telah Kami perintahkan kepada semua rasul sebelum kamu termasuk para rasul yang mempunyai syariat-syariat yang besar lagi diikuti, seperti para rasul ulul 'azmi dan lain-lainnya.

"dan tegakkanlah sebagaimana kamu diperintah" 

Tetaplah kamu beriman, beribadah kepada Allah dan teruslah berdakwah bersama orang-orang yang mengikutimu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadamu.

"dan jangan kamu mengikuti hawa nafsu mereka" 

Hakikat agama adalah apa yang Allah syariatkan, iaitu agama para rasul, akan tetapi mereka tidak mengikutinya. Kaum musyrik, orang-orang kafir dan munafik telah menyimpang dari agama, membuat-buat dalam agama dan mendustakannya. Mereka mengikuti hawa nafsu mereka dan menjadikan agama sebagai bahan permainan.

Jika engkau mengikuti hawa nafsu mereka setelah ilmu datang kepadamu, dengan mengikuti sebahagian agama mereka, meninggalkan dakwah, dan tidak istiqamah, maka engkau akan menjadi orang-orang yang zalim.

"dan katakanlah, "Aku beriman dengan apa yang Allah turunkan dari kitab.""

Aku beriman dan membenarkan semua kitab yang diturunkan dari langit kepada para nabi, Kami tidak membeda-bedakan seseorang pun di antara mereka.

"Dan aku diperintah untuk berbuat adil di antara kalian." 

Allah memerintahkan aku berlaku adil dalam memutuskan hukum dan memberikan keputusan terhadap hal yang kamu perselisihkan. Oleh kerana itu, wahai Ahli Kitab! Janganlah kebencian dan permusuhanmu menghalangimu untuk berbuat adil terhadap kami.

"Allah Tuhan kami dan Tuhan kalian." 

Allah Tuhan kita semua. Hanya Dialah yang berhak disembah, tiada Tuhan selain Dia. Kami mengakui hal tersebut dengan suka rela, walaupun kalian tidak melakukannya dengan suka rela. Hanya kepadaNya bersujud semua yang ada di semesta alam ini, baik dengan taat maupun dengan terpaksa.

"Untuk kami amal-amal kami dan untuk kalian amal-amal kalian." 

Bagi kami perbuatan kami dan bagi kalian perbuatan kalian. Kami berlepas diri dari kalian dan kalian juga berlepas diri dari kami.

"Tidak perlu pertengkaran di antara kami dan di antara kalian." 

Setelah jelas hakikatnya, kebenaran dan petunjuk, maka tidak ada lagi perdebatan dan permusuhan. Hal ini bukanlah bererti bahawa Ahli Kitab tidak didebat.

Perdebatan bermaksud menerangkan yang hak dari yang batil agar orang yang cerdas mendapat petunjuk dan agar hujjah tegak kepada orang-orang yang sesat.

Ayat ini adalah ayat Makkiyyah. Sesudah hijrah, diturunkan pula ayat Saif (ayat yang memerintahkan untuk memerangi orang-orang kafir).

"Allah mengumpulkan di antara kami" 

Kelak di hari kiamat, Dia akan mengumpulkan kita semua. Kita akan dikembalikan kepadaNya pada hari berhisab. Dia akan memberi keputusan antara kita dengan benar.

"dan kepadaNya tempat kembali."

Dia membalas masing-masing sesuai amalnya dan ketika itu jelaslah yang benar daripada yang dusta. Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui.

Rabu, 19 Oktober 2016

39:53-59 Tafsir Surah Az Zumar, ayat 53-59.

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (٥٣) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لا تُنْصَرُونَ (٥٤) وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لا تَشْعُرُونَ (٥٥) أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ (٥٦) أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (٥٧) أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (٥٨) بَلَى قَدْ جَاءَتْكَ آيَاتِي فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ (٥٩)

Ada segolongan orang dari kalangan kaum musyrik yang banyak membunuh dan banyak berbuat zina, lalu mereka mendatangi Nabi s.a.w. dan berkata, "Sesungguhnya yang engkau katakan (Al Qur'an) dan yang engkau serukan itu benar-benar baik, sekiranya engkau menceritakan kepada kami bahawa apa yang telah kami lakukan ada kifaratnya (penghapus dosanya)."

Maka turunlah surah Al Furqan, ayat 68. Lalu diturunkan juga firmanNya,

"53. Katakanlah, "Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas atas diri mereka sendiri!""

Mereka adalah hamba-hambaNya yang melampaui batas dalam maksiat, para penderhaka dari kalangan orang-orang kafir dan lain-lainnya. Mereka mengikuti semua hawa nafsu yang mereka inginkan iaitu perbuatan-perbuatan dosa dan mengerjakan perbuatan yang dimurkai oleh Allah Yang Maha Mengetahui semua yang ghaib.

"Jangan kalian berputus asa dari rahmat Allah." 

Janganlah kamu jatuhkan dirimu ke jurang kebinasaan dan kamu katakan, “Dosa-dosa kami sudah terlalu banyak dan aib kami sudah menumpuk dan tidak ada jalan untuk menghapuskannya,” sehingga kamu terus menerus berbuat maksiat dan menghiasi dirimu setiap hari dengannya.

Seorang hamba tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Barang siapa di antara hamba Allah yang berputus asa dari taubat, bererti dia telah mengingkari Kitabullah. Tetapi seseorang hamba tidaklah mampu bertaubat sebelum Allah menerima taubatnya.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Kifarat (penghapus) dosa ialah penyesalan. Rasulullah s.a.w. telah bersabda pula, "Seandainya kalian tidak berbuat dosa, nescaya Allah akan mendatangkan (menciptakan) suatu kaum yang berbuat dosa, lalu Dia memberi ampun bagi mereka."

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang terpedaya oleh dosa lagi suka bertaubat."

"Sesungguhnya Allah, Dia mengampuni dosa-dosa semuanya." 

Sesungguhnya inilah ayat Al Qur'an yang paling menggembirakan. Allah s.w.t. memberitahukan tentang luasnya kemurahanNya. Dia mengampuni semua dosa bagi orang yang mahu bertaubat kepadaNya dan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosanya, baik syirik, munafik, mengaku dirinya tuhan, membunuh, berzina, berbuat riba, derhaka, zalim dan lainnya baik dosa besar maupun kecil, betapapun besar dan banyaknya dosa yang telah dilakukannya dan sekalipun banyaknya seperti buih laut. Sesungguhnya pintu rahmat dan pintu taubat itu luas.

"Sungguh Dia, Dia Maha Pengampun Maha Penyayang." 

Kenalilah Tuhanmu dengan nama-namaNya yang menunjukkan kemurahanNya. SifatNya mengampuni dan merahmati. Keduanya adalah sifat yang selalu pada dzatNya, pengaruhnya sentiasa mengalir di alam semesta dan memenuhinya. Kedua TanganNya melimpahkan kebaikan di malam dan siang dan nikmat-nikmatNya sentiasa diturunkan kepada hamba-hambaNya baik di waktu terang-terangan maupun di waktu tersembunyi. Dia lebih suka memberi daripada menghalangi dan rahmatNya mendahului kemurkaanNya.

"54. Dan kembalilah kepada Tuhan kalian, dan berserah dirilah kalian kepadaNya" 

Jika Allah tidak didatangi hamba, maka sama saja ia menutup pintu rahmat dan ampunan bagi dirinya. Dia mengajak mereka yang sudah terbenam dalam dosa itu agar segera kembali menuju ke jalanNya, berserah diri sepenuhnya kepadaNya dan mengikhlaskan amal kerana Allah. Tanpa keikhlasan maka amal yang tampak maupun yang tersembunyi tidak ada ertinya.

"sebelum bahawa datang kepada kalian azab kemudian kalian tidak ditolong." 

Iaitu sebelum waktu untuk bertaubat, kembali kepadaNya dan mengerjakan amal soleh itu tidak ada lagi, iaitu setelah mati. Allah mendorong agar segera melakukannya dan memanfaatkan kesempatan yang ada.

"55. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian" 

Al Qur'an merupakan Kitabullah yang terbaik dari kitab-kitab Allah lainnya yang pernah Dia turunkan kepada manusia. Di dalamnya terdapat perintah Allah yang terkait dengan amalan batin (tersembunyi) seperti mencintai Allah, takut kepadaNya, berharap kepadaNya, memiliki rasa tulus kepada hamba-hamba Allah, mencintai kebaikan untuk mereka dan sebagainya.

Sedangkan perintah Allah yang terkait dengan amalan zahir (tampak) adalah seperti solat, zakat, puasa, haji, sedekah, berbagai macam ihsan dan sebagainya.
Orang-orang yang mengikuti perintahNya yang disebutkan dalam kitabNya atau yang disebutkan oleh RasulNya dalam sunnahnya, maka dialah orang yang kembali dan berserah diri.

"sebelum bahawa datang kepada kalian azab tiba-tiba dan kalian, kalian tidak menyedari." 

Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan seseorang apabila telah datang ajalnya atau waktu kematiannya. Azab itu datang secara tiba-tiba dari arah yang tidak diketahui dan kedatangannya tidak disedari.

"56. Agar tidak mengatakan seseorang, "Alangkah penyesalanku atas apa yang aku lalaikan di sisi Allah,""

Kelak di hari kiamat orang yang berdosa merasa menyesal kerana kelalaiannya dalam menunaikan kewajiban terhadap Allah. Mereka tidak sempat bertaubat dan kembali ke jalan Allah.

"dan sesungguhnya adalah aku termasuk orang-orang yang memperolok-olok." 

Selama di dunia mereka hanya memperolok-olok dan menghina agama Allah. Mereka tidak meyakininya dan tidak membenarkannya. Waktu itu mereka melihatnya sendiri dengan jelas.

"57. Atau berkata, "Kalau sekiranya Allah memberi aku petunjuk, sungguh aku termasuk orang-orang yang bertakwa.""

Mereka berangan-angan dengan harapan yang tidak mungkin tercapai sehingga maksudnya, “Seandainya Allah memberiku hidayah, lalu aku bertakwa kepadaNya, sehingga aku selamat dari siksa dan berhak mendapat pahala.”

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Semua penghuni neraka dapat melihat kedudukannya di syurga (sekiranya dia beriman); dia mengatakan, "Sekiranya Allah memberiku petunjuk," maka hal itu menjadi penyesalan yang berat baginya. Dan semua penduduk syurga dapat melihat tempatnya di neraka (sekiranya dia kafir); dia mengatakan, "Seandainya Allah tidak memberiku petunjuk," maka hal itu menjadi rasa syukur baginya."

"58. Atau berkata ketika melihat azab, "Sekiranya bahawasanya bagiku kembali, maka aku akan menjadi termasuk orang-orang yang berbuat baik.""

Orang-orang yang berdosa menginginkan agar dikembalikan hidup di dunia supaya dia berbuat kebaikan, ikhlas, taat kepada Allah, membenarkan ayat-ayat Allah dan mengikuti rasul-rasulNya.

Namun ketika itu penyesalan tidak berguna. Maka Allah s.w.t. berfirman kepada orang-orang berdosa,

"59. Sebenarnya sungguh, telah datang kepadamu keterangan-keteranganKu," 

Telah datang kepadamu ketika kamu di dunia, iaitu Al Qur’an yang merupakan sebab hidayah, ayat-ayatKu dan semua alasanKu telah ditegakkan terhadap dirimu.

"tetapi kamu mendustakannya dengannya, dan kamu menyombongkan diri" 

Kamu tidak percaya, tidak yakin dan enggan mengikutinya.

"dan kamu termasuk orang-orang yang kafir." 

Bahkan kamu menjadi seorang yang menentang dan ingkar kepadanya.

Permintaan mereka untuk kembali ke dunia hanyalah main-main. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, nescaya mereka tidak akan mampu mendapat hidayah. Mereka akan mengulangi dan kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka.

KANDUNGAN.

JUZUK 1. Isti'adzah.    Al Fatihah 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 . Al Baqarah 1-5 , 6-7 , 8-9 , 10-16 , 17-20 , 21-25 , 26-27 , 28-29 , 3...